Paman sakit.
Yoongi, kau bisa pulang sebentar?Yoongi bergegas membereskan segala peralatan dan kertas-kertas yang berserakan dimejanya. Setelah mendapat pesan singkat dari Bibi, Yoongi segera menuntaskan tanggung jawabnya di kantor.
Pagi tadi paman masih melempar lelucon konyol atau sekedar menggoda Jungkook yang tampak lebih segar. Dan diluar dugaan, benar kata orang bahwa seseorang tersenyum belum tentu baik-baik saja.
Paman dibawa ke Rumah sakit, Yoongi mendapat cerita ringkas dari bibi lewat telepon. Bibi bilang paman pingsan dan tidak kunjung sadar, panik dan bibi membawanya ke Rumah sakit atas saran Seokjin.
Sedan hitamnya membelah lengang jam kantor jalanan kota, Yoongi sedikit kalut. Karena bibi hanya sendirian.
Saat pintu ruang rawat terbuka, maniknya mendapati tubuh paman yang terbaring lemah beserta pipa oksigen dihidungnya. Seseorang memunggunginya, terlihat dari punggung kecil itu dapat diterka jika Jungkookie-nya yang disana.
"Hei Jung, " Yoongi menepuk pelan bahu adiknya.
Jungkook tersenyum kecil "Dimana bibi?" belum sempat pertanyaannya dijawab, suara pintu terbuka mengalihkan pandang keduanya. Bibi datang dengan sebuah kantung plastik dan map biru dalam genggaman. Melempar senyum hangat andalan "Bagaimana paman?" Yoongi memulai. "Memerlukan hasil laboratorium, dokter belum memberikan penjelasan rinci sebelum hasil itu keluar. Kemungkinan lusa. "
Bibi berjalan mengitari brankar hingga disebrang keduanya, tangan halusnya mengusap rambut-rambut di kening paman. "Yoon, tolong hubungi Namjoon lagi. Katakan padanya agar memajukan jadwal pulang." ujar bibi tanpa mengalihkan pandangannya dari sng suami. Tatapannya begitu sendu dan dalam.
Paman tidak pernah sakit parah selama Jungkook dan Yoongi tinggal bersamanya. Paling hanya demam, itu pun berlangsung pada malam hari dan keesokkan harinya paman sudah sehat. Keduanya mengerti ketakutan Bibi, apalagi kejadian ini begitu tiba-tiba.
"Oh Kookie, ayo makan siang." Yoongi menggiring sang adik ke sofa dipojok ruangan, bibi mengeluarkan paket-paket bento yang tadi dibelinya. Juga mengeluarkan tablet dan botol obat milik Jungkook.
***
Sudah lewat tengah malam. Deras hujan menyapa malam, dengan suara petir tajam saling bersahutan.
Jungkook tidak bisa terpejam, lebih tepatnya terbangun pas menit dua puluh yang lalu. Kedua manik seirasnya menatap nanar langit-langit kamar yang temaram. Yoongi terlelap dengan dengkuran halus disampingnya, kentara lelah diwajah pucatnya. Jungkook meringis, penghangat ruangan terasa sayup-sayup. Tubuhnya sedikit menggigil, masih merasa dingin.
Anak itu memiringkan tubuhnya menghadap Yoongi, menatap sang kakak lekat. Bibi masih menunggui paman, rumah sepi. Hanya ada ia dan Yoongi dan bi Han yang mungkin sudah tidur.
Pikirannya melayang, berkelana menyelam mimpi-mimpi dan kejadian yang sudah terlewat.
Bagaimana banyak Kakaknya sudah terluka karena dirinya. Jiwa maupun raga. Sudut kecil dihatinya berkedut nyeri. Pelupuk mata bulat itu mulai mengembun.
Jungkook mengutuk, kekurangannya kembali. Janjinya pada sang Bunda hampir dilanggar.
Jaga kakak untuk bunda ya?
Pantas Bunda datang dengan wajah garang disetiap bayangnya. Maaf bun.
Setetes air mata mengalir, sebisa mungkin bibir ranumnya ditekan. Agar isakannya tidak membangunkan sang Kakak.
Jungkook ingin sembuh. Ia tidak mau terus seperti ini. Ia ingin seperti masa dimana Bunda masih berada disampingnya. Dirinya ingin bangkit, dan mengganti lembaran kelam hari kemarin.
Kakak Bantu aku...
Awalnya yang terdengar hanya sayup, dan Yoongi terlalu malas mendengar. Tapi saat kedua isakkan itu terdengar semakin nyata. Yoongi tersadar ini bukanlah sebuah halusinasi belaka.
Dan benar saat ia membuka mata dan menemukan Jungkook menggigil dengan mata tertutup. Kelopak matanya memerah diselingi aliran air mata, posisinya menyamping dan Yoongi total kalut.
"Kookie, buka matamu sebentar," tangannya menepuk pelan pipi Jungkook, terasa dingin seperti kosong. "Kook--" Jungkook membuka matanya, kedua manik itu memerah dengan binar yang berkabut. Yoongi sendu dengan bibir berkedut. "Ada apa?" suaranya lembut, Jungkook masih berbaring menyamping sedangkan dirinya terduduk dengan telapak tangan yang masih dipipi sang Adik. Berbagi hangat.
Jungkook menggeleng halus, sebelah tangan dinginnya yang lain menyentuh tangan Yoongi dipipi. Sedikit menarik agar si Kakak kembali berbaring. "Ayo katakan, ada apa? Ada yang sakit? Bermimpi lagi?" Jungkook pening, isakkan nya tersisa satu-satu. Beringsut merapatkan tubuhnya pada sang Kakak. Dan Yoongi paham, melingkarkan tanganya pada bahu sang adik lalu menyisir rambut hitam yang mulai memanjang itu pelan.
"Tidak apa Kakak disini. " []
A/n;
Hai semua! Sssssuuupeeer ngaret. Aku minta maaf banget:D
Akhir-akhir ini kesehatanku terganggu huft*alay
Dan aku berhasil mencetak sejarah selama 11 tahun sekolah, baru kali ini (minggu kemarin si) namaku Ada di Agenda dengan keterangan 'Sakit' wkwkwkwk. *udah gak penting wkwkw *skip
Dan aku super duper kaget terkejut blablabla soal kasus yang menimpa Seungri kemarin. Sungguh, entah mau ngomong apa aku bener bener gapunya kata untuk itu. Aku kecewa sekaligus ngasianin, dan itu bener bener ah sudahlah---
Aku akan usahin update cepet untuk selanjutnya!
Terimakasih untuk yang sudah mendukung dan menunggu cerita ini. Aku semangat banget setiap baca komen kalian. Sebuah bentuk kesederhanaan ya wkwkw
Oke banyak ngomong.
Selamat malam! Thx and luv u<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest