Bab 29. Tiga Belas Januari

4 2 0
                                    

🎶..Aku takut, kamu pergi, kamu sakit, kamu marah.. Vierratale - Takut 🎶

Hari ini aku bingung. Sebab, seharian ini Abi tidak menghubungi dan mengabariku seperti biasanya. Aku curiga sekaligus sebal. Curiga jika dia sedang asyik dengan yang lain. Dan sebal karena dia tidak menyempatkan sedikit waktunya untuk menghubungi atau mengabariku.

Bukankah hal yang wajar jika kekasih hati tidak mengabari seharian lalu sang wanita berpikiran negatif?

Bagiku itu merupakan hal yang wajar. Itu artinya, sang pacar adalah prioritas dalam hidupnya. Namun, hebatnya, pikiran positifku lebih banyak dari pada pikiran negatifku.

Aku dilema. Pikiran negatifku mengatakan bahwa Abi sedang asyik dengan dunianya yang baru hingga melupakanku. Sedangkan pikiran positifku mengatakan bahwa Abi sedang sibuk dengan kegiatan bantu-bantu ibunya di rumah.

Di chat hanya dibaca saja, sementara teleponku tidak di angkat. Menyebalkan sekali bukan?

Padahal hari ini adalah hari ulang tahunku. Tapi kenyataannya, dari pagi tadi, tidak ada ucapan selamat ulang tahun yang diucapkan atau dituliskan Abi untukku, kekasihnya. Yang ada justru sebaliknya, dia tidak mengabari dan menghubungiku sama sekali.

Rasa sebal dan kecewa berkecamuk dalam benakku.

Arrrghh, kemana sih kamu Bi? ucapku sambil merengut kesal.

***

*Abi PoV*

Seharian tidak berhubungan dengan Kia seperti ada yang kurang. Namun, aku terpaksa melakukan ini, sebab aku ingin memberikan kejutan dihari ulang tahunnya Kia. Ya, harus. Walaupun Kia harus marah terlebih dahulu kepadaku. Aku terima. Memang itu konsekuensinya bukan?

Untuk meredam amarahnya yang mungkin sedang menggebu-gebu, aku pun mengirimkan pesan kepada Kia.

Kia ^_^
Ay, nanti malem keluar yuk. Ngopi ke tempat biasa. Sman ada acara ndak?

Seperti yang aku duga, Kia membalas dengan setengah tidak mood saat pesan chat dari seseorang yang ia tunggu sedari tadi muncul tiba-tiba.

Dengan hati yang mengganjal, inilah pesan balasan dari Kia :

Kia ^_^
Iya. Aku nggak ada acara.

Aku terkekeh membacanya.

Yes, berhasil! Ucapku lirih.

Itu berarti, misiku berjalan dengan mulus untuk membuat Kia jengkel dan marah dihari ulang tahunnya. Tepat sebelum kejutan yang ku siapkan berlangsung.

Dengan pura-pura tidak tahu, aku membalas lagi pesannya.

Kia ^_^
Sman marah ya Ay sama aku?

Klik. Sending.

Dreet..dreeet..

Ponselku bergetar pertanda ada pesan balasan. Dan benar, sebuah nama Kia ^_^ terpampang jelas di layar ponselku.

Kia ^_^
Gatau. Pikir aja sendiri.

Aku semakin gemas dan tidak sabar untuk melihat langsung raut wajah kekasihku. Aku berpikir keras. Tidak mungkin dong, aku mengatakan bahwa aku sengaja membuatnya marah seharian.

Alasan apalagi yang harus ku gunakan sebagai tameng nih, pikirku menerka-nerka.

Aku pun memutuskan untuk tetap berpura-pura merasa tidak bersalah kepada Kia. Yang tentu saja membuat Kia semakin kesal. Aku mengirimkan pesan berisikan :

Kia ^_^
Yaudah, pokoknya nanti kita keluar ya Ay. Ada sesuatu hal yang mau aku bicarain.

Klik. Sending.

Aku menunggu balasan pesan Kia sambil melanjutkan pekerjaanku kembali.

Dua jam kemudian..

Usai membantu ibukku menutup warung, aku tak lupa melihat ponselku yang sedari tadi aku charge ketika sedang berjualan.

Karena ponselku adalah hiburan nomer satu sebelum gitar dan motorku di kala aku sedang jenuh. Ada satu balasan pesan dari Kia.

Kia ^_^
Iya. Oke

Ha? Begini doang? Wah, siap-siap di amuk ini gue mah ntar, batinku cemas.

Menyadari hal itu, aku langsung meluncur ke kosan Kia untuk menjemputnya. Sesampainya di kosan, ternyata Kia sudah menungguku di teras. Langsung saja aku mengajaknya ke tempat yang sudah ku siapkan sebelumnya.

Setelah menempuh perjalanan 45 menit, tibalah aku dan Kia di sebuah kafe hits yang sudah lama aku berkeinginan mengajak Kia ke tempat ini. Lampu kelap-kelip yang memanjakan mata cocok dengan wallpaper dinding bercorak keajaiban dunia yang membentang se-antereo kafe.

Cocok juga untuk pasangan muda mudi sebayaku.
Dengan cemas, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan :

"Sayang, kemarin, aku bilang mau bicara tentang suatu hal kan?"

Raut wajah Kia yang semula merengut menjadi sedikit berbeda namun lebih menatapku tajam lalu berkata :

"Emm, iya, kamu mau bicarain apa emangnya?"

"Anu--itu..."

"Apaan?"

Aku tidak menyahuti Kia dan langsung mengeluarkan kado yang telah ku siapkan berbungkus plastik hitam dari dalam tasku.

"Ini untuk sman. Selamat ulang tahun ya Ay,"

Kia yang semula terlihat marah, kini berubah melunak dan tanpa sadar menitikkan bulir air matanya.

"Sayang mah..."

"Loh, kenapa nangis? Atuh dibuka ini kadonya sayang,"

Kia tidak menjawab dan hanya meneruskan tangisannya sambil membuka kado dariku. Tangisnya makin pecah ketika ia melihat isi kadonya. Ia bilang, ia teringat kembali akan keinginannya memiliki mukena baru dengan warna favoritnya.

Sebagai pasangan, aku ingin mewujudkan keinginannya itu. Yah, meskipun bukan mukena dengan harga selangit, aku harap, semoga mukena pemberianku bisa bermanfaat untuknya.

"Selamat ulang tahun ya Kia sayang," batinku lirih

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang