Bab 18 : Party

329 19 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.


Bunyi trompet memenuhi ruangan TIM KIM, balon, topi kerucut, kue besar dengan lilin, ikut serta menemani di pesta kecil kecilan itu. Sesekali mereka menyanyi, Seokjin yang paling tua di anggota itu dia tanpa malu menuangkan bir di gelasnya mencampurnya dengan soju khas seoul. Lalu meminumnya sendiri sampai habis.

    "Kerja bagus! Aku sangat kagum dengan kerja kerasmu! Aku harap kau bisa mencapai menangkap ketua mafia yang kau incar selama sebulan ini,"

Pak Jack yang ikut masuk dan mencicipi kue besar itu, dia menepuk bahu Namjoon antusias. Sifat amarahnya sedang dia sembunyikan di suatu tempat, hasil yang Namjoon berikan membuat sifat amarahnya itu bersembunyi entah di mana

Namjoon mengeleng. "Tidak! Ini semua juga hasil kesabaran dari Pak Jack! Jika Pak Jack tidak memberikan aku kesempatan ke dua, mungkin aku sudah meminta minta di tengah jalan sekarang,"

    "Kau itu! Kau membuat aku merasa bersalah karena memarahimu! Maafkan aku yang itu! Jujur saja kelakukan anggotamu itu membuatku geram, terlebih mata mata yang ku kirim adalah saudaraku sendiri. Aku tidak sanggup dan tidak siap melihat jika saudaraku mati oleh ketua mafia itu." Pak Jack menatap Namjoon. "Aku harap kau mengerti apa yang aku katakan,"

Namjoon menganguk dan meminta Pak Jack untuk duduk di kursi miliknya. Setelah itu Namjoon pergi ke daerah lain ruangan, tempat dimana Seokjin duduk dengan sojunya. Dengan kesadaran setengahnya.

    "Kau tahu! Jika Pak Jack tahu kau mabuk! Kau bisa kena Skors!" Namjoon merebut botol minuman jeruk yang di dalamnya terdapat soju. Dia memeguknya, menghabiskanya sebelum Seokjin melanjutkan minum.

    "Kau bodoh! Kau menghabiskan milikku!" Seokjin memukul pelan bahu Namjoon, dia oleng, lalu tertidur di meja. Berguman sedikit.

Namjoon berdecak. "Dasar menyebalkan! Semakin lama dia semakin menyebalkan, bagaimana bisa dia memaksa dirinya sendiri jika dia tidak kuat minum! Padahal ini belum satu botol! Dasar payah,"

Namjoon melanjutkan minumnya kali ini bir milik Seokjin, dia membuka kalengnya menenguknya. Sampai seseorang datang menepuk bahunya dengan keras dia tersedak, bir itu bahkan sedikit tumpah ke lantai.

    "Ya! Kau gila! Mau mati,ya?" pekik Namjoon seraya meletakan kaleng bir itu di meja.

    "Tidak! Aku masih sayang nyawa," Namjoon mengeleng kesal. "Tapi, aku masih tidak percaya kau menemukan tempat seperti itu, itu jakpot! Kau bisa saja di promosikan bulan depan, mungkin jabatan Pak Jack akan di gantikan olehmu. Tapi bagaimana bisa kau menemukannya?"

Namjoon tertawa kecil. "Dari pertama kali aku bertemu denganmu, baru kali ini kau sangat penasaran denganku, biasanya kau akan diam dan tidak menanyakan bagaimana cara aku melakukanya. Ada apa kali ini, Tae?"

Taehyung menghela nafas. "Itu karena aku melihatmu melakukan caranya. Aku ada di sana. Tapi penemuan tempat itu aku sama sekali sedang tidak ada bersamamu, kasus pembunuh siswa yang masih berkeliaran menghambatku," Taehyung menatap Namjoon berharap. "Cepat beritahukan padaku tentang penemuan yang sangat fanfastis itu,"

Namjoon menatap sekitar, semua orang sedang asik dengan obrolan mereka. Namjoon mendekat ke Taehyung. Berbicara berbisik. "Aku sedikit dapat petunjuk, awalnya aku ragu tapi aku tetap mengikuti petunjuk itu.

    "Aku tidak mengerti,"

Namjoon menghela nafas. "Baik aku akan ceritakan! Tapi kau jangan katakan hal ini pada siapapun!" Taehyung menganguk. Mulai mendengarkan dengan antusias. "Aku dapat petunjuk dari ayahku,"

    "Bukannya ayahmu sudah meninggal?" potong Taehyung.

    "Iya aku tahu! Tentang B.I yang mengirimkan pesan padaku kemarin, ternyata ayahku meninggalakan sebuah pesan untukku dan Chaerim. Kau tahu, ayahku bilang dia seorang Mafia,"

    "Apa?" pekik Taehyung spontan.

    "Berisik! Kau mau aku berhenti bercerita?" ancam Namjoon. Taehyung mengeleng cepat lalu menutup mulutnya.

    "Ayahku seorang mafia, lalu di pesan itu ayahku bilang tentang tangan kanannya dan jika aku ingin mengetahui sesuatu tentang ayahku aku harus menghubungi dia. Aku sempat bertemu denganya dan orang itu mengatakan semuanya tentang ayahku dan siapa pembunuh ayahku. Dan tempat itu, dia juga yang memberitahukannya padaku."

    "Jadi, ayahmu seorang mafia! Tapi kau sendiri mengejar mafia! Ini benar benar melawan ayahmu,"

    "Tidak! Ayahku sendiri yang menyuruhku untuk menjadi polisi, dia bilang aku harus menangkap semua mafia di seoul. Aku tidak tahu ada masalah apa sehingga ayahku memutuskan untuk berkhianat dengan pekerjaanya sendiri tapi aku pasti akan menangkap semua mafia itu,"

Taehyung menggaruk kepalanya. "Memangnya ada berapa mafai di seoul? Yang aku tahu hanya di Yoongi itu,"

    "Ayahku bilang ada lima, itu yang dekat dengan ayahku. Tapi aku yakin masih banyak mafia kelas kakap dan teri lainya yang berkeliaran di seoul!" Namjoon menepuk bahu Taehyung. "Kau ingin menangkap semua mafia itu tanpa harus mengikuti arahan pak Jack kan?"

    "Tentu saja! Aku sudah mengatakan itu ribuan kali padamu!" ucap yakin Taehyung.

    "Aku ingin kau mencari informasi tentang beberapa orang dan berikan padaku. Aku yakin idemu kali ini bisa membuat kita di pandang seperti dulu lagi"

    "Memangnya siapa yang kau cari?"

    "Lima mafia paling terkenal. Dulu sebelum kita masuk ke kepolisian, sebelum ayahku meninggal. Ada lima mafia yang terkenal paling banyak melakukan kriminalnya di seoul, salah satunya adalah ayahku sendiri. Won Baek Jin, Min Gong il, Song Won Hae dan Jun Gok il. Mereka semua adalah ketua mafia yang paling terkenal dulu, entah ada masalah ada mereka berempat dengan ayahku sehingga membunuh ayah dan ibuku. Aku ingin kau mencari tentang mereka semua, dimana mereka, tinggal, kerja atau segalanya sebisamu. Jangan sampai terlewat, informasi sekecil apapun berikan padaku." pinta Namjoon.

Taehyung menghela nafas. Tentu saja, itu lumayan banyak dan membuatnya pusing. "Sepertinya aku tidak bisa, itu terlalu banyak. Lagi pula aku tidak mempunyai akses untuk mencari informasi sebanyak itu."

Namjoon menganguk paham. "Yasudah! Aku akan berikan ini pada B.I, bisa aku minta nomornya yang baru! Aku belum menyimpanya."

    "Kenapa harus dia, sih?" tanya Taehyung kesal.

    "Kenapa? Ada yang salah? Lagi pula aku sudah lama meminta mencarikan sesuatu padanya. Tidak ada lagi yang bisa aku suruh,"

    "Tapi kenapa harus dia?"

    "Kau itu sebenarnya ada apa sih dengan B.I? Kalian bertengkar? Merebutkan perempuan? Kenapa kau membawa masalah pribadimu di tempat kerja? Kau sangat tidak profesional!"

    "Kau tidak tahu apa masalahnya!"

    "Makanya ceritakan padaku! Siapa tahu aku bisa membantumu,"

Taehyung mengeleng kesal seraya meninggalkan Namjoon di sana pergi keluar. Namjoon melihat Taehyung aneh. Bertanya ada masalah apa sebenarnya. Taehyung dan B.I jarang sekali bertemu apa lagi berbicara, B.I orang lapangan, dia jangan berada di kantor apa lagi menetap. Lalu bagaimana bisa Taehyung dan B.I mempunyai masalah? Dan memangnya masalah apa?

    "Hei! Jin Hyung! Bangun! Kau meneteskan air liur di meja!"

    "Pergi sana!"

    "Aissshhh! Kau menyebalkan!"

TIM KIM Vs Min Yoongi (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang