Menikmati Taman Palgongsan saat Matahari terbit adalah cara mengawali hari yang paling menyenangkan.
Membiarkan angin menerbangkan ujung-ujung rambutnya, dan menghitung naiknya mentari secara sempurna bersama sang Kakak.
Walau dengan perjalanan pendakian yang tidaklah mudah sebab kondisi fisik Yoongi yang tidak dalam keadaan baik, ditambah serangan hawa dingin yang menusuk kulit tidak sama sekali menyurutkan semangat keduanya.
"Kak ini hebat sekali!" Jungkook menyeruput susu hangat yang di pegang kedua tangannya didalam mug putih gading, seraya tersenyum simpul merasakan dingin permukaan batu dan hangat sinar surya juga hangat dihatinya.
Yoongi terkekeh kecil melihat betapa berbinarnya wajah sang Adik, sederhana sekali membuat anak itu kembali menyembulkan senyum tulusnya. Ia mengecak surai Jungkook yang tampak menari-nari terhempas hembusan angin, dan berkata dengan suara yang begitu lembut, "Jungkookie, bahagia mu hal kecil sekali."
Jungkook menatap mata Yoongi yang terlihat sayu walau kentara bahagianya, uap yang menguar dari celah bibirnya yang sedikit terbuka membuat ia terenyuh dengan kerelaan sang Kakak untuk ketulusan dalam kata dan tindaknya.
"Tidak kak, bahagiaku adalah kakak."
Setelah itu hening menguar, saling melempar tatap sesaat kemudian tertawa dan memalingkan wajah sebab malu yang kentara. Sangat manis bukan untuk seukur pagi yang dingin di atas bukit Palgongsan?
***
Kepala Jungkook mengangguk riang disepanjang perjalanan menuju Biseulsan County Park, mengikuti irama musik yang diputar. Yoongi mengulum senyum sembari mengucap ribuan syukur yang bahkan sulit di sampaikan oleh kata.
Kebahagiaan Jungkook adalah segalanya.
Walau tak sibuk jalanan di ibukota Daegu yang ramai menyapa mereka, deru irama musik bertambah suara kendaraan diluar mobil mengisi rongga rungu mereka. Tidak ada atmosfer yang sesak, semuanya terasa begitu ringan dan menyenangkan.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai dengan padang azalea yang menyambut mereka. Jungkook memekik senang sebab ia memiliki objek foto yang lebih cantik.
Gigi kelinci anak itu terlihat ketika memandang Yoongi seolah berkata 'Hebat, hebat, HEBAT!' dan tawa kecil Yoongi kembali menguar. Binar polos yang lagi-lagi Jungkook lemparkan telah menilai secara sempurna kemurnian anak enam belas tahun itu.
"Harusnya aku membawa cat dan kanvas ku kak." ujar Jungkook penuh sesal saat mereka sedang terduduk di suatu kedai makanan kecil dengan corndog satu-satu ditangan. Kakinya yang mengambang, mengayun cepat jelas seperti Jungkook yang hampir merajuk. Yoongi mengusak kepala anak itu yang tertutup Topi hitam senada dengan yang dipakai dirinya, kemudian menarik hidung adiknya yang mengkerut, dan terakhir mencuil pipi yang menggembung karena melahap potongan corndog terlalu besar.
"kau bisa memotretnya sekarang, dan melukisnya nanti."
"Tapi aku tidak membawa peralatanku." ucap Jungkook memelas.
"Uang kakak masih cukup bahkan untuk membelikan mu cat dan kavas masing-masing selusin." ujar Yoongi
Yang kemudian di susul tawa melengking dari keduanya.***
Menjelang petang Yoongi memilih pasar Seomun sebagai destinasi penutup hari dari perjalanan mereka. Ia memang memiliki lebih banyak pengetahuan tentang kota kelahiran sang Ayah. Sebab dirinya sering berkeliling bila berkesempatan mengunjungi kota yang berjuluk metropolitan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest