Jungkook baik-baik saja.
Setidaknya kemungkinan buruk telah dilewatkan. Anak itu tampak baik, seolah tidak terjadi apapun. Tidak ada protes kekecewaan, Jungkook lapang menerima keadaan Paman dan ikut berharap kesembuhan, walau itu hanya setipis selubung.
Jungkook akan ada di sisi Paman sebanyak yang dia bisa. Berceloteh tentang hari-harinya. Walau hening yang ia dapatkan.
Tapi Jungkook percaya Paman akan selalu mendengarkan, sebab Paman tidak pernah melanggar perkataannya.
Setiap pagi ia akan membasuh wajah Paman dengan kain basah, sembari bersenandung nada acak dengan suara merdunya.
Paman bilang suara Jungkook itu seperti sebuah berlian yang langka. Indah sekali. Paman selalu bersemangat saat Jungkook mengikuti kontes menyanyi. Yang ia daftarkan sendiri.
Jungkook baik-baik saja, walau cekungan dibawah matanya menghitam.
Hari-hari kebelakang ini Jungkook sangat takut bila akan jatuh tertidur.
Ia akan mencoba tetap terjaga meski mata dan tubuhnya menolak itu.
Bila Yoongi memaksanya untuk tidur, Jungkook hanya akan memejamkan matanya saja sampai dirinya kelewat benar-benar jatuh tertidur.
Jam tidur Jungkook berantakan, hanya terlewat dua atau tiga jam perhari. Sedang saat terjaga, anak itu akan menyibukkan dirinya dengn segala hal yang membuat dia lupa akan ketakutannya.
Tidak satupun yang menyadari hal itu, bahkan Yoongi sekalipun.
Semua orang sibuk dengan rasa lelah dan kekalutan pada diri mereka masing-masing. Pun itu juga yang disyukuri Jungkook, karena dengan itu mereka tidak akan memberikan kecemasan berlebih padanya. Dan dengan itu pula Jungkook bisa belajar untuk kuat sendirian.
Saat itu pukul tiga hampir petang, Jungkook duduk disebuah kursi panjang dekat ruangan Paman. Ada Yoongi disana membawakan makanan, karena adiknya melewatkan makan siangnya tadi.
Seokjin menghampiri mereka dengan senyum manis bak gulali yang di jual ditaman. Jas dokternya tanggal, menyisakan kemeja bergaris yang sangat pas ditubuhnya.
"Hai Kookie!" Jungkook membalasnya dengan senyuman tipis sekali.
"Ada apa dengan matamu?"
"U-uh kenapa?" Seokjin menyadari gelagat aneh dari yang Jungkook tunjukan. Walaupun senyum menghiasi bibirnya, tetap saja anak itu kelihatan sangat lelah. Lantas Seokjin menangkup pipi Jungkook dengan tangannya yang lebar, mengusap cekungan bawah mata anak itu dengan ibu jarinya. "Berapa lama kau tertidur Kook?"
Yoongi yang duduk disamping Jungkook segera merapatkan tubuhnya lebih dekat, ikut memperhatikan wajah adiknya dengan mata yang coba dipokuskan kendati tetap saja terlihat buram.
"Yoongi-ya kau lihat ini?" yang disebut namanya mengangguk, kendati ia tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Sebab semuanya tampak blur dimatanya.
"Jawab aku Kookie. " datar dan tegas suara Seokjin membuat Jungkook tidak bergeming sesaat. Namun kemudian membalas perkataan sang dokter dengan nada tenang yang dibuat-buat. "Aku tidur selama yang aku biasa lakukan kak. "
Bila Yoongi memiliki kebiasaan buruk saat berbohong, begitu pula adiknya. Jungkook terus menggulirkan bola matanya, kemana saja asal tidak bertubrukan dengan milik Seokjin dihadapannya. Dan Seokjin mengerti hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest