Bab 42. KKN #1 : Kia

10 2 0
                                    

🎶kemesraan ini.. janganlah cepat berlalu.. Broery Marantika - Kemesraan ini🎶

"Hai semua, namaku Azkia Fatimah, panggil saja Kia. Aku dari jurusan Ilmu Komunikasi. Salam kenal semuanya." kataku memperkenalkan diri dihadapan teman sekelompokku saat KKN dari kampusku.

"Halo Kia. Salam kenal juga..." jawab mereka kompak

Aku tersenyum sebentar sebelum akhirnya duduk kembali. Namun, sesaat setelah duduk, salah seorang teman sekelompokku berkata :
"Kia statusnya apa? Single atau udah punya pacar?"

Dengan spontan, aku menjawab : "Alhamdulillah, sudah ada yang punya."

"Yaaahhh, kasiaan." Ucap Alif kepada Dalbo, yang bertanya ketika tahu jawabanku

Tanpa diduga Dalbo malah menyahut : "Selama janur kuning belum melengkung, akan selalu ada jalan kok gaes."

Aku yang mendengar ucapan Dalbo hanya bisa menggelengkan kepala sembari senyum tipis.

***

Kuliah Kerja Nyata adalah masa dimana aku mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang kehidupan. Mulai dari hal yang ringan hingga hal yang berat. Pendidikan moral, sosialisasi dan etika yang aku pelajari dibangku kuliah benar-benar diuji saat KKN.

Dalam pendidikan moral, terutama rasa bersyukur atas segala yang telah Tuhan berikan. Karena aku baru sadar, bahwa masih banyak orang-orang disini yang tetap bersyukur walaupun kehidupan mereka berada jauh dari kehidupanku. Sebagai pemilik kehidupan yan lebih baik ketimbang mereka, aku merasa amat malu.

Sementara dalam hal sosialisasi, di uji ketika aku harus bersosialisasi dengan warga sekitar, baik secara formal maupun informal. Lalu dalam hal etika, dilihat dari cara bertingkah laku dan berbicara dengan warga sekitar.

Saat sedang berpikir semua ini, sebuah suara menyadarkanku :
"Kia, ayo sarapan dulu. Mumpung udah mateng sarapannya nih." Ajak Shela ketika melihatku duduk di teras posko

"Eh--iya ayo Shel."

Tanpa ba-bi-bu aku mengikuti ajakan Shela. Tentunya sambil melirik jam tanganku terlebih dahulu.

Saat sedang sarapan, tiba-tiba saja, Doni, salah satu anak kecil daerah poskoku bilang :
"Mas Aan, kakak ini kan yang ada dihape mas ya?"

Aan, salah satu teman lelaki yang satu kelompok denganku menatap Doni kaget sambil berkata : "Kakak yang mana Don?"

Dengan polosnya Doni berkata : "Ini kakak yang jilbab merah."
Doni menunjuk ke arahku.

Sontak aku pun ikut berkata : "Mungkin Doni salah lihat kali."
Merasa apa yang dilihatnya benar, Doni menyanggah : "Bener mbak. Foto mbak ada di hape mas Aan."

Aan salah tingkah dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Doni. Karena tidak ingin dibilang berbohong, Doni menunjukkan foto yang menurutnya adalah fotoku kepada teman-temanku yang lainnya.

Teman-temanku mulai antusias dan memperhatikan foto yang ditunjukkan. Dan benar saja, foto yang ditunjukkan itu adalah fotoku dari kejauhan. Satu per satu teman-teman mulai menyoraki Aan.

"Cie Aan, diem-diem ternyata menyimpan rasa." Ucap Alif menyoraki.

Tak mau kalah oleh Alif, Ali ikut berkomentar : "Yah, Bo. Kamu punya saingan nih."

Aku bersikap cuek. Ku biarkan mereka semua berkomentar dan heboh dengan caranya masing-masing. Sementara disoraki, Aan terus menyangkal kesana kemari. Pada akhirnya, sarapan hari ini adalah sarapan teramai yang pernah ada.

***
"Kia, Dalbo, Aan, sama Laily nanti kebagian tugas bantuin Pak Eko memanen porang di ladangnya ya." kata Alif menginstruksi pagi-pagi sekali.

Aduh, kenapa harus bareng mereka sih ini? batinku mengeluh

Berada diantara dua orang yang saling menyukaiku merupakan hal yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku. Terlebih lagi, mereka adalah teman sekelompok sekaligus keluargaku selama KKN. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya.

Jika hanya Aan yang menyukai, mungkin aku akan biasa saja. Sebab, Aan adalah anak yang lumayan pendiam dan bicara seperlunya. Sementara Dalbo, dia kebalikannya Aan. Dia justru selalu agresif dan terus berusaha mencari celah untuk mendapatkan hatiku.

Bila di ibaratkan dua buah kutub, Aan adalah kutub positif dan Dalbo adalah kutub negatifnya. Yah, seperti itulah kira-kira.

*saat jam makan siang di ladang*

"Le, nduk, monggo dahar disek teng mriki." kata Pak Eko mengajak semua yang membantu memanen.

"Nggeh." Jawab semua serentak.
Usai makan siang, Dalbo, Aan, dan Laily mengajak selfi bersama. Saat menemukan view yang bagus, kami pun langsung selfi.

Setelah puas selfi, kami langsung kembali ke posko untuk beristirahat sejenak sebelum kembali beraktifitas lagi.

***

Hari ini, Abi dan keluarga mengajakku untuk ikut rekreasi bersama. Rekreasi kali ini ke pantai. Awalnya aku takut mengganggu quality time Abi dan keluarganya, namun ternyata, Tante Endang memang menyuruh Abi agar mengajakku rekreasi. Jadi, mau tidak mau aku ikut saja.

Sesampainya di pantai, salah satu adik Abi bilang bahwa ia ingin naik perahu layar. Tapi sayangnya, perahu layarnya disewakan untuk rombongan bukan perorangan. Lalu Tante Endang menyuruh agar semua rombongan, terutama yang anak-anak dan ibu-ibu untuk naik perahu layar saja. Termasuk aku juga.

Saat sudah di perahu layar, saat Abi sedang duduk disampingku, tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk dari Dalbo.

"Ay, ada wa nih. Aku baca ya?" Kata Abi saat tengah meminjam ponselku

"Dari siapa Ay? Yaudah baca aja."

"Dari....." kata Abi terputus ketika ia membaca pesannya.

Ternyata pesannya adalah foto selfiku bersama Dalbo, Aan, Laily yang kemudian di potong oleh Dalbo lalu dikirimkan kepadaku dengan caption : "iki fotone tak jadikne profil yo beb,"

Wajah Abi langsung murung dan menyodorkan ponselku seraya berkata : "Nih, baca aja sendiri."
Aku kaget dan langsung melihat pesan dari Dalbo.

Setelah membaca pesannya, aku langsung menjelaskan bahwa Dalbo hanya teman sekelompokku ketika KKN beserta perasaan Dalbo yang terang-terangkan diungkapkan padaku. Wajah kesal dan cemburu Abi tidak terelakan lagi. Namun, lama kelamaan Abi bisa memahami dan menerima penjelasanku dengan syarat agar aku menjaga hatiku hanya untuk Abi semata.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang