31- Healing

1.4K 211 20
                                        

"Kau terlihat tidak begitu baik Yoon, "

Yoongi mengangkat pandangnya, mendapati wajah khawatir bibi, kemudian punggung tangannya dilingkupi kehangatan. 

"U-uh?"

"Tanganmu dingin. Ayo bertemu Jin dan Yuri. "

"Tidak perlu Bi, " tolak Yoongi halus, menepuk-nepuk punggung tangan Bibi yang meremas miliknya.

Suasana pagi dimusim dingin, yang terasa lebih dingin dari biasanya. Secangkir teh mengepul dengan kue jahe buatan Bibi menjadi teman, Yoongi menatap nanar jendela yang berembun. 

Rumah begitu hening, sama sekali tidak ada yang berubah sejak kemarin. Orang-orang masih sibuk dengan lukanya masing-masing. Menyembuhkannya dengan cara sendiri. 

Padahal akan lebih mudah jika saling berbagi, dan saling menyembuhkan. Namun nyatanya mereka malah saling menebalkan topeng dan berlagak kuat untuk saling menguatkan. 

Yoongi tertawa didalam hati, harusnya dia yang menggantikan paman. Dialah yang seharusnya lebih dewasa, tapi lihat, bahkan pikirannya hanya berisi kekosongan. 

Ia berbalik, meraih kedua tangan sosok penyambung kasih sayang Ibunya itu pada genggamannya. Dan Nayoung dapat dengan jelas merasakan dingin dari telapak tangan si sulung. 

"Hei Yoon, kau benar-benar tidak--"

"Bi dengarkan aku, "

"Tapi tanganmu--"

"Bi, mari saling menguatkan, " ucap Yoongi, wajahnya sendu dengan kerutan di dahi. Tidak jauh berbeda dengan sang lawan bicara yang bahkan lebih buruk tampilannya. 

Nayoung terdiam, hingga tak sadar air mata meluncur dari matanya yang sayu. 

Yoongi mengeratkan genggaman pada tangan lentik itu, "Aku akan menjadi Paman, Bibi tolong berbicaralah seolah aku Paman. Mari berbagi luka dan saling menguatkan. " Nayoung menarik Yoongi kedalam dekapannya, tidak ada isak tangis disana, hanya aliran air mata yang terlihat saat kedua matanya tertutup rapat. 

Sungguh beruntung dalam pikirnya Nayoung mendapat Yoongi dalam hidupnya, beribu terima kasih ia sampaikan kepada sang Kakak yang telah memberikan kepercayaan begitu besar padanya untuk menjaga kedua malaikat manis ini.  Yang nyatanya malah ialah yang mendapat perlindungan.

"Tidak Yoon, tetaplah menjadi dirimu. Dan bantu Bibi untuk mengembalikan semuanya hm?"

Yoongi lantas mengangguk tanpa ragu, terpejam menikmati hangat pelukan Bibi dengan usapan lembut dipunggungnya. 

Kak, anak-anak mu tumbuh dengan luar biasa. 







***

Namjoon mendorong pintu kamar kakaknya pelan, mendapati gumpalan selimut yang bergerak-gerak kecil. Ia terkekeh gemas. Jungkook masih memejamkan matanya disana, Yoongi bilang anak itu baru bisa tidur pagi buta, dan kemarin dihajar habis-habisan dengan jam tidur yang berantakan.  Jadi, Yoongi meminta agar adik mereka itu diberi tambahan jam tidur. 

Diusapnya kepala rambut Jungkook yang menyembul keluar dari lingkupan selimut, Namjoon mendudukan dirinya di bibir tempat tidur. 

"Kau tumbuh dengan baik Ku, Kakak bangga padamu." lalu sebuah kecupan hangat mampir dipelipisnya,  dalam skala dekat Namjoon dapat merasakan hembusan hangat nafas adiknya. 

Lantas Namjoon ikut membaringkan tubuhnya diujung ranjang yang tersisa, lalu menutup mata dengan lengan.

Merasakan kasur yang ditempatinya bergerak, Jungkook sedikit membuka mata mengintip siapa yang berada disampingnya. Hanya sekejap karena menyerah dengan kantuknya yang luarbiasa, akhirnya yang Jungkook lakukan adalah merapatkan tubuhnya dan melingkari sekujur tubuh kakaknya yang dibalas dengan rengkuhan tidak kalah erat.

"Hai Kak Joonie. "




***

"Hasil laboratoriumnya akan keluar lusa Yoongi-ssi. "

Yoongi membungkuk hormat, mengucapkan terima kasih lantas melenggang keluar dari dari ruangan dokter yang tadi menanganinya. 

Tidak banyak yang ia pikirkan tentang keadaan tubuhnya, hanya karena kelelahan saja mungkin. Tapi Yuri memaksanya untuk benar-benar melakukan tes secara meyeluruh.  Dan yang Yoongi lakukan hanya menurut, lagipula tidak ada alasan untuk menolak.

"Benar-benar ada yang salah Yoon, kau berjalan aneh kemarin, demam tinggi, muntah-muntah, apa kau punya masalah Lambung?"

"Tidak. "

"Baiklah, kita lihat hasilnya lusa. "

Yoongi menyeruput  americano nya khidmat, sesekali mencuri pandang pada teman bicaranya yang sibuk membolak-balikan kertas dengan kacamata yang kadang melorot. 

"Kemana Kak Seokjin?" tanya Yoongi.

"Sedang ada visit. "

Yoongi mengangguk, dan kembali merasakan sensasi pahit melewati indera pengecapnya dalam diam. Namun getar ponsel pada Saku Yoongi cukup menggagu, dengan nama Bibi tertera dilayar. Yuri ikut terdiam setelah Yoongi menggeser ikon hijau dan menempelkan benda itu ke telinganya. 

"Halo Bi?"

Yuri dapat melihat Yoongi yang mengerutkan alisnya, kemudian merogoh saku dan memberikan beberapa lembar uang dan berbisik kepada Yuri--pamit--lalu berjalan terburu-buru masih dengan ponsel ditelingannya. 

"Kenapa Bi?  Ulang, Jungkook kenapa?" []







A/n;  

Mari akhiri drama air mata ini  1-2 bagian kedepan, dan berikan mereka kebahagiaan. 

Aku janji cerita ini Happy Ending. 

I luv You all <3

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang