Bab 38. Rumah Kia

4 2 0
                                    

🎶engkau aku cinta, dengan segenap rasa dihati, slalu ku mencoba, menjadi seperti yang engkau minta.. Cakra Khan - Kekasih Bayangan🎶

Ketika sedang keluar bersama, aku memulai percakapan dengan Abi.

"Ay..."

"Iya Ay, ada apa?"

"Lusa, aku mau pulang."

Abi diam sejenak. Lalu berkata :
"Sampe kapan sman pulang?"

"Paling 3 harian."

"Yaudah Ay, aku anter."

"Sman yakin? Rumahku jauh loh."

"Nggak apa-apa. Aku anter."

Aku tersenyum lalu berkata : "Makasih banyak ya Ay,"

"Jangan gitu, itu udah kewajibanku sebagai pasangan sman."

Aku terenyuh mendengar kata-kata yang dilontarkan Abi.

***

Abi ♡
Sman jadi pulang jam berapa Ay?

Itulah isi pesan dari Abi pagi ini. Aku pun membalas.

Abi ♡
Nanti jam setengah 9 Ay. Sman jadi nganter sampe mana?

Klik. Sending.

Tak lama kemudian Abi membalas.

Abi ♡
Oh yaudah Ay. Aku tak selesain bantu-bantu sebelum jam segitu. Sampe rumah sman Ay.

Aku melongo. Ternyata ucapan Abi tempo hari benar-benar dilakoni. Buru-buru aku membalas.

Abi ♡
Sman yakin Ay? Jauh banget loh rumahku.

Klik. Sending.

Abi langsung membalas.

Abi ♡
Yakin Ay. Udah, sman tenang aja.

Aku tidak percaya dengan pesan yang ku baca ini. Entah angin apa yang menerpa Abi sehingga ia mau mengantarku pulang hingga sampai ke rumah. Namun, disatu sisi aku bersyukur.

Karena dengan begitu, Abi benar-benar membuktikan kesungguhan hatinya dalam menjalin keseriusan berhubungan denganku.

Aku pun membalas pesannya Abi.

Abi ♡
Yaudah Ay, nanti kalau sman mau kesini kabarin ya. Biar aku nunggu depan kos dan bisa langsung berangkat.

Klik. Sending.

*perjalanan menuju rumah Kia*

"Ay, ini yakin jalan ke rumah sman?"

"Yakin Ay, kenapa emangnya?"

"Hutan-hutan begini juga. Emang ada rumah?"

"Yee, sman ngeledek. Ya ada lah. Emang ini jalan paling deketnya."

"Hahaha....bercanda sayang."

Aku dan Abi larut dalam candaan tidak berfaedah sepanjang perjalanan. Rasa capek yang timbul tidak sebanding dengan momen bersama yang kita lewati. Pemandangan indah khas pedesaan membuat hari ini lebih indah dari hari sebelumnya.

Areal persawahan yang di berwarna hijau dengan gunung yang menjulang tinggi menjadi tambahan nilai indah pada momen ini.

*sesampainya dirumah*

"Hop sini Ay. Itu rumahku yang ada truknya."

Abi menghentikan motornya di garasi rumahku. Aku mengarahkan Abi untuk menunggu dipintu depan rumahku.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam, eh Kia. Pulang sama siapa kamu?" tanya Kak Nita ketika melihatku didepan rumah

"Ini kak, sama Abi. Yang pernah aku ceritain ke kakak."

"Oalah, masuk sini dek Abi. Maaf loh ya, rumahnya begini."

"Oh, iya kak. Nggak apa-apa."

Abi ikut melangkah masuk ke rumah mengikutiku. Kak Nita mempersilahkan Abi duduk diruang tamu. Sementara aku, pergi ke dapur membuatkan es jeruk dan beberapa makanan ringan sebagai jamuan untuknya.

*diruang tamu*

"Dek Abi, sekelas sama Kia?"

"Nggak kak, saya nggak sekelas. Tapi satu jurusan sama Kia."

"Oh gitu. Kesibukan dek Abi cuma kuliah aja atau ada yang lain?"

"Saya ikut bantu ibu jualan di warung sama paruh waktu ngajar di SD kak."

"Ngajar apa dek?"

"Pramuka kak."

"Oalah gitu. Kalau ada lowongan guru, Kia diajak ya."

"Iya kak. Siap."

Tak lama kemudian, aku datang ke ruang tamu sambil membawa minuman dan makanan ringan untuk Abi. Usai ngobrol-ngobrol, kak Nita menyuruhku untuk mengajak Abi makan bersama. Karena kak Nita tau, bahwa perjalanan jauh membutuhkan tenaga ekstra nantinya.

Awalnya Abi menolak. Namun karena aku memaksa dan kak Nita mendesak, akhirnya Abi menyerah dan menurut untuk makan bersama dirumahku.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang