Bab 10. Alun-alun Kota

13 4 2
                                    

🎶..berdua denganmu..pasti lebih baik..aku yakin ituuu.. Acha Septriasa - Berdua Lebih Baik 🎶

Pagi ini, Abi sedang berkunjung ke kosanku. Katanya, dia sedang bingung ingin mengisi waktu luangnya dengan apa saat sedang libur kuliah ini. Lalu aku pun menyarankan untuk ke alun-alun kota sebagai tujuan untuk menghilangkan kebingungannya.

Awalnya, dia sempat ragu dan malas mengikuti saranku. Namun setelah ku katakan aku bersedia menemaninya. Dia menjadi lebih semangat dari sebelumnya.

"Alun-alun mana ya Ay kira-kira yang bagus?" Cerca Abi dengan dahi mengernyit

"Emm.. yang belum pernah sman kunjungin dan tempatnya nggak terlalu jauh dari sini aja Ay."

"Hmm. .aku nggak tau. .hehe."

"Aish. .yaudah Alun-alun Tulungagung aja, gimana?"

"Eh iya juga ya. Yuk Ay berangkat."

"Yuk."

Aku dan Abi langsung menuju ke Alun-alun Tulungagung. Memang, kata beberapa teman-teman kuliahku yang sudah pernah berkunjung, alun-alun itu memang lumayan bagus bila dijadikan destinasi wisata untuk menghilangkan stres atau pelepas lelah. Aku yang mendengar cerita itu sekaligus ingin membuktikan sendiri keindahan tempat yang dimaksud.

90 menit berlalu.

Aku dan Abi tiba ditempat tujuan. Dari arah parkiran, aku melihat motor-motor yang berjejeran pertanda bahwa tempat ini sudah ramai pengunjungnya. Usai memarkirkan motor dan membayar karcis parkir, aku dan Abi langsung menuju ke dalam.

Di pintu masuk, terdapat penjual cilok dan es dung-dung yang sudah mangkal entah sejak kapan.

"Sman mau beli jajan Ay?" Cetus Abi menawarkan

"Nggak. Nanti aja dulu Ay." Jawabku pelan

Abi mengangguk mengiyakan.
Setelah memasuki alun-alun, terdapat beberapa anak-anak kecil berlarian ke sana kemari. Desain alun-alun yang seperti taman, membuat beberapa warga sekitar memanfaatkan fasilitas yang ada untuk merefresh diri sejenak dari padatnya aktifitas.

Tidak hanya itu, dari arah barat terdapat semacam flying fox yang disediakan untuk anak-anak kecil yang berkunjung kesana.
Ada juga beberapa batu kerikil yang dibuat khusus digunakan sebagai alat refleksi melancarkan aliran darah dari kaki. Dari arah timur terdapat kandang dan banyak burung dara berterbangan kesana kemari.

Aku dan Abi berhenti disebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari kandang burung dara. Karena penasaran, aku pun bertanya kepada Abi :

"Ay, itu dari tadi banyak banget penjual biji jagung gitu. Buat apaan sih?"

"Ya buat kasih makan burung-burung itu lah Ay."

"Oh, pantesan."

"Sman nggak tau emang?"

"Nggak Ay. Hehe."

"Terus yang sman tau apa Ay?"

"Yang aku tau, aku ada disini buat sman Ay."

"Idih, apaan si sman."

"Biarin. Wlee."

Tanpa sadar muncul rona merah pada pipi Abi. Aku pun tidak henti menertawakan dan meledek Abi. Abi pura-pura cuek dan tidak mendengar ledekanku. Untuk mengalihkan, aku pun mengajak Abi untuk foto bersama.

Satu.

Dua.

Tiga.

Selesai berfoto aku dan Abi ikut memberi makan burung-burung yang ada. Walaupun hanya sebentar, tetapi kegiatan hari ini cukup memberi rasa senang dalam benakku.

***

Beberapa hari kemudian..

Aku dan Abi kembali kesini. Tentunya dengan persiapan yang matang. Untuk meminimalisir pengeluaran, aku mempersiapkan bekal untuk dimakan bersama. Memang bukan bekal yang mewah, namun cukup lah untuk mengisi perut saat rasa lapar menghampiri.

"Yeeyyy.. sampe juga deh." Kataku saat sampai diparkiran

"Seneng banget ya sman Ay."

"Iya dong. Kan bisa kesini lagi. Sman nggak seneng emangnya Ay?"

"Seneng kok."

"Seneng kenapa coba?"

"Rahasia."

"Ih rese. Huuu."

"Biarin. Wooo. Udah yuk masuk Ay."

"Hayuuk."

Aku dan Abi masuk ke dalam dan mencari gazebo yang pas untuk dijadikan tepat istirahat kita nanti. Setelah berkeliling, ada sebuah gazebo yang kosong. Aku dan Abi saling melirik, kemudian langsung duduk di gazebo yang kosong itu.

Aku tersenyum-senyum sendiri menyadari sikapku dan Abi ketika menuju gazebo ini. Abi yang melihat tingkahku langsung berkata :

"Ih, senyum-senyum sendiri gitu."

"Haha. .abisnya kayak anak kecil tau. Ketakutan banget nggak ada tempat istirahat."

"Kalau nggak gitu emangnya bakalan dapet tempat?"

"Ya enggak juga sih."

"Udah yuk makan bekalnya Ay. Aku mulai laper nih."

"Yaudah yuk."

Aku dan Abi pun menikmati bekal yang telah dibawa. Ada dua jenis bekal yang ku bawa.

Yang satu, bekalnya berisi nasi, telur gulung dan oseng-oseng tempe. Sedangkan yang satu lagi berisi roti tawar yang telah dioleskan selai cokelat didalamnya. Tak ketinggalan juga air mineral.

Walaupun kegiatan ini terkesan kekanak-kanakan, namun baik aku dan Abi menikmatinya. Sebab, kita nggak akan pernah tau sampai kapan waktu seperti ini bisa kita temukan kembali.

***

Dia Tak Bahagia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang