"LOH, IZA?" Motor Hidayat berhenti di samping gadis itu. Ia baru saja keluar dari daerah kantin dengan motornya. "Lo ngapain di sini?"
Iza mendongak dan berhenti menangis. Bantuan telah datang dan membuatnya berusaha untuk berdiri meskipun terjatuh lagi.
Alif yang duduk di belakang pun turun dari motor dan berusaha untuk membantu Iza berdiri. "Kenapa? Ada apa?" tanyanya panik.
"Ren-hik-andhi, tolong hik." Iza tidak bisa menjelaskan dan terisak. Refleks ia menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan.
"Heh, kenapa?" Alif mengcengkram bahu Iza.
"Renandhi hik dihajar, di toilet hik, nggak tau diapain, luka-luka, gue nggak bisa apa-apa, tolong," jelas Iza setengah mati berusaha mengendalikan isakan tangisnya. "Astaga ... hik."
Hidayat memutar balik motornya. "Ayo kita bantu!"
"Seriusan?!" protes Alif.
"Lo nggak denger penjelasannya apa?! Eh Iza ayo naik!" ajak Hidayat.
"Lah gue naik apa?" Alif protes lagi.
"Lo jalan kaki naik ke atas." Iza pun naik ke atas motor. "Atau kalau nggak mau, lo tunggu di sini." Hidayat pun langsung menggas motornya masuk ke dalam sekolah lagi melintasi daerah parkiran yang luas dan tanjakan demi tanjakan.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa SMA Panca Dharma terletak di puncak gunung. Pantas saja Iza sangat lelah untuk keluar dan masuk sekolah.
Motor Hidayat terparkir jauh dari toilet. Keduanya pun berjalan mengendap-endap ke samping toilet dan sempat mendengar perkacapan antara Gevand dan Renandhi yang saling membentak. Iza hendak berlari ke depan toilet namun ditarik oleh Hidayat dan mulutnya dibekap.
"Nggak bisa sekarang Za," bisiknya, "kita kalah jumlah."
BUK!
"Hadeh Ren, Ren, seneng banget gue hari ini bisa mukulin lo tanpa takut-takut. Sudah setahun gue mendem rasa ini dan akhirnya tercapai juga." Suara Gevand terdengar dari dalam.
Iza pun terjatuh duduk lagi dan menutup telinganya.
BUK!
BUK!
BUK!
Semoga Renandhi dapat bertahan.
Nekat, Iza akhirnya berdiri dan berlari ke depan pintu lagi. Ia menggedor lagi pintu itu sekuatnya. Terus menggedor dan tak berpikir risiko yang akan dia dapat.
Tiba-tiba Bara keluar menyerang Iza. Ia menarik kerah baju gadis itu dan mengangkatnya.
"PUKUL DIA BARA!" titah Gevand dari dalam.
Bara menatap kedua bola mata Iza yang lemah itu. "Maapin gue Za, lindungi kepala lo." Ia melempar Iza lagi kali ini lebih kuat hingga tersungkur di koridor, cukup jauh. Untung saja yang ia kenakan rok panjang.
"WOI!"
Tiba-tiba sebuah motor dengan dua penumpang datang. "JANGAN KASAR LO YA!"
Alif melompat dari motor dengan melempar sepatunya dan tepat mengenai kepala Bara. Namun, laki-laki gendut itu mengabaikannya dan menutup pintu toilet lagi. Akhirnya Yudhi menghampiri Iza, sedangkan Alif membantu Hidayat mendobrak pintu yang ditutup, merasa emosi dengan Bara.
Ketika pintu berhasil terbuka, kedua laki-laki itu dikejutkan dengan tubuh Gevand yang dilempar oleh Renandhi keluar bersama Bara yang terseret. Tentu saja, Alif dan Hidayat refleks menghindar.
Selanjutnya, Renandhi menghajar Fagil si kurus beserta temannya Dennis. Satu tinjuan kerasnya mengenai Dennis hingga terpental menghantam Fagil hingga keluar dari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Priority
Teen FictionIza si cewek yang haus cinta tak disangka dapat menyukai cowok seperti Alifahrian Fardendra. Banyak yang bilang Alif itu cowok biasa aja, tidak jelas, bahkan jelek secara fisik dan attitude. Namun Iza tidak peduli dengan itu, seperti kena pelet. Tak...