24- Solicitudes

1.5K 283 28
                                        

Hari ini Yoongi memutuskan mengajak Jungkook keluar.

Bibi menceritakan kejadian semalam padanya tadi pagi. Namun yang dapat Yoongi lihat sekarang Jungkook tampak baik-baik saja.

Benar, mungkin hanya igauan.

Anak itu tampak senang sekali hari ini. Ya mengunjungi taman bermain di awal musim dingin bukanlah hal yang buruk ternyata.

Jungkook menggigit roti pangganya dalam diam. Mata bulat itu bergulir menyapu luasnya taman yang mereka kunjungi. Yoongi tersenyum, melihat adiknya kembali mendapat rona seperti ini membuat lelaki itu sedikit lega.

"Kakak bahkan tidak percaya kau akan segera tujuh belas Kook. "

Pipi Jungkook menggembung, menatap kakaknya dengan pandangan polos yang menggemaskan. Yoongi sampai mengernyit menahan agar tidak mencuil pipi sang adik sekarang juga.

"Karena kakak selalu menganggapku anak kecil. "

"Kau memang anak kecil Kookie. " Yoongi menarik hidung bangir Jungkook yang dihadiahi tepisan.

Yoongi terekekeh kecil saat Jungkook malah menggerutu. Tangannya dibawa mengelus tengkuk Jungkook halus.

"Kak?"

Pandangan Yoongi mengabur tiba-tiba, denyutan dikepalanya tidak kunjung berhenti sejak kemarin. Jungkook tampak kembar dimatanya. "Ugh-- " Yoongi meremas surainya, matanya dipejamkan agar pening itu segera hilang. "Tidak apa Kook, "


***

Jungkook menyantap serealnya dengan khidmad. Layar TV menunjukan channel film aksi dengan mobil yang berubah menjadi robot raksasa.

Hari menuju gelap dan keadaan rumah begitu senyap ditelinga. Setahu Jungkook Namjoon dikantor, dan seperti biasa Bibi menemani Paman di Rumah sakit.

Dua puluh menit yang lalu Yoongi ijin kembali ke kamar terlebih dahulu, awalnya mereka menoton serial TV bersama. Yoongi membawa setumpuk kertas dan laptop bersamanya, bahkan sempat-sempatnya membuatkan sereal untuk Jungkook.

Jungkook sangat fokus dengan kegiatannya hingga tidak menyadari derit pintu terbuka maupun suara ribut dari arah luar.

"KOOKIE!"

Tiba-tiba Jungkook merasa tubuhnya dilingkupi kehangatan. Tangan putih melingkari lehernya. Semerbak aroma parfum sitrus yang segar menyapa rongga hidungnya. Ia kenal betul pemilik tubuh ini.

"Kak Yuri, mengagetkan saja. " keluhnya kecil, bibirnya mengerucut lucu. Yuri memekik gemas dalam hati.

"Hai, dimana orang-orang?" tanya Yuri setelah menghadiahkan tarikan gemas di pipi gembil Jungkook. "Kenapa tidak membuka pintu?" tambahnya.

Jungkook mengedikkan bahu kemudian, tidak menggubris sosok lain dibelakangnya. Anak itu malah kembali fokus ke televisi yang menyala dihadapannya.

Yuri merebahkan kepalanya di sandaran sofa. Ikut tenggelam dalam film untuk sesaat, keheningan menyelimuti mereka.

"Kak Yuri aku ingin sekolah. " cicit Jungkook dengan suara yang hampir Yuri lewatkan. Wanita itu terdiam sesaat, teringat jika Seokjin membahas masalah ini sebelumnya. "Aku bosan sekali, kak Yoongi melarangku kerumah sakit. Kak Namjoon bekerja juga."

Yuri melihat bahu Jungkook mengedik, dapat didengar dari nada suaranya anak itu kentara kecewa. Seokjin bilang akan mengijinkan Jungkook sekolah pada awal tahun pelajaran baru nanti. Anak itu sudah sehat, tapi keadaannya masih rentan.

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang