Bagaimana jika teman sebangkumu sedang memiliki masalah dan telah melakukan hal buruk terhadap diri serta ke sekelilingnya? Apa yang akan kamu lakukan?
Mungkin akan seperti Renandhi. Ya, laki-laki itu masih menunggu di depan pintu rumah Iza. Benar-benar teguh untuk berdiri di depan rumah dan mendengar isak tangis Iza secara langsung dalam waktu yang lama. Renandhi berencana untuk tidak pergi, namun karena Iza yang tiba-tiba keluar sambil membawa sapu untuk disodor kepada dirinya, terpaksa ia mengalah.
Ketahuilah, hanya mengalah di depan Iza.
Ia berjalan cepat ke rumahnya, mengganti seragam menjadi kaos futsal yang biasa ia kenakan, dan pergi ke sekolah. Baru kali ini ia terlihat semangat untuk pergi latihan futsal, bahkan Maudy, kakaknya sampai menegurnya.
Begitu sampai, keadaan sekolah masih sepi, ia mencari seseorang.
Ya, Renandhi tahu sama seperti Yudhi, mengenai siapa yang Iza suka. Bahkan ia lebih dulu tahu, bermula dari nomor yang tertera pada lembar pertama buku catatan Iza yang ia pinjam. Sepulang dari rumah Iza, Renandhi melacak nomor yang sudah difotonya tersebut pada What'sApp, dan menemukan wajah Alif pada foto profil pengguna.
Untuk membuktikan, diam-diam Renandhi juga sering mendapati Iza sedang menatap jendela menunggu Alif lewat setiap istirahat.
Tapi Renandhi selalu bungkam selama ini.
Renandhi sekarang mencari Alif. Ia duduk di bangku samping lapangan sambil mendengarkan apa yang ia rekam tadi. Rekaman ketika Iza mengamuk dan menggumamkan kata-kata yang isinya penjelasan tentang semua masalah yang terjadi. Rekaman tersebut berakhir ketika Iza membanting ponselnya.
"Alif!" teriak Renandhi begitu melihat laki-laki yang dicarinya. "Gue mau ngomong sama lo, Gea juga."
Alif mengenyitkan keningnya. "Hm? Gea? Dia nggak ada di sini."
"Kalau gitu gue ngomong sama lo aja," ujar Renandhi sembari mengeluarkan ponselnya beserta headset, "gue mau lo denger ini baik-baik."
"Maap, lo siapa ya?" tanya Alif dengan nada mencibir. "Gue nggak kenal lo siapa."
Renandhi menyalami tangan Alif. "Gua Renandhi, teman sebangku Iza."
Alif terkekeh melihat tatapan orang dihadapannya. "Jadi, lo mau jelasin semuanya gitu? Ya ampun ... udahlah nggak usah dibahas." Ia berjalan melewati Renandhi sambil memegang stiknya ke sekumpulan anak yang siap latihan hockey.
"Mungkin bagi lo ini lucu, tapi bagi Iza enggak," kata Renandhi dengan nada yang dibuat sesantai mungkin. Seingatnya, Alif mudah emosi.
Alif menoleh, terkekeh, lalu lanjut berjalan lagi. "Gue nggak peduli."
* * * *
Setelah merapikan seluruh kamarnya beserta rumah, Iza akhirnya dapat bernapas lega. Kali ini ia merenungkan apa yang ia perbuat tadi sambil memegang ponselnya yang pecah. Untuk apa ia menangis dan memberantakkan semua isi kamarnya? Bukannya itu tidak akan memperbaiki masalah? Itu juga tidak akan membuat Alif mengetahui apa isi hatinya sekarang. Kelakuannya yang tadi malah membuat dirinya lelah hingga akhirnya tertawa. Ia merasa dirinya sangat bodoh tadi.
Iza pun keluar dari kamarnya dengan mata sembab. Sebelum ibunya pulang, ia ingin meminta maaf ke Renandhi yang sempat ia bentak dan ancam. Namun, begitu sampai di halaman rumah Renandhi, ia malah bertemu Gevand. Ya, tentu saja Gevando Alferozaki, si laki-laki yang katanya pacar Renandhi.
"Oh pelakor," sahut Gevand ketika Iza menginjakkan kaki tepat di teras rumah.
Iza mengernyit menatap Gevand. "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Priority
Roman pour AdolescentsIza si cewek yang haus cinta tak disangka dapat menyukai cowok seperti Alifahrian Fardendra. Banyak yang bilang Alif itu cowok biasa aja, tidak jelas, bahkan jelek secara fisik dan attitude. Namun Iza tidak peduli dengan itu, seperti kena pelet. Tak...