Bab 5 : Danger

705 50 0
                                    

Chaerim berjalan memasuki sekolahnya setelah melewati gerbang sekolahnya yang tinggi dan megah, banyak tatapan aneh yang di lontarkan siswa lain padanya, kabar mengenai kejadian kemarin sudah menyebar seantero sekolahnya. Bahkan Chaerim melihat seseorang menunjuknya, menatapnya jijik dan benci. Chaerim mencoba tidak perduli dengan semuanya, terutama makian dan gerutuan siswi centil yang mengangapnya banyak tinggkah di depan U-kwon. Wajar mereka melakukan hal itu padanya, melihatnya sisis dan memakinya. U-kwon tampan, kaya, terlebih dia salah satu incaran para siswi di sekolahnya, wajar semuanya melakukan hal itu padanya. Tapi bagaimana dia bisa melewati ini semua jika seperti ini? Bagaimana dia bisa belajar? Semuanya menatapnya seperti itu! Rasanya Chaerim ingin pulang dan mengurungkan dirinya di kamar.

"Hei! Kenapa masih di sini?" tanya seseorang setelah menepuk pundaknya, Chaerim yang sedang melamun tentu terkejut terlebih siapa pelaku yang menepuk pundaknya.

"Ah! Tidak apa apa! Cuman rasanya aku ingin pulang saja, lalu menyalahkan diriku di kamar. Aku sangat malu setelah kejadian itu. Lebih baik kau jangan dekat dekat denganku nanti kau kena imbasnya, mereka akan membencimu! Atau mungkin aku yang semakin di benci oleh mereka karena sudah dekat denganmu! Kau itu pangeran sekolah, incaran gadis-gadis centil itu! Kau lupa? Jungkook?"

Jungkook tersenyum kecut, lalu mengacak rambut Chaerim. "Kau jangan seperti itu! Kita sudah bersama sejak SMP, kau jangan membuatku merasa sangat buruk, aku merasa terlihat payah! Lebih baik jangan pikirkan lagi kejadian kemarin dan kelakukan anak anak padamu saat ini. Mungkin anak anak yang lain mengangap kalau kejadian itu adalah salahmu, tapi menurutku kau tidak salah! Kau tidak akan melakukan hal itu, dan melihat siapa cowoknya, akan sangat mustahil kalau kau melakukan hal itu ke cowok egois itu!" Jungkook beralih menarik tangan Chaerim. "Sekarang ayok masuk! Bel sebentar lagi bunyi,"

Tanpa permisi, Jungkook membawa Chaerim ke kelas tanpa melepaskan tanganya. Tanganya mengengam erat tangan Chaerim, seakan merasa akan kehilangan Chaerim jika dia sampai melepaskan tanganya. Tanganya begitu hangat dan halus. Membuat sedikit rasa sedih Chaerim menghilang. Chaerim tidak marah, toh mereka sudah mengenal sejak lama, hanya mengengam saja tidak akan membuatnya terluka. Namun siswi yang tidak sengaja melihat mereka berdua, menatap Chaerim benci. Tapi Chaerim hanya bisa menyembunyikan wajahnya, berusaha tidak perduli sampai dia sampai di kelas.

♠️♥️♣️♦️

"Kalian baru sampai!"

Pak Juhae menatap tajam tiga juniornya yang sedang menunduk malu, tangan kananya mengengam sebuah map yang dia gulung dan menjadikannya sebuah pemukul untuk memukul tiga juniornya. Wajah korea bercampur amerika milik Pak Juhae terlihat seram dengan seringnya keluar gerutuan dari mulutnya.

"Mana sopan santun kalian! Aku saja senior kalian datang lebih cepat! Jangan hanya karena kalian menjalankan misi untuk menangkap ketua mafia kelas kakap itu, pekerjaan lain tidak kalian selesaikan! Masalah masyarakat adalah masalah kalian juga, kita sebagai polisi harus membantu mereka! Mau bagaimana pun kondisi kalian! Sibuk, sakit ataupun yang lain jika tugas memanggil kalian, cepat kerjakan!" Pak Juhae menengok ke belakangnya. "Ini lah yang terjadi jika kita polisi lalai dengan tugasnya, sudah ada korban lagi!"

"Maafkan kami pak! Kami janji tidak akan mengulanginya lagi! Kami TIM KIM akan berusaha sebisa kami!" Kim Seokjin, sebagai anggota paling tua di TIM KIM dia merasa harus menenangkan Pak Juhae yang marah sebar saat ini. Jika tidak, Pak Juhae tidak akan membiarkan mereka melanjutkan pekerjaan mereka. "Dan untuk masalah ini, kami akan menemukan pelakuknya secepat mungkin, secepat yang kami bisa,"

"Baiklah! Sekarang selesaikan tugas kalian! Jaga tempat ini, sebentar lagi petugas ahli forensik akan datang untuk mencari bukti. Jangan membuat masalah!"

"Baik pak!" Seokjin mengangkat tanganya, hormat saat Pak Juhae beranjak pergi.

"Ini semua salah kalian!" Seokjin menatap dua pemuda di belakangnya marah. Dia berdecak pingang, menatap mereka dingin sekaligus memaki maki mereka dalam hati. "Coba saja tadi kalian tidak ketiduran dan memperlambat waktu ke sini! Kita tidak akan terkena amarah Pak Juhae! Perlu aku ingatkan lagi, Pak Jack lebih kejam dari pada Pak Juhae!"

"Ini salah Namjoon, Hyung!" lirihnya.

"Aku tidak menyalahkanmu, Taehyung! Ataupun kau Namjoon! Kalian berdua salah! Sikap santai kalian dan tidak bisa membagi waktu yang membuat karir dan reputasi kita menurun. Aku sudah ingatkan kalian, jangan pernah mengangap remeh kepolisian! Semuanya di sini serius, tidak ada main-main! Kita bermain di lingkaran hukum! Kalau kalian berdua masih seperti ini, dan membahayakan masyarakat! Kalian berdua bisa di pecat!"

"Lain kali kita tidak akan seperti ini! Maaf! Aku akan sebisa mungkin membagi waktu," gumam Namjoon yang hampir tidak terdengar oleh Seokjin.

Seokjin mengelengkan kepalanya. "Yasudah! Sekarang pasangkan garis polisi di sekitar tempat ini, jangan merubah apapun!"

Namjoon dan Taehyung menganguk. Lalu, mereka mengambil peralatan dan melaksanakan apa yang Seokjin minta. Taehyung pergi ke sebelah ujung, sedangkan Namjoon melihat apa yang menjadi masalah di tempat ini sehingga kepolisian menjadi ikut campur.

Sebuah mayat, tergeletak mengenaskan dengan luka sayatan dalam di beberapa tubuhnya, pakaiannya pun ikut tersayat dan menyisakan sedikit potongan di bagian atas tubuhnya. Dari rambutnya yang pendek dan postur tubuh yang lumayan gagah, Namjoon yakin mayat itu adalah seorang pemuda. Wajah mayat itu berlumuran darah, bahkan Namjoon tidak bisa melihat wajah asli mayat itu.

Namjoon menahan rasa mualnya saat dia sudah melihat keberadaan mayat itu di sana, dia berusaha menahan nafasnya sambil memasang garis polisi sebelum warga datang dan mendekati TKP dan menghilangkan bukti untuk di catat oleh ahli forensik.

"Ada apa denganmu?" Taehyung mendekatin Namjoon yang sedang mengikat garis polisi ke sebuh pohon terdekat dengan wajah tidak mengenakan yang dia tunjukan. "Kau mual?"

"Tidak! Aku hanya merasa mayat kali ini terlalu kejam! Sampai seperti itu, aku merasa tidak enak." Namjoon memasukan sisa gulungan ke kantungnya. "Lagi pula siapa yang tega melakukan hal sekejam itu?"

Taehyung melihat sekitarnya, memastikan tidak ada orang di sekitar mereka berdua. "Menurut kabar, seorang siswa!"

"Maksudmu?" Namjoon menatap Taehyung bingung.

Taehyung menghela nafas, menarik Namjoon mendekat. "Kau bilang tadi siapa yang tega melakukan hal ini? Aku dengar yang melakukan ini adalah seorang siswa!" bisik Taehyung di telinga Namjoon.

"Kau bercanda,"

"Untuk apa aku bercanda!" Taehyung makin menarik Namjoon. "Aku dengar, ahli investigasi mengambil kesimpulan bahwa yang melakukan ini adalah seorang siswa. Dari beberapa pembunuhhan kejam sebelumnya, salah satu kasus meningalkan jejak berupa CCTV dan sebuah pesan di handphone korban. Dan itu adalah teman sebayanya, bahkan mereka sempat berbicara sebelum dia melakukan pembunuhan. Tim Investigasi baru memastikan dan belum memutuskan apa memang benar pembunuhan kejam dari sebulan ini adalah kelakukan adari seorang siswa. Mereka masih mencari bukti kuat lainnya, agar polisi bisa cepat cepat menangkapnya sebelum pembunuhan lainnya terjadi lagi,"

Namjoon tertawa getir. "Hah! Pemuda mana yang memiliki sifat piskopat seperti itu! Mustahil!"

"Ya, memang! Tapi di dunia ini tidak ada yang mustahil. Tapi melihat kejadian Chaerim kemarin sepertinya selain pemuda yang piskopat, mungkin ada yang lebih parah dari itu." Taehyung menepuk bahu Namjoon. "Semoga saja mereka semua tidak ada di sekolahan Chaerim! Jujur aku khawatir dengannya,"

Taehyung meninggalkan Namjoon, kembali memasang gulungan garis polisi di tempat lainnya. Sedangkan Namjoon, dia terdiam, memikirkan kata kata Taehyung yang membuat dia takut dan khawatir lebih dari apa pun.

TIM KIM Vs Min Yoongi (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang