Bab 7. Kampung Cokelat

20 8 0
                                    


🎶..Dengan dirimu kini ku bahagia, tak henti kau berbagi canda tawa,, hilangkan gairah lelah hatiku,, hadirmu mengubah arti hidupku.. - Pilot : Sepanjang Hidupku- 🎶

Hari ini aku dan Abi libur kuliah. Tadinya, Abi berinisiatif untuk mengajakku keluar tak tau kemana. Aku jadi teringat dengan cerita seorang temanku yang kemarin baru saja berwisata ke tempat wisata bernama 'Kampung Cokelat'. Aku pun mencoba mengusulkan kepada Abi untuk wisata ke kampung cokelat saja.

Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi dan uang saku yang pas-pasan, kita nekat berangkat tempat yang dituju dengan aplikasi GPS.

"Ay sman yakin kita kesana beneran?"

"Kenapa emangnya ay?"

"Gapapa sih. Tapi kan kita belum pernah kesana sama sekali. Nggal takut nyasar gitu?"

"Selama nyasarnya nggak sendirian, aku nggak takut tuh."
"Hadeehh, yaudah deh."

Setelah siap, aku dan Abi berangkat menuju kampung cokelat. Karena tempatnya yang berada di kota Blitar, butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk sampai kesana.

Diperjalanan aku hampir saja tertidur, Abi mengetahui hal itu langsung sigap memegang tanganku seraya berbisik :

"Sman boncengan plus nyender dibahu aku aja ay. Biar nyaman tidurnya."

Aku yang reflek dengan sentuhan Abi langsung berkata :

"Eh..duh maaf ya ay. Aku kalau kena angin pas naik motor emang suka nggak bisa nahan ngantuk gini."

"Iya sayang gapapa. Mungkin sman belum terbiasa perjalanan jauh naik motor gini."

"Iya kali ya ay. Hehe."

Aku pun tidak jadi tidur seperti yang disarankan Abi sebelumnya. Merasa tidak adil, aku membantu Abi memantau GPS yang digunakan sedangkan Abi yang mengendarai motor.
Sesampainya ditempat wisata.

Aku dan Abi melihat banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai oleh-oleh khas kampung cokelat. Setelah memarkirkan motor, aku dan Abi menuju tempat tujuan. Berbekal karcis senilai Rp. 5.000,- per orang, sudah bisa membuat aku dan Abi bebas menjelajahi kampung cokelat.

"Akhirnya, sampai juga ya ay." Celotehku bergembira

"Iya ay. Sman mau kemana dulu nih?" Tanya Abi tidak sabaran

"Keliling dulu yuk ay."

"Oke siap tuan putrikuu.."

"Ish, apaan sih sman."

"Bercanda sayang, yuk buruan."

Aku dan Abi langsung mengelilingi area kampung cokelat. Dimulai dari mengujungi berbagai pohon dan bibit cokelat yang dibudidayakan, foto-foto, hingga mencicipi masakan yang berbahan dasar cokelat. Setelah puas berkeliling, aku dan Abi mengantri untuk beli es krim dan mie cokelat. Aku di bagian eskrim, sedangkan Abi dibagian mie.

Selama antri, aku dan Abi saling memperhatikan sekitar. Tak jauh dari tempat pembelian, terdapat kolam kecil yang didalamnya terdapat ikan-ikan kecil.

Banyak juga orang-orang yang duduk dipinggir kolam dengan posisi kakinya tercelup ke dasar kolam. Katanya sih itu kolam ikan refleksi. Dimana nantinya, ikan-ikan kecil didalam kolam akan menggigit kaki yang berada didalam kolam untuk menghilangkan kuman atau bibit penyakit yang menempel pada kaki itu.

Saat sedang asyik memperhatikan sekitar, tanpa terasa giliranku dan Abi membeli es krim dan mienya. Usai membeli, aku dan Abi memilih tempat duduk yang terletak tepat dibawah pohon cokelat yang sedang berbuah.

"Oh jadi ini toh namanya pohon cokelat?"

"Loh, sman belum pernah lihat pohon cokelat tah ay?"

"Belum. Kalau dari deket. Dulu pas MTS pernah, tapi dari kejauhan doang. Itu pun aku nggak begitu ngeh pas temenku nunjukkin."

"Yee,, dasar norak."

"Biarin. Norak begini sman sayang gitu kok."

"Hahaha. .udah tuh makan dulu esnya. Ntar keburu cair kalau ngomong mulu."

Aku merungut kesal . Tapi jauh dalam lubuk hatiku, hari ini menjadi tambahan hari spesial yang pernah terukir dalam hidupku. Yah, apapun dan bagaimana pun hari yang ku lalui bersamanya seakan secara otomatis terekam dalam ingatan tanpa harus di setting terlebih dahulu.

Setelah puas mencicipi kuliner berbahan dasar cokelat, aku pun tak ketinggalan juga mencari oleh-oleh khas sana, yaitu olahan cokelat atau cocoa.

Mulai dari dark chocolate, milk chocolate, brownies cokelat, cocoa, gantungan kunci, hingga kaus dan aksesoris bertuliskan 'Kampung Cokelat' tersedia disana. Saat tengah memilih beberapa oleh-oleh aku teringat akan ibunya Abi, lalu buru-buru aku bertanya :

"Ay, ibu sman kira-kira suka apa ya?"

"Sman mau beliin ibu juga?"

"Ya sekalian atuh ay. Masa beli buat sendiri doang."

"Terserah sman ay. Tapi jangan beliin cokelat batang, beliau nggak suka soale."

"Oh oke."

Pilihan oleh-oleh untuk ibunya Abi jatuh kepada brownies. Karena menurutku, itulah oleh-oleh yang paling pantas untuk diberikan kepada calon ibu mertua.

Usai membeli oleh-oleh, aku dan Abi langsung menuju ke arah pintu keluar. Sebagai pertanda perjalanan wisata kita hari ini berakhir sampai disini.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang