"Gue dapet berita kalau ada kita dapat tetangga baru di kompleks ini." Nabila berbaring telungkup di atas kasur, tepat di samping Iza.
Yang diajak bicara hanya melirik saja, sibuk menonton Drama Korea di laptop. "Hm."
"Kebetulan yang pindah itu temen gue loh kak. Si anak baru yang gue bilang cantik banget sampe ada lima orang yang langsung nembak dia di hari pertama dia pindah ke sekolah gue," cerocos Nabila yang tak peduli dengan respons kakaknya.
"Hm."
"Dia bertiga bersaudara."
"Hm."
"Ish!" Nabila menjambak Iza, pelan seperti biasa jika diabaikan. "Dehem aja terus! Lo tahu nggak nama anak yang pindah?!"
"Ya kagak lah," jawab Iza sarkas.
"Ya ampun Kak Iza. Pikunan banget sih jadi manusia. Baru aja tiga hari lalu gue cerita kalau anak baru di sekolah gue itu namanya Keffa, masa udah lupa?" Nabila mendorong Iza.
"Ya karena gue nggak peduli."
"Terlalu nolep lo jadi orang, ah! Nggak seru." Nabila berguling ke samping hingga kakinya dapat menyentuh lantai kamar Iza. "Gue mau mampir ke rumah Keffa dulu."
"Bodoamat."
Nabila melenggang keluar kamar Iza. Namun, ia mengintip sekali lagi untuk berkata, "Lo nggak mau liat muka kakaknya Keffa? Ganteng banget loh, blasteran, matanya biru, manis, bulu mata lentik."
Iza langsung menoleh. "Masa? Bohong dosa."
"Dih ayo ikut makanya. Dia seumuran lo juga. Mau daftar ke SMA Panca Dharma juga. Lo berdua bisa bareng," kata Nabila yang akhirnya melesat ke pintu utama.
Bosan dengan Drakor, Iza sekarang mendengarkan musik di laptopnya sembari memainkan game Plants VS Zombie. Liburan kelulusan SMP terlalu panjang buatnya.
Tok tok tok!
"Assalamu'alaikum!"
Suara pintu utama yang diketuk membuat Iza menghentikan permainannya untuk memastikan bahwa itu benar-benar ketukan pintu.
Tok tok tok!
Iza berguling ke samping. "Nabila!" panggilnya agar adiknya itu segera membukakan pintu.
Tak ada suara lain atau respons. Ucapan salam terus keluar dari mulut sang tamu yang kini berdiri di depan rumahnya.
Ketukan pintu terdengar lagi, membuat Iza berdecak lalu bangkit dari posisinya yang nyaman sedari tadi.
"Sebentar!" kata Iza sambil melangkah ke ruang tamu.
Sebelum membuka pintu ia mengintip terlebih dahulu di jendela. Seorang laki-laki berperawakan tinggi menunggunya di sana. Dengan ogah-ogahan Iza membuka pintunya.
"Wa'alaikum salam," jawabnya setelah pintu terbuka menghadirkan laki-laki berwajah blasteran dengan iris mata biru.
"Iza kan?" tanyanya menyadarkan lamunan Iza.
Iza sedikit canggung dengan keberanian laki-laki di hadapannya ini sebagai tetangga baru untuk berkunjung sendirian. Ia memerhatikan detail wajahnya yang benar-benar ... cantik. Bulu matanya lentik.
Ia tidak masuk dalam kriteria cowok ganteng bagi Iza. Cowok cantik dan manis lebih tepatnya. Tapi, yah, namanya cowok, tentu saja Iza akan bilang bahwa Renandhi ganteng.
"Nama gue Renandhika Davio Mahendra. Salken, hehe. Semoga kita jadi tetangga yang baik ya Za. Lo bisa panggil gue Renandhi." Ia menyodorkan sebuah bingkusan yang berisi makanan. "Nih dari mama. Terus sekalian bilang ke bapak lo untuk pengajian di rumah gue entar malem. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Priority
Teen FictionIza si cewek yang haus cinta tak disangka dapat menyukai cowok seperti Alifahrian Fardendra. Banyak yang bilang Alif itu cowok biasa aja, tidak jelas, bahkan jelek secara fisik dan attitude. Namun Iza tidak peduli dengan itu, seperti kena pelet. Tak...