Bab 30. Motor

5 2 0
                                    

🎶..ku tak percaya, kau ada disini, menemaniku, disaat dia pergi.. Vierratale - Rasa Ini🎶

Disuatu pagi, saat aku dan Abi sedang berada di kantin kampus. Tadinya, kita berdua ada jam kuliah pagi. Namun, mendadak, sang dosen tidak bisa mengisi perkuliahan sebagaimana mestinya di karenakan ada urusan pribadi. Jadi, mau tidak mau, jam pagi yang seharusnya kuliah malah menjadi kosong. Ya sudah, aku dan Abi saling menghubungi lalu janjian di kantin saja.

"Sman pesen apa Ay?" tanya Abi kepadaku

"Pesen kopi ajalah. Biar nggak ngantuk,"

"Yaudah atuh, pesen sana."

"Iyaa, ini juga mau kesana buat pesen kopinya."

Aku pun menghampiri si penjaga stand langgananku yang berada di kantin kampus. Namun tanpa sadar, Abi mengekor dibelakangku.

"Sman ngapain ngikutin aku?"

"Yee, siapa juga yang ngikutin sman. Orang aku mau pesen sarapan kok. Wlee..."

Aku tersipu malu dibuatnya. Usai Abi memesan sarapan dan aku memesan kopi cappucino favorit, kita kembali ke tempat duduk semula.

"Sman nggak sarapan sekalian Ay?" tanya Abi ketika mengetahui bahwa aku hanya memesan kopi bukan sarapan.

"Sman kyak nggak tau aku aja Ay,"

"Takut mules?"

"Ya apa lagi coba,"

"Kalau mules, tinggal ke kamar mandi aja to Ay. Ribet amat sman,"

"Masalahnya, aku males ke kamar mandi pagi-pagi. Ntar semisal aku pipis atau apa itu malah jadi bolak-balik mulu."

"Dasar rempong! Huuu..."

"Yee, bodo amat."

Lalu aku dan Abi larut dalam percakapan biasa tentang kuliah dan kegiatan kita sehari-harinya. Aku pun bercerita perihal jarak kos dan kampusku yang lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Abi dengan spontan mengatakan :

"Pakai motorku aja Ay,"

"Ya masa sman nyamperin aku mulu tiap mau ke kampus gitu?"

"Ya nggak apa-apa kali Ay, orang buat pacar sendiri ini juga."

"Iya sih emang. Tapi ntar malah keliatan aku kayak manfaatin sman Ay,"

"Emang pernah ada yang bilang gitu Ay?"

"Ya takutnya aja sih Ay,"

"Sayang, hei, dengerin aku ya. Kalau sman butuh bantuan atau pengen sesuatu, bilang aja sama aku. Selagi aku mampu dan bisa, aku akan usahain untuk wujudin buat sman. Okey?"

"Ta--tapi Ay..."

"Eits, nggak ada tapi-tapian. Udah, abis ini sman bawa aja motorku. Nanti pas kuliah siang, sman nggak kecape'an ke kampusnya."

"Emang sman nggak butuh buat kemana gitu Ay?"

"Aku mah gampang sayang. Yang penting sman dulu aja."

Aku menarik napas dalam lalu berkata : "Hmmh, makasih banyak atas pengertian sman ya Ay,"

"Sama-sama sayang."

****

Abi ♡

Ay, aku selesai kuliahnya nanti jam 16.40, kita pulang bareng ya.

Aku tersenyum ketika membaca chat dari Abi. Kebetulan sebelumnya, Abi menyuruhku untuk membawa motornya saja ketika dia sedang di kampus. Katanya sih, biar aku tidak kejauhan saat mencari lauk atau ingin keluar kos sebentar.

Menolak halus sudah, namun bukan Abi namanya jika tidak berusaha memberikan yang terbaik untukku. Karena baginya, setelah dia memperkenalkanku kepada keluarganya, itulah pertanda bahwa sudah seharusnya dia menjaga dan memenuhi segala yang aku butuhkan sebagai pacarnya.

Selalu marah jika aku meminta bantuan tidak kepada dirinya, melainkan temanku. Selalu cerewet ketika tahu bahwa aku sedang bersedih dan lain sebagainya.

Aku pun membalas chatnya.

Abi ♡
Iya sayangku. Oke.

Klik. Sending.

Aku sangat bersyukur akan rasa tanggung jawabnya Abi itu. Dari rasa bersyukur itu membuatku menutup pintu hatiku untuk siapapun lelaki yang mencoba mendekati dan merayuku. Terima kasih Abi, semoga semakin hari, kita semakin mengerti, memahami dan melengkapi satu sama lain ya Bi, batinku pelan

Abi membalas pesannya dengan emoticon 😘😘 yang banyak sekali. Aku yang membaca pesannya hanya senyum-senyum sendiri .

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang