Bab 23. Makam Bung Karno Blitar

5 1 0
                                    

🎶..Biarkan aku jadi yang terhebat, karena kamu kekasih terhebat.. Anji - Kekasih Terhebat 🎶

*di rumah Abi*

"Bi, coba kamu tanyain Kia, besok minggu dia ada acara ndak."

"Emang ada apa buk?"

"Kalau ndak repot, ajak dia rekreasi besok minggu ya,"

"Mau kemana emangnya buk?"

"Ke Blitar. Udah buruan di sms atau telepon sana."

"Injeh buk."

Abi langsung mencari kontak bernamakan Kia ^_^ pada kontak teleponnya. Setelah ketemu, ia langsung memencet tombol call.

Tuuut.. tuuuut..

Suara telepon masih menyambungkan, pertanda panggilan Abi belum diangkat oleh Kia. Tak lama kemudian, sebuah suara dari seberang menjawab :

Halo sayang, ada apa nih?

Sman besok minggu ditanyain ibuk. Katanya mau ikut rekreasi ndak ke Blitar?

Aku? Nggak salah Ay?

Yee, enggak lah. Orang ibuk sendiri yang nyuruh aku. Nih ngomong sendiri sama ibuk.

Eh--anu--

Halo, nak Kia ya?

Deg. Jantungku serasa mau copot.

Iya tante. Halo, ini Kia.

Kia gimana besok minggu? Ada acara ndak?

Insya Allah ndak ada tante. Ada apa ya?

Itu besok minggu tante sama tetangga yang lain pada mau rekreasi lagi. Kamu ikut yah. Nemenin Abi sekalian. Biar dia nggak diem aja.

Makasih tante atas tawarannya. Tapi semisal nanti Kia ikut apa ndak malah ngerepotin tante sama yang lainnya?

Halah, untuk calon menantu itu ndak ada kata ngerepotin kok nduk.

Aku terdiam sejenak. Kata 'calon menantu' terngiang berulang kali dalam pikiranku. Namun, aku segera tersadar kembali ke dunia nyata.

Hehe, tante bisa aja. Yaudah Kia ikut tan. Jam berapa berangkatnya emang tan?

Nanti biar dikabarin Abi lagi ya. Yang penting kamu jadi ikutan. Oke?

Nggeh. Siap tante.

Klik. Teleponnya terputus sebagai pertanda berakhirnya percakapan. Setelah itu, entah mengapa, rasanya hatiku seperti terdapat ribuan bunga yang sedang bermekaran tiada henti.

***

Hari H pun tiba. Pukul 5.35 pagi, Abi mengirimkan pesan bahwa ia sudah dalam perjalanan menuju kosanku.

Ia juga mengatakan bahwa akan sampai dikosanku pada pukul 6.30. Ia juga mengatakan padaku agar aku menunggunya di depan alfamart terdekat. Katanya sih, agar mudah di lihat nanti saat melintas.

Aku mengiyakan. Bahkan, aku sudah menunggu di depan alfamart sejak jam 6.00 tadi.

Satu mobil.

Dua mobil.

Hingga mobil ketiga yang melintas, tidak juga ku temukan batang hidungnya Abi.

Sabar Kia, batinku menenangkan.

Tak lama kemudian, sebuah elf menghampiriku. Saat kaca depan terbuka, tante Endang langsung menyuruhku masuk ke pintu tengah.

"Kia, langsung masuk aja. Tempat duduk kamu di samping Abi." Ucap Tante Endang lantang.

"Eh--iya tante." Jawabku bingung sambil mengikuti instruksi dari Tante Endang.

Selama perjalanan, semua orang yang berada di dalam elf sibuk masing-masing. Aku merasa seperti orang asing. Namun, perasaan itu segera ku tepis sejauh mungkin. Hingga ketika Abi mengajakku berbicara.

"Ay, udah sarapan tadi?"

"Belum Ay,"

"Tuh, kebiasaan banget. Kenapa nggak sarapan sih?"

"Aku kan kalau sarapan malah mules ntar perutku Ay. Sman kan tau itu."

"Ya tapi ini kan mau perjalanan jauh Ay. Ntar sman kelaperan gimana coba?"

"Hahaha.... Alay banget sampe kelaperan gitu. Nggak bakal kok Ay. Sman tenang aja ya,"

"Huft...."

Abi langsung manyun mendengar ucapanku seperti itu. Aku hanya bisa terkekeh melihat tingkah Abi sekarang. Jadi makin gemes deh, batinku

Sesampainya di Makam Bung Karno Blitar. Tante Endang langsung menyuruh aku dan Abi berkeliling secara terpisah dari rombongan.

"Bi, kamu sama Kia keliling-keliling berdua aja gih sana."

"Kenapa begitu buk?"

"Udah ajak aja sana. Ibu sama yang lain mau ke tempat oleh-oleh."

"Hadeh, yaudah buk. Ayo Ay, kita keliling berdua."

Aku menatap bingung mengapa Tante Endang menyuruh Abi seperti itu. Namun lama kelamaan aku mengerti. Beliau hanya ingin aku dan Abi menikmati waktu bersama hanya berdua saja.

Terima kasih tante, karena sudah memberikan Kia waktu berdua bersama Abi, batinku mensyukuri.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang