Bab 49. Kesalahan Yang Sama

12 1 0
                                    

🎶..hanya satu inginnya hatiku, hanya satu inginnya cintaku... Kerispatih - Kesalahan Yang Sama🎶

Setelah ku putuskan untuk memulai lembaran baru lagi bersama Abi, saat itu pula aku berusaha mengembalikan rasa percayaku pada Abi. Belajar mengikhlaskan segala yang pernah terjadi antara kita berdua.

Aku yakin, Abi pasti akan kembali seperti dulu. Seperti Abi yang aku kenal.
Untuk merayakan kembalinya kita, aku dan Abi berencana pergi keluar bersama.

Lebih tepatnya, ke alun-alun Tulungagung usai kuliah nanti.

Abi ♡
Ay, nanti keluarnya jadi jam berapa?

Chat dari Abi sudah membanjiri whatsappku. Aku pun membalas.

Abi ♡
Nanti pulang kuliah. Jam 2an.

Klik. Sending.

Usai mengirim chat, aku langsung bersiap-siap untuk menyambut perkuliahanku selanjutnya.

***
*di Alun-alun*

Aku dan Abi sedang menikmati waktu bersama di tempat favorit. Namun, saat Abi pamit ke kamar mandi, dan hapenya aku bawa, aku iseng melihat-lihat kolom pencarian.

Tahukah kalian apa yang aku dapatkan?

Sebuah nama yang tak asing, Anna. Yah, nama itu lagi. Entah mengapa, ketika nama itu tersebut, rasa sakit serasa menjalar ke seluruh tubuhku.

Jadi, dia masih suka kepoin cewek ini? Batinku menerka

Jikalau benar begitu, lalu apa gunanya aku berada disini lagi? Aku kecewa, sangat amat kecewa. Karena rasa penasaranku yang teramat besar, aku iseng melihat chat whatsappnya.

Aku menemukan sebuah nama dimana Abi menanyakan foto-foto bersama Anna.

Jadi, selama ini, janji Abi untuk tidak berhubungan dengan segala hal tentang wanita itu bohong doang? Omong kosong belaka gitu? Pikirku menyimpulkan.

Sebuah chat yang menjadi alasanku menyimpulkan begini :

Dari : 085736351729
Bi, baju couple kamu sama Anna kapan mau diambil? Anna titipin ke aku soalnya.

Balasan Abi begini :

Dari : 085736351729
Iya, bawa dulu aja. Nanti kalau sempet, aku ambil.
Oia, kamu masih ada fotoku sama Anna yang di lapangan nggak? Aku minta dong.

Astagfirullah, sedekat itukah hubungan Abi sama Anna? Sampe punya baju couple segala. Batinku menerka.

Tanpa basa-basi, aku menelpon Vita. Aku teringat akan tawaran Vita untuk menemui wanita itu.

Kia
Vit, lu ntar ngampus jam berapa?

Vita
Jam 10an Ki, kenapa?

Gue mau ngomong sesuatu, ntar kalau lu udah di kampus, lu kabarin gue ya.

Oh, oke. Siap.

Klik. Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan Vita membicarakan rencana pertemuanku dengan wanita itu. Ya, aku merasa harus bertemu dengannya agar dapat menjawab segala pertanyaan yang bertebaran di otakku.

Tak lama kemudian, Abi kembali dari toilet.

"Sman nggak pengen makan apa gitu?"

Kesempatan buat nanyain tentang hubungan dia sama wanita itu nih. Pikirku singkat

"Emm, yaudah yuk."

"Mau makan apa sman?"

"Bakso atau mie ayam aja yuk."
"Ayuk. Berangkaaatt.."

Aku dan Abi langsung menuju penjual bakso dan mie ayam terdekat.

*sesampainya ditempat makan*

"Ay, aku mau tanya sesuatu boleh?"

"Apa itu Ay?"

"Sman sama Anna itu gimana sih hubungannya?"

"Temen deket aja Ay,"

"Temen sampe punya baju couple ya?"

Abi langsung terdiam. Dia menunduk merasa bersalah lalu berkata :

"Maaf Ay, aku nggak cerita sama sman."

"Yaudah, nggak apa-apa. Tapi aku pengen ketemu sama cewek itu bisa?"

"Em--anu--ngapain? Nggak usah Ay. Aku udah nggak ada apa-apa sama dia. Beneran."

Aku menatap Abi lekat dengan tatapan seperti malas. Lalu ku lanjutkan makanku.

***

"Vit, gue pinjem motor lu boleh?"

"Buat apaan?"

"Nemuin cewek yang itu looh."

"Oh oke. Pake aja."

Aku pun mencari tau sendiri nomor hape wanita yang katanya jadi selingkuhan Abi selama KKN. Karena Abi tidak mau menemui aku dengan wanita itu, maka ku cari tau sendiri saja informasinya. Toh, temanku tersebar luas seantereo kampus.

*saat aku mengajak ketemu Anna*

"Mbak Kia bukan?"

"Iya, kamu Anna?"

"Iya mbak. Maaf ya lama. Macet soalnya."

"Iya nggak apa-apa. Langsung aja ya, aku mau tanya sama kamu tentang hubungan kamu sama Abi gimana?"

"Aku sama Abi cuma temen deket aja kok mbak. Nggak lebih."

"Beneran?"

"Iya mbak. Beneran."

"Sedeket apa kalian?"

"Ya cuma cerita masalah pribadi kayak keadaan ortu sama cerita pasangan masing-masing aja sih mbak."

Ha? Pribadi? Sedekat itukah kalian sampai harus berbagi cerita pribadi segala? Batinku bergemuruh.

"Oh gitu. Oke, aku bilangin ya sama kamu, aku sama Abi itu nggak main-main. Hubungan kami serius, bahkan masing-masing keluarga udah pada tau semua dan sama-sama ngerestuin. Jadi ya kamu tau lah harus ngapain. Kalau emang kalian masih mau deket, aku yang akan mundur. Deal?"

"Baik mbak. Saya ngerti harus ngapain. Makasih sudah mengingatkan."

Lalu aku pamit pulang karena takut jika motornya Vita ingin dipakai. Dia mengiyakan dan berjanji akan menjauhi Abi, selamanya.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang