8- things called afraid

2.9K 344 16
                                    

Yoongi berjalan menghampiri adiknya.

Yang pertama dilihat adalah proyeksi bahu lebar Jungkook yang kentara terjatuh kebawah. Getaran-getarannya hilang, hanya menyisakan gurat kesedihan.

Mengingat bagaimana kedua mata Jungkook merekam kejadian menyedihkan, dan memaksa otak bocah itu untuk selalu memutar-mutar kolase-kolase slow motion yang berulang.

Semalaman enggan menutup mata, walau matanya sudah memerah membengkak karena tangis yang tidak kunjung reda.

Takut. Takut terlelap dan melihat sahabatnya terjun kedalam sungai dan membeku kedinginan.

Taehyung terkena Hiportemia dan paru-parunya terisi penuh air.

Begitu yang dikatakan Dokter.

Jungkook ingat wajah Taehyung yang membiru dengan mata tertutup rapat, merekam jelas bagaimana kakaknya berteriak sembari menindih tubuh kawannya yang tidak bergerak.

Taehyung henti nafas dan yang bisa dilakukan Jungkook hanya terdiam membatu hingga Yoongi menggiringnya kedalam mobil setelah ambulan membawa tubuh Taehyung yang sudah hilang nyawa.

"Jungkook-ah.. "

Yoongi menghampiri adiknya, tidak ada sautan hingga berulang-ulang namun hasilnya tetap sama.

Adiknya yang berdiri mematung menatap peti sewarna kayu berkilat dengan hiasan bunga dan foto lelaki dengan senyuman yang sangat cerah.

Tangan seputih susunya menggapai pundak Jungkook, tapi Yoongi malah terhuyung dan Jungkook kehilangan kesadaran.

***

Wajahnya pucat dengan selang oksigen menghiasi hidungnya.

Seokjin bilang adiknya kelelahan dan hiportemia ringan. Tangan Jungkook mendingin, dan Yoongi membagi kehangatan lewat tautan.

Yang selalu menjadi bebannya semalaman adalah Jungkook. mengingat jelas bagaimana adiknya mencoba menutup matanya dan malah terjengat lalu menangis.

Seperti itu berulang-ulang hingga pagi menjelang.

Yoongi merasakan suhu hangat dari telapak tangan yang mendarat di bahunya, itu Seokjin dengan setelan jas putih melekat dibahunya yang lebar.

"Penghormatan terakhir akan dilakukan sore ini, keluarga tidak ingin membiarkan Taehyung menunggu lama. Disamping keadaan tubuhnya yang tidak mumpuni untuk dikebumikan dua hari lagi. "

"Jungkook akan tertidur mungkin dalam waktu yang lumayan lama, anak itu hanya kelelahan Yoon jangan khawatir. " Yoongi menghela nafas, pandangannya sama sekali tidak teralih dari wajah pucat adiknya. Sesekali mengecup lembut punggung tangan yang berada di genggamannya.

Sebenarnya yang lebih ia khawatirkan adalah keadaan mental Jungkook dibanding tubuhnya, Yoongi tahu adiknya terguncang dan memiliki prasangka buruk mengenai hal itu. Tapi ia coba tepis itu jauh-jauh, walau hatinya nihil menolak dan tetap menjadi beban pikir hingga saat ini.

Yoongi berniat turun untuk menghadiri penghormatan terakhir kawan adiknya. Tapi ia urungkan setelah melihat Jungkook membuka mata dan pandangannya gelisah. Diusapnya helaian rambut halus dikening adiknya, lantas dengan lembut mendaratkan ciuman hangat dikening Jungkook.

Tidak sepatah katapun keluar dari dua belah bibir Jungkook, pandangannya pokus satu titik kearah langit-langit rumah sakit. Mata bulatnya memburam, hingga saat berkedip setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

Ibu jari Yoongi mengusapnya lembut. Pria dengan setelan jas serba hitam itu mengerti atas keadaan adiknya yang masih diambang keterkejutan, maka dari itu yang ia lakukan hanyalah menemaninya dalam kesunyian.

"Tidak apa, Taehyung sudah bahagia. "

Yoongi mendudukan dirinya ditepian ranjang, menyisir rambut Jungkook yang sedikit basah akan keringat kendati pendingin ruangan menyala dan salju pertama akan segera terasa. Mata bulat adiknya yang bersinar tak henti-henti menjatuhkan air mata, sesekali menutup mata dengan tujuan mengusir pening yang mendera.

Melihat keadaan Jungkook yang seperti ini, Yoongi mengurungkan niatnya untuk kembali ke ruang duka. Keadaan adiknya tidak bisa dikatakan baik dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan seorang diri. Karena jelas yang dibutuhkan Jungkook adalah kehadiran Yoongi disisinya.

Hingga sebuah isakan terdengar, dan tubuh Jungkook yang semakin bergetar membawa Yoongi sedikit mengangkat tubuh itu lalu menjatuhkannya kedalam sebuah dekapan. Mengusap punggung lemahnya berulang dan membisikan sesuatu yang bertujuan menenangkan.

"Hei sudah, itu menyakiti jalan nafasmu Kookie" nafas Jungkook tersenggal kendati selang oksigen dihidungnya. Yoongi khawatir anak itu tersedak dan malah menyakiti dirinya sendiri.

Alih-alih mendengarkan, Jungkook malah semakin terisak membawa serta kesakitan yang hampir sama dihati Yoongi melihat adik satu-satunya menderita. Kedua mata kecilnya ikut memejam dan meneteskan air mata. Sesak dihatinya mulai terasa, seperti sesuatu menahan tenggorokan dan udara terhambat dipangkalnya.

Yoongi ikut ketakutan akan keadaan Adiknya. Ini terasa seperti kilas balik yang membawanya ke masa dimana Kesakitan dan ketakutan Jungkook bermuara. Yang menjadi pembeda hanyalah kehadiran bunda yang tergantikan oleh dirinya.

Usapan dipunggungnya terhenti, ia terjangat ketika Jungkook terbatuk hebat dengan sisa isakan dibibirnya. Semakin keras, dan semakin menyesakkan. Tangannya menekan Tombol merah disamping ranjang brutal, tanpa ada niatan melepaskan Jungkook dalam dekapannya.

"Ayolah sialan!"

Pikiran Yoongi buntu, hingga lupa jika dengan sekali saja menekan Tombol itu sudah cukup bekerja.

Perawat membawa Jungkook kembali berbaring dengan sisa helaan nafas dan isakan yang tertinggal satu-satu. Seokjin meminta Yoongi keluar. sekilas melihat wajah Jungkook yang memerah dan tatapannya sayu keengganan pada dirinya datang, namun Yoongi menurut setelah wajah tenang Sahabatnya memberi isyarat agar lebih baik ia menjernihkan pikiran terlebih dahulu, dan menunggu penjelasannya diluar. []










A/n:

Hai! Terimakasih bagi yang sudah membaca, memberikan dukungan dan menunggu cerita ini.

Untuk bagian ini lagi-lagi aku ucapkan beribu maaf untuk kalian yang merasa kecewa atau tidak terpuaskan. Soal bualanku tentang up tiga kali dalam seminggu itu benar kok, bukan wacana saja. Dan kenapa ini terlambat? diluar perkiraanku, jadwal berantakkan dan aku blank tiba-tiba. Cerita ini terbengkalai hampir seminggu huhu dan setiap hari aku merasa terbeban:"D

Kedepannya aku akan usahakan ucapanku tidak menjadi bualan semaya saja, aku juga akan mengatur ulang jadwal yang berantakan.

Sekali lagi terimakasih atas dukungan kalian!

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang