15 - Tatapan Tajam

1.1K 115 1
                                    

Renandhi menarik Iza masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Keduanya berjalan menuju ruang tengah di mana semua kakak sepupunya berkumpul. Sayangnya kali ini mereka semua membawa pacar, sedangkan Renandhi sedikit berbeda.

Semua orang yang berada di ruang keluarga itu mengalihkan pandangan ketika Iza dan Renandhi sampai. Bukan saudara Renandhi namanya, kalau mereka tidak menyahut dan berseru heboh.

"Wah akhirnya ada cewek nih," ujar David.

"Ciah, hoodie-nya couple-an lagi. Mantap dek Nan!" susul Kezia yang sudah menjadi istri David.

Renandhi hanya memasang wajah datarnya, membiarkan mereka semua berceloteh dan lelah. Ia akan mengenalkan Iza setelah ini.

"Gue pikir lo gay Nan," ujar Daniel enteng yang kemudian mendapatkan jitakan dari Sheila, pacarnya. "Eh iya, ampun Landak!"

"Ahaha Gevando pasti patah hati banget sekarang," timpal Ardhika yang berusaha mengatur napas untuk berhenti tertawa.

"Kalian ini, sudah deh!" Sheila akhirnya menengahi. "Nggak lihat muka ceweknya yang udah agak nggak enak sama kita apa? Hargai junior juga dong. Jangan seenaknya."

Bukannya diam, semuanya malah melongo dan menoleh ke Sheila, memberikan tatapan tidak percaya. Di detik selanjutnya mereka menepuk tangan.

Renandhi berdecak. "Jadi beginilah sodara gue Za. Rame, susah kalau jomlo gabung sama mereka."

Hening seketika, semua tawa terhenti.

"Emang lo jomlo Nan?" Raffar, sepupu Renandhi bertanya.

Renandhi mengabaikan sepupunya satu itu. Ia mulai memperkenalkan saudara-saudaranya dengan menunjuk David, sepupu tertuanya. "Ini kakak sepupu gua, anak kakak bapak gua. Davidrova Davio Mahendra." Lanjut, ia menunjuk Kezia. "Kalau ini istrinya, Kak Kezia. Ya, mereka pasangan muda. Jangan tanya kenapa, jelasinnya satu semester."

Iza mengangguk dan tersenyum saja.

Renandhi menunjuk Sheila. "Ini Kak Sheila, sebutannya keluarga jauh gue. Dia saudara tiri Kak Kezia." Kemudian ia menunjuk Daniel. "Kalau ini ... bukan keluarga."

"Yah, emang bukan keluarga. Tapi doain aja gue sama Sheila langgeng elah! Jadi sebut aja keluarga," celetuk Daniel yang tidak terima.

Iza terkekeh.

"Itu Daniel. Daniyal Alfarezi. Usahakan kalau mau debat jangan sama dia Za, alibinya banyak, entar lo capek sendiri." Renandhi kemudian menatap Ardhika dan pacarnya. "Itu Ardhika. Ardhika Davio Maherendra, sepupu gue, anak adeknya nyokap gue. Nah itu pacarnya, Nadine, nggak kenal sih gue."

Belum sempat ditunjuk, Raffar sudah berdiri dan hendak menyalami Iza. Renandhi lebih dulu menepisnya. "Jangan mau sama dia Za, playboy, pacarnya banyak. Salah satunya lagi ngambek di luar!"

Kemudian semuanya tertawa, kali ini Renandhi juga ikut tertawa. "Nggak kok Za, dia baru putus kemaren. Ahahah."

Iza mengerjapkan matanya, mencoba mengingat nama-nama mereka. "Dia namanya siapa?"

"Raffardhika Davio Maherendra," ujar Raffar, "kenapa neng? Naksir? To the point aja kalau sama gue sih. Suka bilang, auto jadian."

Renandhi melirik dua sepupunya lagi yang sibuk memainkan satu ponsel di ujung ruangan, ada Dario dan Farga. "Eh Za!" Ia menunjuk kedua adiknya. "Ini, masih ada lagi. Dariodhika Davio Mahendra, masih SD kelas enam. Terus ini Fargadhika Davio Maherendra, masih empat tahun, sukanya memang liatin Dario main." Renandhi mencolek kepala Dario. "Dek salimin dulu!"

Tanpa protes, kedua sepupunya yang termuda itu menyalimi Iza saja.

"Mereka yang paling penurut dari sekian banyak jin di ruangan ini." Langsung setelah kalimat itu, Renandhi mendapat teriakan protes dari seluruh saudaranya. Benar-benar ramai.

Perfect Priority Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang