08 - Runtuhnya Ekspetasi

1.3K 143 10
                                    

Warning! Aku cuma mau ngingatin part ini lumayan panjang dan penting. Persiapkan mata kalian. Kalau nggak kuat jangan dipaksa. Oke?

Happy reading:)

* * * *

Ponsel Iza bergetar, menandakan sebuah pesan masuk dari What's App. Iza yang sedang mengutak-atik laptop itu segera mengambilnya di atas meja.

Za, ehehe.

Hanya itu isinya yang membuat Iza bertanya-tanya. Nomor pengirimnya belum pernah ia simpan. Foto profil pun tidak ada, Iza jadi susah mengenali siapa pengirimnya.

Kemudian Iza mengetikkan sebuah balasan untuk orang yang sembarangan mengirimnya pesan ini tanpa berkenalan terlebih dahulu.

Ini siapa?

Tidak lama setelah beberapa menit, pesan Iza akhirnya mendapat balasan. Buru-buru gadis itu melihat ponselnya.

Hayo siapa? Coba tebak :v

Iza mengernyitkan dahi lalu tersenyum samar. Sepertinya ia tahu anak tidak tahu diri yang mengirimnya pesan bagaikan seorang pengagum rahasia ini. Kalau nomor Yudhi sudah ia simpan, maka nomor yang belum ia simpan ini adalah nomor teman sejati tak terpisahkannya, Renandhi.

Hanya Renandhi dan Yudhi yang sering menyuruh Iza menebak-nebak. Iza pun langsung mengetikkan balasan.

Renandhi kan?_-

Tiba-tiba Wina, Mama Iza masuk ke dalam kamar, duduk di tepi kasur, dan menyerahkan beberapa lembar uang ke Iza. "Tolong ke rumah Mama Keffa dong Za."

Iza menautkan alis. "Bayar arisan mah?"

"Iya. Mama sibuk nih, males pakean rapi-rapi buat ke sana. Kamu aja mendingan, bajumu masih seragam olahraga juga. Sepulang dari sana cepat ganti baju ya." Tanpa menunggu Iza mengiyakan, Wina segera keluar dari kamar.

Iza mengetikkan sebuah pesan untuk Renandhi lagi.

Ren, gue ke rumah lo.

Iza bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Tak masalah jika ia harus keluar rumah di siang bolong seperti sekarang ini. Lagipula rumah Renandhi tidak jauh dari rumahnya, cukup berjalan lebih masuk ke kompleks sampai menemukan perempatan ketiga.

Mamanya Keffa adalah panggilan untuk Mamanya Renandhi dari Wina. Keffa adalah adik perempuan Renandhi yang satu tahun lebih tua dari adik Iza, Nabilla. Pantas saja jika keluarga mereka saling kenal baik.

Rumah Renandhi terlihat sepi saat ini, namun pintu utamanya terbuka. Iza curiga yang menjaga rumah hanya Keffa. Ia pun berjalan masuk ke pekarangan rumah tersebut dan mengintip ke pintu.

Tapi saat ia melangkah, suara pun terdengar, "Jangan begitu lah babe!"

Iza mengernyit. Suara laki-laki menggema di ruang tamu rumah Renandhi.

"Iya-iya enggak Van, astaga!" Suara Renandhi juga menyusul.

Iza langsung melihat ke jendela tanpa berpikir panjang. Di ruang tamu ada Renandhi dan laki-laki lain sedang bertatapan. Degup jantung Iza seketika tidak karuan begitu melihat keduanya semakin berdekatan.

Seperti orang yang ingin berciuman, masih belum dekat. Hanya saling tatap dengan senyum mengembang.

Tak tahan dan takut, Iza langsung mengetuk jendela. "Renandhi! Ini gue dateng mau bayar arisan!"

Renandhi yang terkejut itu segera berjalan keluar rumah menghampiri Iza. "Loh kok lo ke sini? Tadi kan gue bilang nggak usah!"

"Hm? Kapan?"

Perfect Priority Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang