TIM KIM Vs Min Yoongi (Tamat)

Bab 46 : Namjoon OK?

Chaerim membiarkan laki-laki yang terkurung bersamanya menendang nendang pintu ruangan yang di kunci dari luar, dia berteriak, menancam, memaki dan mengejek ejek pengawal yang berjaga di luar. Jika saja Zico mengatakan untuk tidak mendengarkan semua ocehan laki-laki itu, Chaerim yakin laki-laki itu sudah babak balur di pukuli oleh pengawal Zico yang sudah tidak bisa menahan amarahnya setelah mendengar semua ejekan yang di keluarankan oleh laki-laki itu. Dia bukan pasrah atau apapun itu, tenaganya sudah habis. Apa lagi bekas jambakan Zico masih terasa di kepalanya, dia pusing dan dia kurang tidur. Seharusnya dia sedang tidur di rumah Jungkook saat ini, berada di dalam mimpi.

    "Uhkk!" Chaerim menyentuh kepalanya, entah apa. Rasanya seperti migrain.

Mendengar itu laki-laki itu sontak berhenti memberontak langsung mendekati Chaerim dengan panik. "Kau tidak apa apa? Apa ada yang sakit? Kau pusing?" tanyanya khawatir.

Chaerim mendongak. Melihat laki-laki itu. "Aku tidak apa apa! Hanya pusing,"

Laki-laki itu menganguk. "Baiklah! Jika ada apa apa katakan padaku! Aku akan membebaskanmu dari sini, aku akan cari jalan keluarnya selain pintu yang di jaga penjaga sialan itu," laki-laki itu bangun berniat mendekat ke pintu dan melakukan hal seperti sebelumnya. Namun Chaerim menahannya.

    "Anda siapa?" tanya Chaerim. Laki-laki itu berhenti lalu membalikan badanya. "Kenapa Anda ingin menyelamatkanku? Kalau Anda ada sangkut pautnya dengan mafia itu lebih baik urungkan niatan Anda untuk menolongku, aku tidak mau mendengar apa bayaran atas Anda menolongku nantinya,"

Laki-laki itu mendekat laku duduk di depan Chaerim. "Sepertinya Namjoon belum cerita apapun tentang ayah dan ibumu atau pun aku,"

Chaerim membulatkan matanya. "Bagaimana Anda tahu Namjoon Oppa?"

Laki-laki itu menyodorkan tanganya. "Kenalkan aku Jang Hwan Jin. Aku pengawal pribadi ayahmu dulu, aku tangan kanannya. Bisa di bilang aku lumayan dekat dengan Ayahmu,"

Chaerim menerima tangan itu, lalu dia gengam erat. "Jadi paman dekat dengan ayah? Bisa ceritakan kenapa ayah dan ibuku mati? Apa dia di bunuh?"

Hwan menghela nafas. "Dia di bunuh," ujar Hwan, Chaerim sontak menutup mulutnya. "Yang membunuh ayahmu itu salah satu pengawal suruhan Yoongi dulu dia pernah menjadi pengawal ayahnya Yoongi, aku tidak tahu pasti yang mana tapi aku yakin saat ini dia masih menjadi pengawal Yoongi,"

    "Yoongi? Tidak mungkin! Kenapa harus Yoongi?" Chaerim menutup wajahnya, dia menangis. Ini terlalau berat untuk dia dengar, cukup dia tahu jika Yoongi membencinya dan tidak akan menyukainya sampai kapanpun. Namun sekarang dia mendengar jika ayah dan ibunya di bunuh oleh pengawal Yoongi! Apa ini tidak keterlaluan? Hwan menepuk bahu Chaerim, berusaha menenangkannya. "Paman Hwan! Aku sudah tidak sanggup, pada laki-laki brengsek itu benar benar kejam. Zico, Mino, Bobby dan  Yoongi. Mereka benar benar menhancurkan hatiku! Kehidupanku benar benar hancur! Rasanya aku ingin mati saja!"

    "Sabar Chaerim! Jangan mengatakan hal seperti itu! Tenangkan dirimu dulu! Sekarang ceritakan apa yang mereka perbuat padamu?"

Chaerim seketika berhenti menangis, menatap Hwan. "Paman pasti akan menyesal mendengarnya!" Hwan hanya mengeleng. "Zico dan Yoongi menyamar menjadi pelajar di sekolah agar mereka bisa dekat denganku dan melancarkan rencana mereka. Mereka menculikku, memaksaku lalu melecehkanku. Yoongi menikahiku dengan paksa, tapi yang paling menyakitkan dari semua itu. Aku menyukai Yoongi dengan tulus, dari hatiku. Tapi apa yang dia perbuat, dia bahkan menolakku mentah mentah setelah itu menbuangku begitu saja. Lalu muncul dua orang cabul di sana. Mereka semakin membuat keadaan semakin buruk! Menyebalkan!"

    "Kau menyukai Yoongi?" tanya Hwan tidak percaya. "Lebih baik kau urubnkan niatanmu itu, dia itu bukan laki-laki yang harusnya kau jadikan pasangan hidup. Yang ada kau malah akan di jadikan mainan baginya,"