Bab 33. Jaket

3 2 0
                                    

🎶..kaulah seluruh cinta bagiku, yang slalu menentramkan keadaanku.. Cakra feat Siti Nurhaliza - Seluruh Cinta🎶

*suatu hari saat sedang hujan*

Aku sedang mengurus sebuah project bersama beberapa temanku. Project itu dikejar deadline. Jadi, mau tidak mau, haru selesai sesegera mungkin. Aku dan temanku juga berusaha menyelesaikan project itu sebelum deadline tiba.

Saat sedang mengecek project itu, temanku cowok meminjamkan jaketnya untukku. Abi belum tau, sebab dia sedang tidak ke kampus dan aku pikir peminjaman jaket dari temanku ini bukan suatu perkara yang perlu dibesar-besarkan.

Beberapa hari kemudian, aku menyiapkan jaket temanku yang kemarin lusa aku pinjam untuk melindungiku dari gerimis. Namun, keadaannya berbeda. Abi mengajakku untuk berangkat bersama ke kampus. Ia pun menjemputku ke kosan.

Saat aku keluar dari kosan, ia yang tengah menunggu di atas motor berkata :

"Itu apaan Ay?"

Dengan sedikit takut, ku beranikan menjawab : "Oh, ini jaketnya Irwan yang aku pinjem kemarin lusa pas hujan. Dia nggak tega dan suruh aku pake pas mau balik dari ngerjain project barengan. Kenapa?"

Dengan tatapan cemburu dan kepala menunduk ia berkata :

"Hmm, nggak apa-apa Ay,"

Aku menyadari sesuatu yang tidak beres. Aku pun buru-buru mendekat, mendongakkan kepalanya, dan menatap matanya dengan lekat seraya berkata :

"Hei, sayang. Look at me! Dia cuma temen satu projek sama aku doang. Dia pinjemin karena dia nggak tega ngeliat cewek hujan-hujanan kayak aku. Jadi ya dia pinjemin aja."

"Ya tapi kan kamu bisa nolak Ay,"

"Kamu rela aku kehujanan basah kuyup Ay?"

"Nggak juga sih Ay,"

"Lah ya kan? Terus masalahnya dimana?"

"Yaudah, kali ini aku maklumin. Tapi besok-besok kalau sman mau pinjem jaket, pake jaket aku aja." kata Abi sembari melempar jaketnya Irwan ke tanah

Aku menghela napas dalam, lalu mengambil kembali jaket Irwan  seraya berkata dalam hati :

"Astagfirullah, cemburuan banget sih anak ini."

***

*di rumah Abi*

Aku dan Abi baru saja selesai menutup warungnya. Seharian ini, aku memang sedang berkunjung ke rumahnya Abi. Jadi, sejak siang, aku juga ikut membantu persiapan untuk Abi berjualan hingga ikut berjualan pula. Tujuannya sih satu, aku ingin mengenal jauh Ibunya Abi. Masalah membantu pekerjaan Abi, itu hanya embel-embel yang ku siapkan saja jika sewaktu-waktu ibunya Abi bertanya kepadaku mengapa aku main kesini.

Saat ingin siap-siap pulang, tiba-tiba ibunya Abi menghampiri Abi :

"Bi, nanti kamu anterin Kia sampe kosannya ya, le..."

"Nggeh buk."

"Jangan lupa diajak makan juga sebelum sampe kosan,"

Merasa tidak enak, aku ikut menyahut ucapan ibunya Abi :

"Em, ndak usah tan. Nanti Kia makan dikosan aja nggak apa-apa kok. Nanti takut ngerepotin Abi juga tante."

Namun, Tante Endang tetap kekeh dan tidak mau tahu.

"Ndak. Nanti kamu ndak bisa tidur gara-gara laper tengah malam. Jadi dari pada bingung cari makanan, mending kamu makan aja dulu diperjalanan menuju kos habis ini."

Merasa harus ada yang melerai, Abi mendekatiku sambil berkata:

"Yuk, balik sekarang Ay,"

Belum sempat menjawab, Abi langsung menggandeng tanganku. Jadi, mau tidak mau, aku mengikuti Abi seraya berpamitan kepada Tante Endang.

"Kia pamit pulang dulu ya tante. Terima kasih untuk jamuan dan izin berkunjungnya hari ini. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam, sama-sama Kia. Jangan kapok main kesini ya."

"Siap tante."

Usai berpamitan dan menyalami tante Endang, aku langsung menaiki motor Abi. Tak lupa juga, jaket Abi yang dipinjamkan kepadaku agar aku tidak masuk angin selama perjalanan menuju kosan. Padahal, aku bisa menebak alasan sebenarnya dibalik pinjaman jaketnya Abi.

Dari raut wajahnya terpampang jelas bahwa ia tidak rela jika aku dipinjami jaket oleh pria selain dirinya. Seulas senyum mewakili perasaanku kala mengingat alasan itu.

*diperjalanan menuju kosan*

Abi mengajakku ke sebuah warung nasi goreng langganannya. Abi memesan nasi goreng tiwul sementara aku memesan nasi goreng biasa. Lalu sambil menunggu pesanan datang, Abi membuka percakapan.

"Smian tadi harusnya iyain aja omongannya ibuk Ay,"

"Tapi kan nggak enak Ay, ntar malah ngerepotin sman. Lagian pulang kerja kan sman mestine yo capek to,"

"Alah, aku mah udah biasa Ay,"
"Kesehatan sman lo Ay. Sman dewe juga pernah bilang kalau sman pengen langsung istirahat setelah pulang kerja kan?"

"I-iya juga sih. Tapi kalau untuk sman apapun aku usahain kok Ay,"

Aku diam dan tidak berkata apa-apa lagi. Tak lama kemudian, pesanan datang. Kita pun langsung menyantap makanan masing-masing. Setelah makan, Abi langsung mengantarku pulang ke kosan.

45 menit berlalu. Akhirnya, aku tiba di kosan. Sebelum masuk, aku berbicara sebentar dengan Abi.

"Makasih ya sayang untuk hari ini."

"Sama-sama Ay. Harusnya yang bilang makasih itu aku, karena sman udah bantuin aku seharian ini."

"Eh masa sih Ay? Haha, sama-sama deh kalau gitu. Oh, iya ini jaketnya sman bawa pulang langsung apa gimana?"

"Ndak usah. Sman bawa aja Ay. Biar sewaktu-waktu sman butuh, ada jaket dan nggak perlu pinjem jaket cowok lain lagi."

"Hahaha...kumat. Yaudah, aku masuk dulu ya. Sman hati-hati dijalan, jangan ngebut. Assalamu'alaikum."

"Iya bosku. Siap. Wa'alaikumsalam."

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang