Jungkook terbangun dengan keringat sebesar biji jagung diseluruh permukaan wajahnya.
Nafasnya terengah-engah seperti orang yang sedang maraton. Piyamanya basah, gemetar ditangannya sangat terasa.
Jungkook ingin berteriak keras, meraung, dan menangis melepaskan beban dan sesaknya seperti yang biasa terjadi.
Tapi dirinya menolak itu.
Ini berbeda, mungkin jika ia menangis, meraung bahkan sampai mengamuk sesak didadanya tidak akan pernah berkurang.
Lantas yang ia lakukan adalah bergegas pergi dengan kaki gemetar menyentuh lantai dingin, menyambar jaket hitam yang tersampir di kursi belajarnya.
Berjalan tergesa-gesa melewati Yoongi yang sedang mengambil air di lemari pendingin yang terbangun dari kantuk karena rasa haus mendera.
"Jungkook-ah,"
Jungkook abai akan hal itu, akan tetapi saat tangannya hampir sampai pada gagang pintu ia segera teringat dengan satu hal.
"Jungkook, sudah larut kau mau kemana?"
"K-kak .. t-tol-tolong a-antar aku. " Jungkook tergagap meraih pundak kakaknya lalu memberikan sedikit goncangan.
"Hei tenanglah dulu, "
"T-t-tidak kak a-ayo c-cepat, " Yoongi bisa melihat dengan jelas hidung dan pipi Jungkook memerah, menahan tangis. Ia meraih tangan Jungkook dibahunya, terasa sangat dingin dan gemetar. Meremasnya pelan hingga anak itu bisa bernapas dengan tenang.
"Kemana?"
"Sungai dekat sekolah. "
***
Hari ini hari pertama Jungkook di klub vokal.
Kakaknya sering bermain piano dirumah, bunda juga seorang penyanyi berbakat dan ia menyukai hal-hal berbau seni musik. Suara indahnya adalah aset berharga yang harus dijaga dan digunakan dengan baik.
Jungkook terduduk kikuk lingkar paling belakang. Ia tidak pandai dalam bergaul, terbiasa dengan sepi suasana rumah dan sesekali bertemu guru sang dokter pribadinya.
"Hai! "
Jungkook terjungkit lantas tersenyum kikuk kepada lelaki yang tiba-tiba menyapanya. Suara berat sampai ditelinganya, sangat khas dengan tawa boxy andalan. Jungkook tahu lelaki dihadapannya ini adalah seorang senior yang cukup populer dan banyak dijadikan buah bibir para siswi kelasnya.
"Jeonghan memang kaku, pidatonya membosankan sekali ya?"
Ingin sekali Jungkook mengangguk dan membenarkan, tapi yang ia lakukan hanya tersenyum dengan sebelah tangan menggaruk tengkuk.
"Namaku, Kim Taehyung."
Hari itu,
hari pertama Jungkook mengenal Sosoknya.Menjadikan dia seorang panutan, sekaligus kakak yang menyenangkan.
Berbagi cerita dan tawa-tawa kecil.
Taehyung adalah orang yang sangat menawan, segala yang ia lakukan, dan segala yang ia pakai selalu menjadi istimewa.
Suaranya sangat Indah dan khas. Mata elangnya bersinar, lalu melengkung dengan gelak tawa.
Jungkook mendapat hujanan afeksi dari Taehyung. Pun Jungkook yang membagi segalanya.
Namun Taehyung sangat tertutup. Sangat tertutup seperti loker tua kehilangan kunci. Dan Jungkook tidak tahu dimana menemukannya.
Banyak hari dimana Jungkook menceritakan kegundahan hatinya. Dan Taehyung akan menjadi pendengar Setia, memberikan nasihat dan tepukan-tepukan pelan pada punggungnya.
Akan tetapi hingga saat ini Jungkook tidak pernah mendengar Taehyung mengadu tentang hari-hari beratnya, padahal Jungkook akan menjadi pendengar yang baik walau tidak bisa memberikan solusi terbaik.
Segala pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan seorang Kim Taehyung akan tersimpan rapat diujung lidahnya. Sekali bertanya, jawaban lain yang malah terlontar.
***
"Taehyung bukan anak kandung kami Yoongi. "
Yoongi terkejut.
Tuan Kim meremat jarinya, pandangannya lurus kedepan memandang tembok rumah sakit yang terlihat dingin."Nara tidak bisa hamil, dan kami mengangkat Taehyung saat umurnya menginjak dua bulan. "
Helaan nafas terdengar lelah, kentara kesedihan terselip diantaranya.
"Awalnya baik-baik saja, tapi saat Taehyung berkata dirinya lelah.. Saat itu pula kami sadar akan hari-hari berat yang dilewatinya. "
"Paman.. "
"Beberapa orang iri dengan segala kesempurnaan dia, hingga puncaknya membawa status Taehyung dikeluarga. "
Air mata Tuan Kim memupuk di ujung matanya.
"Taehyung tidak malu akan statusnya, ia hanya terlewat lelah dengan keadaannya. Bagaimana ia diolok-olok karena kesempurnaan. Dan membawa kami sebagai bahan perbandingan." Tangan Yoongi terangkat menuju bahu bergetar ayah kawan adiknya. Ikut Merasakan sakit mendalam tentang bagaimana keadaan dan hari-hari berat yang bocah itu lewati.
"Kami menyesal tidak menyadari lukanya dari awal.. Aku bodoh tidak jeli akan kemurungannya. Ah.. Taehyungieku yang Malang." []
A/n
Terselip ketidak tuntasan dibagian ini. Aku sangat minta maaf. (Up ini nyuri waktu di pelajaran bahasa sunda)
Dan Teruntuk kalian yang masih bertahan di cerita ini aku ucapkan Terima kasih banyak.
Cerita ini diperkirakan memiliki banyak bagian, karena jumlah kata perbagiannya sangat sedikit. Dan akan Aku usahakan tetap up seminggu tiga kali, supaya cepat selesai:D
Jika kalian merasa bosan atau alurnya terasa monoton silahkan tinggalkan kritik dan saran dikolom komentar.
Ini memang bukan cerita pertamaku yang sudah dipublikasi, tetapi cerita ini adalah cerita pertamaku yang sampai ke sekian bagian.
Sekali lagi aku minta maaf untuk ketidakpuasan dibagian ini, juga maaf untuk para Taehyung/Vkook/Kookv stan karena aku buat momen mereka sedikit dan membuat Taehyung kalian mati cepat. Aku pengen fokus ke Yoonkook dulu, sebagai gantinya nanti akan ada bagian Tribute Taehyung yang banjir tawa dan air mata. Entah ditengah cerita atau bagian istimewa nanti. Jadi Siapkan hati kalian ya!
Btw, Kok jadi panjang banget?
Terima kasih^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Hayran Kurgu[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest