Bab 22. Liburan #1 : Pare Kediri

3 1 0
                                    

🎶..dengarkanlah permintaan hati, yang teraniaya sunyi.. Letto - Permintaan Hati🎶

"Ay, sman besok kamis ada acara nggak?"

"Kenapa emangnya Ay?"

"Aku libur kerja hari itu. Niatku mau ngajak jalan sman kemana gitu. Mumpung libur,"

"Emm--"

"Kok emm doang? Ada acara nggak sman?"

"Ng--nggak ada sih. Kuliahku juga hari kamisnya kosong,"

"Terus jadi keluar kemana ya Ay?"

"Hadeh, kirain sman ngajakin udah tau mau kemana Ay,"

"Hehehe, belum Ay. Kan aku yang penting ngajakin sman dulu aja."

Aku berpikir sejenak mengenai tempat apa yang akan menjadi tujuanku nantinya. Tiba-tiba terbesit dalam pikiranku sebuah taman yang pernah aku dan Abi kunjungi sebelumnya. Taman itu terletak lumayan jauh. Jadi, semisal ingin berkunjung kesana harus direncanakan dulu sebelumnya.

"Kalau ke Pare Ay?"

"Pare? Kemananya Ay?"

"Ke alun-alun sama taman yang pernah kita datengin dulu aja Ay. Gimana?"

"Yaudah, nggak apa-apa. Aku manut sman. Terus berangkatnya jam berapa Ay?"

"Jam 10 gimana Ay? Kan jauh tuh perjalanannya nanti. Kita ke alun-alun dulu, terus jam 2-nya ke taman deh. Jam 4 pulang, biar sman bisa bakar satenya nggak terlalu malem juga kan."

"Tumben sman pinter Ay,"

"Yee, dari dulu keles. Sman aja yang baru tau. Huuuuuu...."

"Haha... Iya-iya sayang. Bercanda aku tuh,"

"Bodo amat."

"Ih gemes deh. Godain sman gini,"

Aku memalingkan wajah dan berdecak pinggang dihadapan Abi. Padahal hanya bergaya saja. Sebenarnya, aku sama sekali tidak marah atas ledekan yang dilontarkan Abi.

***

Abi ♡
Ay, didaerah kos sman hujan nggak?

Aku membuka pesan singkat dari Abi dengan menghembuskan napas panjang. Kemudian, aku keluar kos untuk memastikan apakah di luar sedang hujan atau tidak. Ternyata tidak hujan. Buru-buru aku membalas pesan dari Abi.

Abi ♡
Ndak kok Ay. Di daerah rumah sman hujan kah?

Klik. Sending.

Aku melanjutkan kembali aktifitas melipatkan jemuran yang sudah kering. Sambil menunggu balasan pesannya Abi juga, pikirku.

Dreet.. dreet..

Ponselku bergetar pertanda ada pesan masuk. Tertera kontak bernama Abi ♡ sebagai pengirimnya. Dengan hati tak sabar, aku pun membuka pesannya.

Abi ♡
Ndak juga sih Ay. Cuma kan mendung. Takutnya nanti kehujanan pas dijalan. Jadi ke Pare nih?

Aku diam dan berpikir sejenak. Memang ada benarnya juga perkataan Abi. Namun, aku juga tau bahwa kesempatan Abi libur kerja juga merupakan sesuatu hal yang jarang sekali didapatkan. Aku bingung. Aku dilema.

Tetapi kemudian, logikaku seolah berkata :

"Udah nggak apa-apa keujanan. Ntar kan bisa neduh. Dari pada nggak jadi keluar bareng."

Aku mengangguk tanda setuju dengan logikaku. Dengan sigap, aku segera menelpon Abi untuk menanyakan kepastian jadi atau tidaknya ke Pare.

Kia ^_^
Gimana Ay?

Abi ♡
Ya kan aku tanya sman.

Kalau aku sih jadi-jadi aja. Soalnya sman libur juga kan jarang banget Ay.

Iya sih. Terus nanti kalau sman kehujanan gimana? Aku nggak mau sman sakit gara-gara kehujanan ntar.

Aku merasa speechless dengan ucapannya Abi. Namun, perasaan itu segera ku tepis dengan kalimat :

Kalau sakit, ya nanti diobatin lah Ay. Masa iya diem aja. Orang hujannya juga hujan air ini Ay

Hmm, yaudah. Nanti semisal hujan diperjalanan ke Pare, kita berteduh ya. Jangan nekat menerobos hujan. Aku nggak mau sman sakit.

Iya sayang. Siap. Yaudah sman lanjutin dulu kegiatannya. Lanjut chat aja ya.

Yaudah Ay. Sman juga lanjutin kegiatannya ya. Jangan lupa maem.

Siap sayang. Sman juga yaaa....

Klik. Aku menutup telepon.

Hatiku terasa senang karena tetap bisa jalan bersama Abi saat ia sedang libur kerja.
Keesokan harinya.

Semua hal yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Saat ditengah perjalanan, hujan deras tiba-tiba mengguyur seluruh daerah menuju Pare. Termasuk daerah yang aku dan Abi lewati.

Aku dan Abi berhenti di sebuah warung yang depannya terdapat tempat untuk berteduh. Namun, walaupun seluruh tubuh basah kuyup, ada perasaan senang dalam benakku karena bisa melewati hujan ini bersama Abi.

Yah, walau agak memaksa juga sih. Setidaknya, aku tetap bisa memiliki quality time bersama Abi, meski harus terlihat egois terlebih dahulu.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang