Bab 32. Berbuka Puasa

9 2 0
                                    

🎶..kau tempatku meminta, kau beriku bahagia, jadikan aku selamanya, hambaMu yang slalu bertaqwa.. Afghan - PadaMu ku Bersujud🎶

Bulan ramadhan menjadi salah satu bulan yang paling ditunggu-tunggu serta diistimewaka oleh seluruh umat muslim di Indonesia. Termasuk aku dan Abi, yang berusaha menyempatkan diri untuk berbuka puasa bersama di sela-sela kesibukan masing-masing.

Setelah merencanakan acara buka bersama, akhirnya tiba saatnya jadwal aku dan Abi buka puasa bersama. Sejak pagi tadi, aku sudah sibuk mengenai pakaian apa yang akan aku gunakan untuk acara buka bersama nanti. Maklum, menjadi perempuan memang sedikit ribet tapi nggak ngeribetin kok. Beneran deh.

Dreet.. dreet..

Handphoneku bergetar tanda ada pesan masuk. Kulihat kontak bernama Abi ♡ sebagai pengirimnya. Ku buka dan kubaca pesannya.

Abi ♡
Ay, nanti berangkatnya jam berapa? Biar aku bisa prediksi n nyesuain waktunya.

Aku diam dan mulai berpikir. Lalu aku pun membalas.

Abi ♡
Jam 2 siang aja Ay. Kan perjalanan jauh juga.

Klik. Sending.

Setelah pesan chat terkirim, aku melanjutkan kegiatanku menyiapkan pakaian yang akan ku kenakan nanti.

Atasan bemotifkan garis-garis dengan warna hitam putih lengkap dengan cardigan tanpa lengan, jeans hitam, dan jilbab satin berwarna hitam menjadi setelan pakaian yang akan ku kenakan. Tak lupa juga slig bag warna hitam pekat dan flat shoes warna creamy.

Yeeah, selesai juga! Batinku kegirangan.

***
*dirumah Abi*

Abi kebingungan mengatur antara waktu, bekal dan pakaian yang akan ia kenakan. Padahal sebelumnya, waktu dan bekal sudah dibicarakan bersama.

Bekal akan dibeli di perjalanan menuju ke taman saja. Sedangkan waktu, sudah disepakati juga jam berapa akan berangkat ke tempat berbuka puasa bersamanya.

"Bi, nanti jadi bukber bareng sama Kia?" tanya Ibu membuyarkan lamunanku

"Jadi buk. Ada apa memangnya ibu tanya begini? Mau ikut kah buk?"

"Bukan. Ibu cuma mastiin aja. Jangan lupa disiapin menu buka puasanya apa ya. Kalau nyetir sing ati-ati yo le, ileng lek kamu gowo anak'e uwong."

"Nggeh bu. Siap, laksanakan!"

Setelah dirasa siap, aku melanjutkan kegiatanku membantu persiapan untuk buka puasa bersama nanti.
Saat jam menunjukkan pukul 13:35 aku mengirim pesan kepada Kia.

Kia ^_^
Ay, kalau berangkat jam segini gimana? Daerah sini mendung banget soalnya. Kelamaan nggak kira-kira nanti Ay?

Klik. Sending.

Tak lama kemudian, Kia pun membalas pesanku.

Kia ^_^
Yauda nggak apa-apa Ay. Aku juga tinggal salin baju aja. Sman langsung ke kosku aja. Jangan lupa bawa jas hujan ya. Hati-hati dijalan Ay.

Aku tersenyum membaca pesannya. Aku pun membalas pesannya.

Kia ^_^
Oke sayang. Siap. Tunggu aku ya.

Klik. Sending..

Setelah itu, aku langsung menuju ke kosan Kia. Sesampainya disana, aku melihat seorang wanita cantik tengah duduk di teras kos. Ya, dia adalah wanita tercantik yang pernah ku lihat dan ku miliki. Namaya Kia.

Entah kenapa, hari ini ia terlihat sangat cantik sekali. Aku hanya bisa terdiam dan menatapnya tanpa henti.

"Langsung berangkat apa gimana Ay?" tanya Kia menodong saat aku baru sampai kosannya.

"Sman gimana? Mau berangkat sekarang apa agak nanti?"

"Keburu macet nggak ntar pas perjalanan kesananya Ay?"

"Ya nggak tau aku. Yaudah, yuk berangkat sekarang aja. Takut hujan juga nanti dijalan."

"Ayuk Ay."

Aku dan Kia langsung berangkat menuju tempat yang sudah direncanakan sebagai tempat berbuka puasa nanti. Sebuah taman sederhana yang asri dan membuat betah siapapun yang berkunjung. Termasuk aku dan Kia.

*Kia POV*

Sesampainya ditaman, saat baru saja duduk di gazebo yang tersedia, tiba-tiba gerimis mulai turun satu persatu dari langit. Aku dan Abi secara otomatis langsung minggir ke gazebo yang tidak terkena rintikan gerimis. Sebab, bawaanku tidak hanya diri aku dan Abi saja. Tetapi juga bekal makanan dan minuman untuk berbuka puasa nantinya.

Tidak lupa juga mukena dan sarung untuk solat magrib bersama. Saat magrib tiba, hujan perlahan mulai reda, sehingga aku dan Abi bisa segera berbuka puasa lalu solat magrib bersama.
Sesaat setelah reda, aku dan Abi tidak lupa juga untuk solat. Satu hal yang aku tau, momen ini menjadi momen paling berkesan dalam hidupku.

Terima kasih Tuhan, sebab tlah mempertemukan aku dengan Abi. Batinku mensyukuri

Sebagai hamba Allah yang penuh dosa, sudah seharusnya kita banyak bersyukur dengan segala yang diberikan, bukan?

Solat magrib selesai, aku dan Abi melanjutkan perjalanan pulang. Abi pulang ke rumah, sementara aku ke kosan. Selama diperjalanan pulang, kita menyempatkan mampir untuk menghangatkan tubuh karena udara dingin yang disebabkan oleh turunnya hujan.

Abi berhenti disebuah gerobak penjual ronde cemoe. Walaupun sederhana, momen ini menjadi salah satu momen yang paling membahagiakan dalam hidupku.

****

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang