✳ EPILOG ✳

2K 117 9
                                    

Iza terkejut ketika menemukan Renandhi sedang duduk di bangku depan rumahnya dengan sebuah boneka beruang besar berwarna pasta. Apa yang laki-laki itu lakukan dengan seragam sekolah di sini? Apa Renandhi sedang menjebak Iza? Iza langsung berjalan untuk membuka pintu rumahnya.

"Ayo Ren, ngomong di dalem aja!" titah Iza sembari berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Eh Za, gue buru-buru." Renandhi berdiri tepat di depan pintu rumah Iza. Ia menyerahkan boneka beruang tersebut.

"Eh buat siapa?" Degup jantung Iza seketika berpacu ketika menghampiri Renandhi di depan pintu. "Lo ngapain elah bawa beginian ke sini? Oh ya, lo tadi kemana? Gue nggak liat lo seharian."

Iza mengamati boneka beruang yang tampak sangat lembut untuk dipeluk, jauh di dalam hati ia merasa sangat senang.

Boneka beruang itu memakai hoodie jingga yang sempat dipinjam oleh Renandhi sesudah aksi Gevand di toilet dua bulan lalu. Di lehernya juga terdapat headphone dan di tangannya terdapat bentuk hati dengan tulisan 'Don't forget about the Perfect Priority' di tengahnya. Sebisa apa pun Iza mencoba untuk tidak gugup atau berharap yang tidak-tidak.

"Ya buat lo lah Za, kenang-kenangan. Gue pindah ke Smantaraya alias SMA Nusantara Jaya. Gue sengaja pindah ini demi kebaikan kalian semua dan kebaikan gue. Lo tahu kan Gevand sekarang ada di mana? Gue nggak mau pas dia balik kita masih jadi incarannya karena gue masih sekolah di sana. Jadi ya udah, gue ngalah dan gue pindah sekolah. Biar kita aman. Itu kan yang dia mau," jelas Renandhi.

Iza terdiam masih bingung dengan penjelasan Renandhi. Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi kepalanya.

"Oh ya soal boneka ini. Anggap aja ini hadiah karena selama ini lo udah jadi temen yang baik. Sekaligus ini cara gue untuk ngembaliin hoodie lo. Oh ya ini nomor headphone gue, tolong disimpen sampe gue balik ya sekaligus...." Renandhi mengeluarkan flashdisk dari kantung hoodie yang dikenakan beruang itu. "Ini flashdisk ada isinya, lo rajin dengerin ya, gue mau bantu lo."

Iza menerimanya dan memberikan tatapan intens. "Lo apa-apaan sih? Kok bikin gue deg-degan banget elah! Lo cuma pindah sekolah serasa kayak mau pindah planet aja."

Renandhi tersenyum lebar. "Hehe, gue nggak cuma pindah sekolah, tempat tinggal juga. Mulai semalam sekitar jam sepuluh gue udah tinggal di rumah om sama tante gue, jadi yah gitu, kita bakal jarang banget ketemu. Lagian juga, Smantaraya itu jauh banget dari sini, kalau pulang-pergi bisa tekor gue naik motor."

Iza mengernyitkan dahinya mulai terlihat frustasi. "Oh jadi ini salam perpisahan? Kok mendadak banget!" Ia menampakkan wajah sedihnya.

"Iyap, sengaja. Lo yang kuat ya, udah nggak ada gue. Flashdisk itu rajin ya didengerin, isinya spesial. Biar iman lo nambah gitu, hehe," ujar Renandhi sambil perlahan menyerahkan boneka dari dekapannya. "Tenang aja Za, tiap libur panjang gue bakal balik ke sini."

"Itu masih enam bulan lagi!" Iza tak sanggup lagi menahan air matanya. "Aih, kenapa lo pindah? Kenapa nggak tetep di sini aja? Kan Gevand doang, kita bisa lawan bareng-bareng. Gue nggak mau lo pindah, entar siapa yang nasihatin gue? Huuu." Ia mulai merengek seperti anak kecil.

"Gevand ini bukan sekadar Gevand Za, dia bahaya. Mending gue yang ngalah. Ortu juga udah setuju, apalagi keluarga semua nyaranin pindah sekolah. Ya udah, gue nurut aja. Ini juga demi kebaikan kita semua Za, turutin aja apa maunya. Udah-udah jangan nangis."

"Ya tapi kenapa harus ke Smantaraya yang jauh banget kayak dari bumi ke pluto?" Iza mengusap air matanya. "Kenapa lo nggak ke SMA Harapan Bangsa aja, sekolahnya Kak Daniel yang dulu? Kan deket nggak perlu pindah rumah juga!"

Perfect Priority Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang