9- Feares

2.9K 354 24
                                    

Seokjin mengenal sepasang kakak-adik ini jauh sebelum ia resmi menyandang gelar seorang Dokter. 

Pertemuan-pertemuan singkat mereka di rumah sakit, dengan status Jungkook adalah salah satu pasien ayahnya. Juga bunda Yoongi dan Jungkook adalah sahabat karib ibunya. 

Mulai bersahabat dekat dan saling mengenal satu sama lain.

Seokjin ada saat Jungkook kesakitan, dan tersiksa dalam jurang depresi. Menyaksikan kasih sayang Bunda kepada Jungkook yang tidak bisa dinilai harganya. Kemudian kepergian Bunda, juga kebangkitan Jungkook. 

Ada Yoongi, adapula Jungkook. Mereka berdua seperti ujung tali sepatu yang saling terikat. Menguatkan satu sama lain, memberikan simpul Indah diantara rasa-rasa sulit yang dihadapi. 

Seokjin mengusap dahi bocah lelaki yang ia angkat sebagai adiknya. Jungkook terlelap dalam sugesti obat bius. Satu hal yang membuat beban dihati dokter muda itu adalah keadaan psikis Jungkook. Kejadian ini sangat sensitif terhadap keadaan mentalnya. 

Jungkook memang masih sering bermimpi tentang kepergian. Tapi Taehyung adalah sahabatnya, orang yang berpengaruh dalam keseharian Jungkook mengenal dunia. Tidak mudah untuknya melewati semua ini, anak lelaki bermata bulat ini sangat tertekan.  Dan kekhawatiran Seokjin adalah ketakutan Jungkook yang semestinya sudah hilang akan kembali.

Hidungnya mengernyit mendapati sudut bibir Jungkook yang bergetar, sesekali merintih dengan keringat sebesar biji jagung dipelipisnya.  Lantas Seokjin meraih selembar tisu dinakas dan menyeka keringat Jungkook pelan. 

"Tidak apa-apa Kookie, tidak apa-apa baby. Tidurlah dengan tenang. " bisik Seokjin, sebelah tangannya diletakan didada Jungkook yang bergerak naik-turun melambat, dan tangan lain menaikan tekanan udara diselang oksigen yang dipakai adiknya. Bibir Jungkook yang semula sedikit terbuka, akhirnya tertutup kembali karena merasa udara cukup di rongga dadanya.



***

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Yoongi, memandang Kakaknya yang keluar dengan wajah menyendu menutup pintu dengan suara amat pelan. 

"Sudah menemui keluarga Kim?" Lelaki berbahu lebar itu mengambil posisi duduk dikursi panjang samping Yoongi yang kosong, lalu mendapat respon gelengan yang membuatnya melayangkan telapak tangan besarnya hingga sampai dikepalan tangan Yoongi. 

"Ayo temui bersama. "

Yoongi yang semula menunduk, mengangkat kepalanya dan Seokjin mengerti. "Tidak apa, Jungkookie kita sudah tidur. Dan aku akan meminta perawat Hong menjaganya. " lalu lelaki dengan rambut hitam mengkilat itu mengangguk dan Seokjin segera merangkulnya berjalan melewati lorong rumah sakit yang hening. 

"Kau butuh sedikit udara segar, setidaknya. "

"Oh, sudah menghubungi Bibi Nayoung?"



***

Setelah prosesi pemakaman sahabat adiknya selesai, Yoongi menyempatkan diri menengok Kantor dan membawa beberapa pekerjaan kerumah sakit. Lalu mengirim pesan meminta bibi Nayoung ke apartemennya untuk membawakan baju dan keperluan Jungkook.

Tidak lupa Yoongi membeli Hotdog kegemaran adiknya dan sekotak susu vanilla dengan aroma yang manis. 

Derap langkah Yoongi menggema, ini bukan jam besuk dan bangsal Jungkook berada di sayap Utara rumah sakit yang terbilang sepi dari pengunjung. Hanya ada beberapa perawat dan petugas kebersihan yang berlalu-lalang. 

Tinggal satu pintu sebelum pintu ruang rawat Jungkook terlihat. Yoongi mendengar suara pecahan kaca yang sangat nyaring, suaranya mengarah dari ruang yang adiknya tempati. Mempercepat tungkai panjangnya, mengabaikan kantong plastik yang terolak-alik karena terlalu kencang berlari. 

Saat pintu terbuka Iris Yoongi menangkap keadaan adiknya yang terduduk menekuk lutut dikepala ranjang, pipa oksigen dihidungnya tidak dalam posisi tepat, dan selang infusnya sudah tanggal menyisakan aliran darah dipunggung tangan Jungkook yang memucat. 

Yoongi sempat terjengat dan membeku sepersekian detik, sebelum kedua maniknya melihat Jungkook yang akan melemparkan vas bunga kearah tembok.  Waktu seperti diperlambat dan jarak dari pintu ke brangkar Jungkook terasa sangat sulit dicapai, dan saat Yoongi menarik paksa vas itu dari genggaman adiknya,saat itu pula Jungkook berteriak kesakitan

"TIDAK KUMOHON!"

Menarik rambutnya dengan deraian air mata dan warna kulit wajah berubah memerah.

"Kook.." Yoongi panik, mencoba meraih tubuh itu tetapi Jungkook mengelak dengan gerakan acak yang membuat Yoongi berkali-kali terkena pukulan. 

"TIDAK AKU TIDAK MAU!"

"KUMOHON! TIDAK... " Jungkook meraung keras dengan isakan yang membuat Yoongi khawatir adiknya akan tersedak.  "Kookie.. Kakak Mohon. " suara Yoongi melirih, berhasil menangkap kedua pergelangan Jungkook dan menariknya dalam dekapan.

Jungkook masih mengamuk dengan racauan acak, tubuhnya menggeliat berkali-kali dan mencengkeram punggung dan bahu Yoongi teramat dalam dengan kukunya yang tajam dan sudah memanjang.

"KALIAN PERGI!  PERGI KUBILANG!"

"Kookie dengar..." tetes air mata lolos dari kedua sudut mata Yoongi ketika kelopaknya berkedip. Jungkook mengantukan kepalanya berkali-kali hingga menghantam bahu Yoongi dan dinding dibelakangnya. Tangan Yoongi menahan kepala adiknya agar tidak terbentur dinding walau punggung tangannya yang menjadi sasaran lain, dan mungkin akan membiru sebentar lagi.

Dadanya sesak mendapati adiknya kembali terjatuh. Adik yang ia jaga sepenuh hati, menjauhkannya dari segala perasaan buruk dan hati yang mendung. Melimpahkan Jutaan afeksi, dan kebahagiaan sebesar yang ia bisa.  Melihat Jungkook yang seperti ini adalah luka terbesar Yoongi setelah kehilangan ayah dn bunda, Hatinya bergemuruh dengan air mata yang terus mengalir.

Seokjin masuk dengan tergesa, dua perawat lelaki dibelakangnya menahan tangan Jungkook. Berniat melepaskannya dari kungkungan Yoongi, tapi kedua tangan Yoongi menolak. Seokjin mengerti dan hanya meminta kedua perawat itu memegang kedua tangan Jungkook agar terdiam dan berhenti menyakiti dirinya sendiri juga kakaknya. 

Seokjin menyuntikkan sesuatu hingga Jungkook mulai tenang dari amukannya. Jungkook berhenti meronta, dan terkulai lemas dalam pelukan kakaknya. 

Yoongi terluka dimana-mana terkena cakaran maupun cengkraman yang terlewat kuat, punggung tangan kananya memar. Tapi rasa sakitnya tak lebih dari melihat keadaan Jungkook yang seperti ini.

Jungkook terjatuh diantara tubuh Yoongi, meletakan wajah pasrahnya dibahu kakaknya.

"Aku tidak mau.." suaranya serupa bisikkan masuk kedalam gendang telinga Yoongi.

"Aku tidak mau bersama kalian... "Semakin melirih dengan sisa isakan dan mata sedikit terpejam.

"Kalian tidak ada..




Kalian sudah mati."[]




A/n

Akan ada revisi berkala yang tidak disadari untuk Typo kalimat aneh (saja).  Terimakasih atas dukungan kalian! <3

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang