Bab 8. Bioskop

19 8 0
                                    

🎶..Aduh emak asyiknye,, nonton dua-dua'an,, kaye nyonye dan tuan di gedongan.. -Benyamin S : Malam Minggu..🎶

Aku sedang bosan. Yah, bosan dengan segala kegiatanku sehari-hari. Jika kuliah masuk, aku menjelma menjadi seorang mahasiswi. Sedangkan jika kuliah sedang libur, aku pun menjelma menjadi anak kos. Yah, begitulah seterusnya.

Ku lirik jam beker dikamarku. Jam itu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Itulah waktu kerja Abi yang tidak bisa diganggu. Dihubungi juga pasti akan dibalas nanti setelah selesai semua pekerjaannya.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Setelah scroll bolak-balik menu, galeri, playlist song, aku pun memutuskan untuk membuka instagram atau sekedar melihat story whatsapp kontak teman-temanku. Sebuah postingan instagram mencuri pandanganku. Postingan itu berisikan tentang promosi thriller film yang akan tayang dibioskop. Aku tertarik.

Setelah selesai membaca postingan itu aku tidak sabar mengungkapkannya via pesan whatsapp kepada Abi.
Alih-alih mengungkapkan, sebenarnya tujuanku adalah mengajak Abi menonton film dibioskop. Namun aku gengsi untuk langsung to the point. Maklum, namanya juga wanita. Pasti akan merasa gengsi jika mengajak lelakinya terlebih dahulu.

Bukankah semua wanita juga pernah melakukan kode semacam itu?

Abi ♡
Ay, besok sman kuliah jam berapa aja?

Klik. Sending.

Aku menunggu balasan chat dari Abi dengan sholat Isya'. Usai sholat, handphoneku bergetar pertanda ada pesan masuk. Dilayar tertera nama Abi ♡ sebagai pengirimnya. Lalu ku buka dan ku baca pesannya yang berisikan :

Abi ♡
Jam 7.20-8.45 sama jam 10.20-12.00 ay. Kenapa?

Aku tersenyum membacanya seraya mengatakan 'Yes'. Kemudian aku pun membalas pesan Abi.

Abi ♡
Setelah itu ayo nonton ay. Ada film yang penasaran pengen aku lihat langsung dibioskop. Sman bisa nggak?

Klik. Sending.

Tak lama kemudian Abi membalas.

Abi ♡
Wah, ide bagus tuh ay. Emang film apaan itu?

Aku pun membalasnya.

Abi ♡
Surprise. Liat besok aja ay. Sampai ketemu besok ya. 😘

Klik. Sending.

Semoga setelah nonton, otakku bisa refresh kembali. Begitulah pikirku.

Aku dan Abi pun larut dalam percakapan-percakapan ringan terkait kehidupan sehari-hari. Seperti sedang apa, sudah makan atau belum, sudah sholat dan lain sebagainya. Aku sengaja tidak menyinggung tentang rencana nonton dibioskop agar menjadi surprise saja esok hari.

Keesokan harinya.

Abi mengirimiku sms menanyakan apakah jadi pergi nonton ke bioskop. Aku pun membalas sms Abi memberitahukan bahwa acara nonton ke bioskopnya jadi. Setelah bertemu, Abi pun menjemputku lalu kita langsung menuju bioskop.

Sesampainya dibioskop, aku dan Abi melihat daftar film apa yang akan tayang dibioskop hari ini.

Ada film dengan 3 genre yang akan tayang hari ini, mulai dari genre romantis, horror, hingga aksi. Karena aku suka sekali film horror, maka ku usulkan saja untuk menonton film horror.

Namun, saat mengetahui pilihanku itu, wajah Abi seakan kaget dan agak ragu.

"Sman yakin ay, mau nonton film itu?"

"Yakin. Dari kemarin aku penasaran sama filmnya. Kenapa? Sman takut ya?"

"Eng--nggak tuh. Aku kan cuma tanya. Ntar kalau kebayang-bayang gimana?"

" Insya Allah nggak kok. Tapi kalau sman ragu gitu, kita nonton yang lain aja." Kataku sambil menunduk lesu

Abi yang melihat ekspresiku itu langsung menghela napas lalu berkata :

"Hmmmh. .yauda deh, kita lihat film horror itu aja ay."

Senyum manis langsung terukir diwajahku lalu aku pun menjawab :

"Yaudah hayuk ay, kita beli tiketnya dulu."

Aku pun menggandeng tangan Abi menuju loket bioskop. Tidak terlalu banyak orang-orang yang antri di loket itu. Saat Abi membuka dompet, aku melihat hanya ada selembar uang lima puluh ribuan yang bersemayam dalam dompetnya.

Ku biarkan Abi membayarnya terlebih dahulu. Usai mendapatkan tiket, kita masih harus menunggu teater bioskopnya buka terlebih dahulu. Jadi mau tidak mau, harus menunggu lagi. Tidak apalah, batinku bersabar.

Aku mengisi waktu luang itu dengan berpura-pura meminjam dompet Abi. Awalnya Abi takut dan beralasan segala macam agar aku tidak jadi meminjam dompetnya. Namun, aku bersikeras meminjamnya. Saat sedang meminjamnya, aku berasalan ingin ke toilet. Abi mengizinkan. Lalu ditoilet, aku langsung mengambil uang pecahan lima puluh ribuan dan memasukkannya ke dalam dompetnya Abi. Tentu saja di tempat yang ada sletingnya.

Selesai dari toilet, suara operator teater memberitahukan bahwa pintu teater 4 (teater yang aku dan Abi tunggu) akan segera dibuka. Semua penonton diharap bersiap-siap.

"Lama banget, tuh udah dibuka teaternya."

"Hehe maaf deh. Yauda yuk masuk."

Abi mengekor dibelakangku. Sebelum memasuki teater, para pegawai teater memeriksa tiket nonton masing-masing penonton sebagai tanda bukti bahwa menjadi penonton sah teater ini. Usai pemeriksaan tiket, kita menuju ke tempat duduk yang sesuai dengan tiket yang sudah dibeli.

Tak lama kemudian, film yang ditunggu-tunggu akhirnya diputar juga.

15 menit saat film diputar..

Aku merasa hormon adrenalin dalam diriku mulai membara. Backsound yang menggeleggar berhasil membuatku seakan berada dalam film itu. Sambil menonton, tak sengaja aku melihat Abi menonton tapi mengumpat dibelakang punggungku.

"Yah, sayang kenapa ngumpet gini?"

"Nggak berani aku ay."

"Yee, ,ini kan cuman film. Ngapain takut coba."

"Biarin. Mau film atau enggak. Aku nggak berani."

"Hahaha. ."

"Ih kok malah ketawa sman?"

"Lucu aja sih. Biasanya kan yang takut film horror itu cewek. Lah ini sman kan cowok."

"Awas ya sman. Tak kerjain ganti nanti."

"Siap komandan. Udah tuh lanjutin lagi nontonnya ay."

Abi pun langsung mengarahkan pandangannya kembali ke layar bioskop. Saat hendak kembali menonton, aku tak sengaja melihat beberapa kumpulan anak laki-laki yang duduk diseberang kursi tempatku. Mereka juga menutupi wajah dengan tangan mereka masing-masing. Jadi seperti menonton dari balik jari-jari tangan mereka begitu.

Aku pun hanya menggelengkan kepala melihat aksi yang mereka lakukan. Dan akhirnya aku menyusul Abi untuk menyelesaikan film yang sedang diputar ini.
                                                                                  ***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang