Bab 41. Helm

5 2 0
                                    

🎶 Dan ternyata cintaa.. Anji - Dan Ternyata🎶

Kira-kira celengan gue udah berapa yak? Tanyaku dalam hati

Hari ini, aku berencana untuk membongkar celenganku untuk membeli helm. Tentunya agar aku tidak perlu lagi meminjam helm ketika ingin pergi keluar oleh tetangga kamar kosanku. Sebab, aku tau sekali bagaimana rasanya ketika meminjam namun orang yang meminjamkan seperti tidak ikhlas saat aku meminjam helm miliknya.

Mungkin di depanku mereka bisa bilang bahwa mereka meminjamkan helmnya untukku. Namun, ternyata di belakangku, mereka bilang kepada orang-orang bahwa mereka terpaksa meminjamkan dan mereka takut jikalau aku merusak helm milik mereka.

Sedih sekali bukan?

Yah, begitulah rasanya. Hal itu terjadi tepat satu tahun yang lalu. Oleh karena itulah, sejak saat itu, aku bertekad mengumpulkan uang untuk membeli helm sendiri. Dan inilah tiba saatnya.

Karena hari ini aku libur kuliah, maka ku putuskan untuk bertanya harga helm kepada Abi melalui pesan saja.

Abi ♡
Ay, harga helm berapaan ya?

Klik. Sending

Tak lama kemudian, Abi membalas.

Abi ♡
Tergantung merk sama model helmnya Ay. Kalau yang model biasa dan merk nggak terkenal itu sekitar 200-300rb udah dapet sih kayaknya.

Aku menghela napas dalam ketika membaca pesan dari Abi.

Yah, kok ngepas banget ya. Uang celengannya cuma 250rb gini, batinku lirih.

Aku pun membalas pesan Abi.

Abi ♡
Tempat beli helm yang harganya terjangkau dimana ya Ay?

Klik. Sending.

Semoga uangnya lebih dari cukup ya Allah, harapku cemas.
Tak lama kemudian Abi telepon.

Abi
Sman mau beli helm Ay?

Kia
Iya Ay, kenapa emangnya Ay?

Nggak apa-apa sih. Nanya aja. Yaudah aku anterin aja besok.

Emang sman nggak ada kuliah besok?

Udah, gampang. Bisa diatur itu mah.

Ih, jangan ngegampangin gitu Ay. Aku nggak mau loh kuliah sman keteteran gara-gara aku.

Iya Ay iya. Nggak bakal. Janji. Tapi aku pengen banget anter sman tauk.

Aku ganggu kuliah sman nggak? Kalau ganggu, aku tak pergi sendiri aja nggak apa-apa.

Buat sman, nggak ada kata ganggu kok sayang.

Ih, gombal.

Yee, beneran kali. Nggak percaya yaudah.

Yaudah, lanjutin gih kuliahnya. Sampe ktemu besok ya.

Oke Ay. Muach.

Klik. Abi menutup teleponnya.

Entah kenapa, mendengar Abi bilang seperti itu, ada perasaan berbunga-bunga dalam hatiku.

Bukankah sudah menjadi hal yang wajar jika sepasang kekasih saling bermanja ria di kala senggang?

Usai melamun hal itu, aku melanjutkan aktifitasku yaitu merapikan uang celengan yang sedang ku bongkar hingga selesai.

***

"Silahkan kak, liat-liat dulu helmnya. Siapa tau cocok." Ucap seorang karyawati saat aku dan Abi baru tiba di salah satu toko helm

Aku dan Abi hanya tersenyum sembari masuk ke dalam toko untuk melihat-lihat sekitar. Jujur, sebenarnya, banyak sekali helm yang bagus dan menggugah imanku agar segera membeli helm yang berjejer rapi disitu.

Sambil melihat-lihat, aku berbisik ke telinga Abi.

"Ay, beli yang mana nih?"

"Ya sman sreg yang mana helmnya?"

"Banyak. Semuanya bagus-bagus, tapi..."

"Tapi apa Ay?"

"Budget buat beli helmnya cuma 250rb Ay,"

"Yaudah, coba tanya mbaknya aja helm yang harganya sesuai budget sman,"

"Malu Ay, tanyain dong." Ucapku dengan wajah memelas

Tampang melasku berhasil membujuk Abi untuk bertanya sesuai keinginanku kepada karyawati toko terkait helm yang sesuai budgetku. Aku dan Abi langsung diarahkan ke barisan helm yang sesuai dengan budget.

"Ini ada warna apa aja mbak?"

Tanyaku ketika ditunjukan oleh karyawati

"Ada silver, hitam, merah marun, sama biru dongker kak."

Aku mengangguk lalu berbisik ke arah Abi :

"Gimana Ay? Jadi beli yang mana?"

"Ya sman sreg ndak sama helmnya itu?"

"Sreg sih, modelnya simpel tapi pantesin lah."

"Yaudah kalau gitu beli aja."

Usai berbisik-bisik sebentar, akhirnya aku memutuskan untuk membeli helm dengan merk BMC warna merah marun.

Sepele memang, namun ada sedikit perasaan lega. Karena sekarang, jika aku ingin keluar kosan, aku tidak perlu meminjam helm kepada siapapun lagi.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang