Bab 43. KKN #2 : Abi

7 2 0
                                    

*Abi PoV*

Kalau sebelumnya, Kia yang KKN, kali ini ganti aku yang KKN. Seperti yang pernah dikatakan Kia bahwa KKN adalah momen paling seru selama kuliah.

Dari KKN juga nanti akan menambah teman-teman dari berbagai jurusan dan prodi lainnya. Selain itu, KKN juga bisa menambah relasi dari warga sekitar.

Beradaptasi, bersosialisasi, dan rasa saling toleransi antar teman menjadi ujian tersendiri bagiku. Kia benar. Benar jika KKN bukanlah momen yang mudah untuk dilalui. Diperlukan kelapangan hati dan rasa sabar berlebih untuk melewatinya.

Contohnya saja ketika salah satu temanku mulai kelihatan sikap dan sifat aslinya. Saat ada acara desa, pihak desa mengajak anak-anak KKN untuk ikut berpartisipasi. Namun, yang aktif bergabung hanya beberapa anak saja, tidak semua anak-anak mau ikut bergabung.

"Ini yang lain pada kemana sih? Kok nggak ikutan?" tanyaku kepada Ina yang sedang duduk di teras

"Nggak tau tuh. Pada sibuk sendiri-sendiri."

"Sibuk ngapain sih?" Tanyaku kesal

"Liat aja sendiri di dalam posko tuh."

Aku tidak bertanya lagi dan langsung masuk ke dalam posko untuk melihat dengan mata kepalaku sendiri.
Dan benar saja, mereka sibuk masing-masing dengan urusannya. Ada yang sibuk main hape, ada yang sibuk gibah, dan lain sebagainya.

"Oh, jadi ini kegiatan kalian sementara pak Kades ngajak kita buat ikutan rembuk desa hari ini?" Tegurku kepada semua teman-teman yang kemudian membuat mereka terkejut seketika

Semua diam membisu.
Aku pun melanjutkan teguranku:
"Oke, mulai sekarang terserah kalian aja. Aku udah nggak peduli. Makasih untuk semuanya."

Salah satu anak perempuan terlihat tersinggung dengan omonganku lalu berkata : "Apaan sih lu Bi. Gausah alay deh. Orang kita juga cuma pengen santai dikit doang kali."

"Apa lu bilang? Alay? Ngebelain lu semua dengan cari alasan ke warga supaya mereka nggak mikir macem-macem itu alay bagi kalian? Hah?" kataku dengan nada tinggi
Hening seketika.

Ada yang merasa bersalah, ada pula yang terlihat cuek dan biasa saja. Entahlah, aku sudah muak dengan tingkah egois mereka semua. Ku biarkan saja mereka bertingkah sesukanya.

"Permisi, mas Abi. Saya Putra, wakil karang taruna desa. Saya mau minta data temen-temen mas yang sekiranya bisa ikut bantuin untuk persiapan gebrak desa beberapa hari lagi. Bisa?"

"Wah, kalau itu mas Putra langsung tanya sama ketua poskonya saja. Kebetulan ketuanya tuh yang duduk dibawah pohon mangga bersarung hitam."

"Oh, baik mas. Makasih ya,"
"Iya mas. Sama-sama."

Orang tersebut langsung mengikuti arahanku. Aku sudah tidak mau tau lagi dengan semua teman-teman yang hanya memikirkan diri mereka sendiri.

***

*Kia PoV*

Abi ♡
Ay, lagi apa? Minggu ini aku mau pulang ke rumah. Mau ambil salin plus uang saku, ketemuan yuk. Aku kangen sman.

Aku tersenyum membaca pesan dari Abi. Genap dua minggu sudah dia KKN. Rasa tidak sabar menunggu momen bertemu ini sangat aku nantikan sejak jauh-jauh hari. Namun, aku terpaksa menekan egoku untuk mengerti keadaan Abi. Pasti juga banyak cerita yang akan dibagi oleh Abi saat bertemu denganku nanti.

Pasti. Sebab, setiap bertemu, ada saja hal-hal yang menjadi bahan pembicaraanku dengan Abi. Jikalau tidak ada, pasti aku berusaha bertanya terlebih dahulu yang nantinya akan membuat Abi bercerita tanpa mengenal waktu.

Aku membalas pesannya.

Abi ♡
Lagi mau kuliah nih Ay. Sman sendiri lagi apa? Wah, asiikk. Iya bisa banget lah sayang. Aku tunggu yaa.. 😙

Klik. Sending.

Tanpa sadar, senyum-senyum kecil menghiasi bibirku. Mungkin, seperti ini rasanya bertemy sang pujaan hati yang telah pergi sekian lamanya.

Yah, mungkin.

***

Hari ini, aku dan Abi janjian untuk bertemu. Ia mengajak bertemu di kosanku saja. Katanya, sepulang dari rumahnya, ia ingin langsung kembali ke posko KKN-nya. Aku menyayangkan, namun apalah daya. Lagi-lagi egoku melemah tatkala pikiranku mengatakan tentang pengorbanan yang dilakukan Abi agar bisa bertemu denganku.

Aku menunggu diteras kosan. Mandi dan dandan sudah, waktunya tinggal menunggu. Lalu aku memutuskan untuk bermain game sembari menunggu Abi. Karena terlalu asik bermain, aku sampai tidak sadar akan kedatangan Abi.

"Assalamu'alaikum sayang. Serius banget mainnya." Ucap Abi mengagetkanku

"Wa'alaikumsalam Ay. Eh, udah dateng sman? Sini duduk sebelahku Ay." jawabku mempersilahkan Abi masuk dan duduk tepat di kursi sebelahku. Raut wajah lelah dan capek terpampang jelas darinya. Aku menawarkan kopi dan beberap camilan yang memang sudah ku siapkan untuknya.

"Sman ndak nginep dirumah sekalian Ay?"

"Ndak bisa Ay. Di desa ada acara. Aku jadi panitianya."

"Hmm, yaudah Ay. Nih kopi sama camilannya di makan dulu."

Abi menurut. Lalu kita berdua larut dalam cerita-cerita terkait KKN yang sedang dijalaninya. Aku menjadi pendengar setia dari cerita yang dikatakan oleh Abi.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang