Bab 1. Ngopi di Pinggiran Kota

98 24 27
                                    

🎶 Aku..selalu bahagia saat hujan turun. ( Utopia - Hujan) 🎶

Rintik-rintik hujan turun sejak tadi sore. Aku termasuk anak yang lumayan suka dengan kedatangan hujan. Padahal normalnya, anak-anak yang lain sangat benci ketika hujan datang. Hujannya kan nggak salah, kenapa harus dibenci? Gumamku dalam hati.

Saat sedang asyik melamun tentang hujan sembari melihat tetesan rintik hujan dijendela, tiba-tiba handphone milikku berbunyi. Cling.

Tanda ada chat whatsapp masuk. Kulihat layar notif menunjukkan nama Abi ♡ sebagai pengirimnya. Lalu ku bukalah pesannya yang berisikan :

Abi ♡
Ay, nanti malem ngopi yuk. Kamu mau nggak?

Senyum tipis tersungging ketika aku membaca pesan ajakan dari Abi. Kemudian, aku membalas pesannya.

Abi ♡
Iya ay. Bisa kok. Jam berapa ngopinya?

Klik. Sending. Tak lama kemudian, Abi membalas.

Abi ♡
Nanti setelah aku pulang kerja, aku kabarin lagi ya.

Hmm. Desah nafas dalam keluar dari mulutku. Abi memang menjalani kehidupan yang berbeda. Disatu sisi, ia harus kuliah sama sepertiku.

Namun disisi lainnya, ia juga harus meneruskan pekerjaan ayahnya yang sudah lama jatuh sakit. Aku tidak malu dan cukup berusaha mengerti bila berada diposisinya.

Abi adalah anak pertama dari empat bersaudara. Jadi ya mungkin itulah alasan mengapa ia menjalani kedua profesi itu. Tanpa basa-basi, aku pun membalas.

Abi ♡
Oh yaudah sayang. Nanti kabarin aku lagi yaa. 😘 semangat kerjanya ya. 😊

Klik. Sending. Abi langsung membalas.

Abi ♡
Iyaa sayang 😘😘 makasih supportnya.

Pesan yang dikirimkan Abi berhasil membuatku senyum-senyum sendiri saat membacanya. Setelah itu, ku lanjutkan pekerjaanku juga sebagai penyiar radio kampus.

Malam harinya..
Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Aku menyiapkan setelan celana jeans lengkap dengan kaos bergambarkan monyet lucu dan hoddie warna hitam favoritku. Selesai sudah persiapanku untuk keluar bersama Abi nanti.

Sembari menunggu, aku mengisi waktu dengan solat isya' terlebih dahulu. Selesai solat, handphone-ku berdering pertanda ada panggilan masuk.

Dilayar tertera kontak Abi ♡ menelponku. Aku bergegas mengangkat telepon itu.

Kia ^_^
"Assalamu'alaikum, iya Ay, gimana?"


                                                  Abi ♡

"Wa'alaikumsalam, itu Ay ngopinya agak nanti gimana? Soalnya ini diwarungku masih rame banget pembelinya. Sman gelem ndak?"


"Emm.. yaudah sayang nggak apa-apa. Aku tungguin."

"Tapi kalau sman capek n mau tidur ndak apa-apa, lain kali aja ngopinya Ay."

"Gapapa. Aku tunggu sman selesai aja. Ntar kabarin lagi kalau sman udah otw kosku ya."

"Hmm.. yaudah ay oke."

Klik. Ku tutup telepon Abi dengan desahan nafas dalam-dalam.

Aku hanya berusaha mengerti dan memposisikan diriku bila berada diposisi Abi seperti apa. Salut. Yah, satu kata yang bisa mewakili perasaanku terhadap tanggung jawab yang dipikulnya sebagai anak pertama.

Usai merapikan mukena, aku merebahkan diri diatas ranjang sambil membaca novel favoritku.

Jam 20.45, Abi mengirimkan pesan bahwa ia suda berada dijala menuju kosku. Aku membalas dan mengatakan bahwa aku sedang bersiap-siap.

Ku ambil setelan yang sudah ku siapkan sebelumnya. Setelah berganti baju, ku kenakan pelembab, lipstik berwarna nude dan taburan sedikit bedak sebagai pelengkap make upku. Tak lupa juga menguncir rambutku dengan rambut setengah terurai dibagian bawahnya.

Ku buka handphone dan ada pesan masuk dari Abi yang mengatakan bahwa ia sudah berada didepan kosku. Aku mengunci kamarku lalu keluar menghampirinya.

Jujur, ini pertama kalinya aku ngopi pada jam malam. Jadi bisa terbayangkanlah bagaimana rasanya. Selama diperjalanan, Abi meminta maaf karena telah mengajakku malam ini keluar untuk ngopi. Aku tidak mempermasalahkan dan memaklumi ajakan Abi. Sebab aku sendiri juga sekaligus menambah rekaman memoriku tentang suasana di malam hari.

Sesampainya ditempat ngopi. Abi langsung memesan kopi kepada penjualnya dan menyuruhku untuk menunggunya di meja yang sudah disediakan.

Tampak beberapa meja berjejer rapi dari ujung utara ke selatan. Penjualnya pun berdampingan. Terletak di tepi sungai membuat pemandangan malam ini semakin indah.

Setelah memesan kopi, Abi ikut duduk bersamaku.

"Maaf ya ay, aku ngajak kamu keluar habis hujan begini."

"Iya sayang nggak apa-apa kok."

"Suka tempatnya nggak ay?"

"Suka ay. Suka banget. Dapet info dari mana tempat ngopi natural gini smian?"

"Hehe ada deh. Syukurlah kalau smian suka."

Tak lama kemudian, pesanannya datang. Terhidang didepanku dua gelas white coffe dengan sepiring kecil jagung bakar yang sudah diserut dan dibumbui pedas manis.

Setelah mencicipi sedikit, aku dan Abi larut dalam percakapan demi percakapan keseharian masing-masing.

Sesekali aku melirik ke atas langit. Bintang-bintang disana ikut berkelap-kelip yang menambah keindahan dimalam ini. Yang jelas, aku berharap semoga hal seperti ink takkan mudah berlalu begitu saja.
                                                                                               ****

Notes :
- Sman adalah kata ganti kamu dalam bahasa jawa.
- ndak adalah kata ganti tidak atau enggak dalam bahasa jawa.

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang