Bab 46. Terungkap

16 1 0
                                    

🎶..dengan dia, dibelakangku, padahalku pilih kamu jadi cinta terakhir.. Astrid - Mendua🎶

"Ki, gue mau ngomong sesuatu sama lu," ujar Vita saat bertemu denganku dikampus

"Eh, ngomong apaan Vit?"

"Gue mau ngomongnya 4 mata doang sama lu. Bisa?"

Tatapan mata Vita terlihat sangat serius sekali. Seperti ada hal yang sangat penting, yang ingin ia bicarakan padaku. Tapi apa?

Lalu dengan tetap bersikap tenang, aku menjawab : "Yaudah, setelah ini kita ke loteng kampus aja. Gimana?"

"Oke nggak apa-apa."

Sebenarnya, sesaat setelah Vita berkata : Ada Yang Ingin Aku Bicarakan, degup jantungku terpacu sedemikian hebatnya. Terasa sekali. Namun, aku memilih tetap bersikap tenang saja. Karena yang ku tahu, sikap terburu-buru hanya akan membuat kacau kegiatan yang lainnya.

*sesampainya di loteng*

"Gue mau bicara sesuatu tentang Abi," kata Vita membuka percakapan

"Abi kenapa Vit?"

Vita menghela napas dalam. Ia merasa seperti ada yang menyangkut ditenggorokannya.

"Kemarin, gue...."

"Lu kenapa Vit? Ngomong jangan setengah-setengah deh lu!"

"Gue ketemu Abi jalan sama cewek lain Ki.."

"Salah liat kali lu Vit."

"Tadinya gue juga mikir gitu sih Ki. Karena posisinya juga udah malem banget, tapi pas gue perhatiin lebih deket lagi, yang gue liat beneran Abi sama cewek lain. Ada pacar gue kok saksinya. Gue sampe buka foto lu sama Abi yang ada di medsos lu biar nggak salah liat."

Jeddeeerr..

Bak tersambar petir disiang bolong. Sama sekali tidak menyangka. Semua dinding kepercayaan yang ku bangun susah payah, dimana saat pikiran negatif menyeruak lalu mati-matian ku ganti dengan pikiran positif, seakan hancur tak beraturan. Merasa percuma dan sia-sia.

Tuhan, benarkah berita ini? Atau aku sedang bermimpi? Harapku cemas.

Aku memberanikan diri bersuara setelah diam beberapa saat.

"Lu kapan liatnya Vit? Dimana?"

"Pas lu pulang. 3hari yang lalu. Di penjual wedang ronde."

Aku diam. Segala spekulasi muncul dalan pikiranku. Perang batin dan pikiran tak dapat terelakkan. Jujur, rasa sedih dan bingung tengah melandaku.

Sedih dengan pernyataan yang ku dengar. Dan bingung, bingung harus melakukan apa dengan hubunganku bersama Abi sekarang.

Seseorang yang sangat amat ku percayai, dengan begitu tega melakukan ini padaku. Bahkan sampai temanku sendiri yang mengabari berita pahit ini. Namun, saat sedang berpikir, Vita memberiku saran sambil menggenggam tanganku.

"Kalau lu mau konfirmasi cewek itu, gue tau kok kosannya dimana. Gue juga tau anak komunikasi yang satu kosan sama dia."

"Makasih ya Vit."

"Lu yang sabar ya Ki. Lu nggak sendiri kok. Ada gue disini."

Ucapan Vita tanpa sadar membuat bulir-bulir air mataku jatuh satu per satu. Hingga pada akhirnya aku menangis di pelukan Vita.

***

Sudah beberapa hari ini, aku jadi merasa agak malas dengan Abi. Entah dari komunikasi maupun saat aku bertemu dengannya. Yah, mungkin inilah bentuk dari rasa kecewaku atas kabar yang di sampaikan Vita beberapa waktu lalu. Tapi aku belum meminta penjelasan dari Abi.

Rencananya sih, hari ini aku akan melakukannya. Aku tidak bilang pada Abi jika Vita memberitahuku soal pertemuannya sedang bersama wanita lain. Sengaja. Aku menunggu kejujuran dari Abi.

Aku pun mengirimkan pesan pada Abi yang berisi :

Abi ♡
Nanti malem ngopi yuk. Udah lama juga kan nggak ngopi.

Klik. Sending.

Usai mengirim pesan, aku mengistirahatkan diri dengan menunaikan solat.

Malam harinya.

Abi menjemputku di kosan sesuai agenda malam ini, yaitu ngopi. Sebenarnya, alasan utamaku adalah ingin mengkonfirmasi langsung kabar dari Vita.

Jika memang itu benar Abi, aku ingin mencari tahu siapakah wanita yang bersamanya. Ada hubungan apa dia dengan Abi, seberapa dekatkah mereka berdua, dan lain sebagainya.

Selama di perjalanan menuju tempat ngopi, aku tidak bawel dan mengajak Abi ngobrol atau bercanda seperti biasanya. Aku hanya diam dan memeluknya erat.
Mungkin, jauh dalam lubuk hatinya Abi pun bertanya mengapa aku bersikap seperti ini.

Sesampainya di tempat ngopi.
Aku dan Abi langsung memesan kopi dan beberapa camilan yang tersedia disana. Setelah selesai, kita langsung duduk di lesehan yang tersedia. Aku diam sejenak, berlagak memperhatikan sekitar, padahal aku menunggu Abi bersuara terlebih dahulu.

Tak lama kemudian, Abi memulai percakapan :

"Ada apa kamu ngajak kesini?"

Ha? Kamu? Tumben Abi nyebut aku dengan sebutan 'kamu' kayak begini? Mungkinkah Abi emang udah berubah? Batinku seketika

"Eh, eng-nggak ada apa-apa sih."

"Jangan bohong. Aku udah hafal sama kamu. Bilang aja ada yang mau kamu obrolin kan?"

Aku diam lalu menarik napas dalam.

"Oke, aku mau kamu jujur sama aku. Siapa cewek yang Vita liat beberapa hari yang lalu?"
Gantian Abi yang diam.

"Kalau orang ngomong, dijawab!" bentakku

"Dia--dia...temen satu kelompokku."

Aku menggenggam tangan Abi lalu mengarahkan wajahnya ke arah wajahku seraya berkata :

"Hei, lihat aku. Coba sman jelasinnya sambil natap wajahku. Yang tenang dan jelas. Oke?"

"Dia temenku, namanya Anna."

Dengan sekuat tenaga, aku memberanikan diri bertanya :
"Sman suka sama dia?"

"I--iya."

Bak tertusuk belati. Sakit menusuk hingga relung hati terdalam. Antara mimpi dan kenyataan tak bisa dibedakan.
Tubuhku terkulai lemas ketika mendengar jawaban 'iya' dari mulut Abi.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang