Bab 6. Perpustakaan

20 9 0
                                    

🎶..oh baby i'll take to the sky, forever you and i.. -Petra Sihombing : Mine- 🎶

From : Abi ♡
Ay, nanti sman ke perpus ndak?

Begitulah isi pesan chat dari Abi untukku. Aku pun buru-buru membalasnya.

From : Kia ^_^
Iya ay nanti aku ke perpus. Kenapa emangnya?

Klik. Sending. Tak lama kemudian, Abi membalas.

From : Abi ♡
Yaudah ay. Nanti ke perpus bareng ya.

Aku pun membalas.

From : Kia ^_^
Iya sayangkuu :-* oke siap.

Klik. Sending.

Setelah mengirim pesan kepada Abi, aku melanjutkan kegiatanku menyetrika pakaian yang akan ku gunakan kuliah hari ini. Selesai menyetrika, aku melirik ke arah jam beker menunjukkan pukul 08.00 WIB dan langsung menyeruput cereal instan yang sudah ku seduh pagi ini.

Mandi sudah, sarapan sudah, lalu waktunya untuk berangkat ke kampus. Sebenarnya, Abi selalu menawarkanku untuk berangkat ke kampus bersama setiap harinya. Namun aku menolak. Karena aku takut terlalu bergantung kepada dirinya yang aku sendiri tau bagaimana kesehariannya dirumah.

Wanita mana yang tidak ingin pergi dan pulang kampus bersama-sama dengan kekasih hatinya?

Namun aku harus mengerti keadaan Abi serta menurunkan egoku ini. Mau tidak mau, siap tidak siap, aku harus terbiasa akan hal itu.

Bukankah dalam menjalin sebuah hubungan dibutuhkan rasa saling mengerti dan memahami satu sama lainnya?

Selama diperjalanan menuju kampus, aku lebih suka memperhatikan sekeliling jalan. Pedagang kaki lima yang berderet sepanjang kos hingga kampusku memiliki daya tarik tersendiri.

Aku menikmati pemandangan itu. Entah karena langkah kakiku yang terlalu cepat atau karena memang semangat yang membara dalam benakku, aku tak tahu pasti. Tapi yang jelas, aku bisa menempuh perjalanan menuju kampus hanya dalam waktu 10 sampai 15 menit saja.

Sesampainya di kampus..

Aku menghubungi Abi via whatsapp dengan mengabarkan bahwa aku sudah berada di kampus, tepatnya didepan perpustakaan. Abi membalas dan mengatakan bahwa dia sudah berada dijalan menuju kampus.

Sambil menunggu Abi datang, aku mengisi waktu dengan bermain game puzzle di hapeku. Karena terlalu asyik bermain game, aku sampai tidak sadar bahwa Abi sudah berada disampingku.

"Serius amat main gamenya ay."

"Eh--udah dari kapan kamu disini?"

"Dari kemaren, huuu. Nggak ay, baru aja kok. Mau ke perpus sekarang?"

"Yaudah yuk."

Aku dan Abi langsung masuk ke perpustakaan. Di dalam kita sama-sama meminta bantuan untuk mencarikan buku-buku yang dibutuhkan. Saat aku telah menemukan buku referensi yang aku cari, aku membantu dia mencarikan buku referensi yang dia butuhkan.

Setelah menemukan referensi masing-masing, aku mencegat Abi untuk keluar perpustakaan.

"Ay, bentar."

"Ada apa ay?"

Aku berlari menuju rak kumpulan novel-novel yang tersedia di perpustakaan.

"Sman suka baca novel ay?"

"Lumayan ay."

"Sejak kapan sman suka baca novel ay?"

"Sejak MTS ay. Sman ndak suka baca kah?"

"Oh gituuu.. Nggak terlalu sih ay. Sekedarnya aja."

Aku manggut-manggut kemudian Abi membantuku mencarikan novel yang bagus untuk aku baca.

Yah walaupun Abi tidak begitu suka membaca, tapi setidaknya dia membantuku dengan merekomendasikan bacaan yang bagus untuk aku baca nanti.

Walaupun hanya beberapa saat, waktu ke perpus bersama menjadi salah satu hal terindah dan terbaik dalam hidupku.

Percaya atau tidak, sejak saat itu, aku dan Abi tidak sungkan untuk meminta bantuan atau sekedar menemani meminjam buku diperpustakaan.

Alhamdulillah,, setidaknya aku berhasil menunjukkan pada Abi bahwa perpus adalah tempat yang menyenangkan.

****

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang