Bab 16. Gado-gado

4 2 0
                                    

🎶..aku mau makan, ku ingat kamu... Ratu - Ingat Kamu🎶

Hari ini, rasa bosan menghampiriku. Yaps, aku bosan dengan lauk yang biasa menjadi andalanku saat makan. Aku lapar, tapi aku malas makan lauk yang itu-itu saja. Aku memutuskan untuk bertanya kepada Abi melalui pesan chat.

Abi ♡
Ay, sman punya rekomen lauk ndak?

Klik. Sending. Abi membalas pesanku.

Abi ♡
Aku sih biasanya makan ayam bakar atau ayam geprek Ay.

Aku mendengus membaca pesan dari Abi. Jika dibayangkan, memang enak lauk yang disarankan oleh Abi. Namun entah mengapa, aku sedang tidak ingin makan lauk yang berbahan dasar daging. Aku ingin makan sayur, tapi bukan sayur yang berkuah.

Lalu terpikirlah sebuah makanan berbahan dasar sayur-sayuran, yaitu gado-gado. Aku pun langsung bertanya kepada Abi.

Abi ♡
Emm, kalau yang jual gado-gado di daerah sini dimana ya Ay? Aku tanya temen-temen sekelas dan temen kosan ndak ada yang tau soalnya.

Klik. Sending.

Terlihat kontak Abi ♡ sedang mengetik. Tak lama kemudian, balasan chat dari Abi masuk.

Abi ♡
Aku kurang tau Ay. Tapi kalau sman pengen makan itu, nanti setelah kuliah, kita cari bareng ya. Biar aku yang nganter.

Aku menghela napas ketika membaca pesan Abi. Aku tidak begitu suka jika seperti ini. Nanti orang-orang malah beranggapan jika aku adalah pacar yang manja. Atau bahkan hanya memanfaatkan Abi agar bisa mengantar kemana pun aku pergi. Sama sekali tidak.

Jika aku tau pasti, aku akan membelinya sendiri. Tapi yasudahlah, ku abaikan perkataan-perkataan orang diluaran sana tentang aku dan Abi seperti apa. Aku pun membalas pesan Abi.

Abi ♡
Oke Ay. Nanti kalau sman udah selesai kuliahnya, kabarin ya.

Klik. Sending.
Aku melanjutkan mata kuliah yang sedang diajarkan oleh Bu dosen. Pikiranku menerawang tempat penjual gado-gado. Sebab, cacing di perutku sudah mulai berontak pertanda bahwa mereka butuh asupan makanan.

Setelah presentasi materi dari Bu Gina, beliau membagikan materi selanjutnya hingga masa UTS tiba. Terkait kelompok tiap-tiap materi dibebaskan untuk memilih masing-masing anggota per tiap materinya. Usai pembagian materi, beliau meninggalkan kelas dan bel berbunyi sebagai tanda bahwa perkuliahan telah usai.

"Lu mau makan apa Ki?" tanya Inka yang tiba-tiba menghampiriku

"Belum tau gue. Lu sendiri mau makan apaan?"

"Penyetan depan kampus yuk. Bela sama Anggi juga mau ikutan. Gimana?"

"Gue nggak makan ya tapinya,"

"Lah kenapa? Lu puasa?" tanya Bela dengan mata memicing

"Ya enggak juga sih. Gue cuma bosen aja makanan itu-itu aja. Pengen something,"

"Atau lu udah janjian sama Abi buat makan bareng ya?" tanya Anggi dengan nada santainya

"Mungkin. Hehe tapi gue ikut kalian lah. Cuma nggak makan aja,"

***

Mata kuliah kedua dimulai. Kali ini tentang Fotografi, salah satu mata kuliah favoritku. Walaupun cacing diperut berontak, namun saat mata kuliah ini berlangsung, aku selalu mengabaikan semua hal yang terjadi demi membuat diriku fokus.

Sang dosen, Bu Meyla menjelaskan dengan apik dan jelas. Sehingga membuat mata kuliah ini menarik mahasiswa dan mahasiswi dikelasnya, termasuk aku.

Usai menerangkan, Bu Meyla langsung membagikan kelompok sesuai materi yang baru saja diterangkan sesuai nomor absen. Tidak ada yang menolak. Sebab, jam tangan yang menunjukkan pukul 11.20 membuat semua temanku diam, berharap agar perkuliahan segera usai.

Satu.

Dua.

Tiga.

Teeett.. teeet..

Suara bel berbunyi pertanda bahwa masa perkuliahan telah habis. Terlihat senyum di semua wajah seisi kelas. Bersamaan itu pula ponselku bergetar tanda apa pesan masuk. Dilayar tertera kontak yang kutunggu sekian lamanya.

Abi ♡
Ay, udah selesai kuliahnya? Aku tunggu di kantin ya.

Aku tersenyum membacanya. Lalu aku pun membalas pesannya.

Abi ♡
Udah Ay. Baru aja selesai kuliahnya. Oke, otewe kesana.

Klik. Sending.

Setelah itu, aku berlalu meninggalkan kelas menuju ke kantin. Sesampainya di kantin, Abi bertanya :

"Langsung cari sekarang Ay?"
Krucuukk. Suara perutku sudah tidak bisa tertahankan lagi.

"I-iya Ay,"

Abi menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendengar suara perutku. Lalu ia langsung mengajakku ke tempat parkir. Sehingga bisa segera membeli gado-gado untuk dijadikan menu makan siang berdua.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang