31 - Aksi Kerasukan

1K 108 6
                                    

Renandhi berjalan masuk ke dalam toilet untuk membersihkan lengannya yang sempat dicengkram oleh Gevand hingga luka tadi.

Ia meletakkan telapak tangannya di bawah pancuran westafel dan perlahan mengusapkan ke lengannya yang berdarah. Walaupun lukanya kecil, sakitnya sangat terasa bagi Renandhi karena cengkraman Gevand tadi sangat dalam ke lengannya.


Tiba-tiba lampu toilet tersebut mati, membuat Renandhi refleks menatap cermin di depannya untuk mencari seseorang yang sepertinya akan bermasalah dengannya.

Keadaan menjadi tegang seketika, tapi Renandhi tetap bersikap biasa saja. Ia pun berbalik, berdecak, dan menghela napas sebelum berkata, "Udahlah guys, nggak usah dramatis kayak di film horror, gue tau itu kalian."

Lampu pun dinyalakan kembali, menghadirkan empat orang laki-laki yang berpencar di toilet tersebut. Dua bersembunyi di antara dua bilik toilet, dan sisanya berdiri di belakang pintu masuk dekat dengan saklar lampu. Itu Gevand dan teman-temannya, Fagil si ceking, Dennis, dan Bara si gendut.

Keempat laki-laki itu kini berdiri mengelilingi Renandhi.

"Kalau mau ngajak bicara, jangan di sini, di luar aja, kasihan bapak penjaga kebersihan sekolah ini udah bersihin sampe harumnya kecium dari ruang guru," ujar Renandhi sebelum melangkah keluar.

Namun Gevand menghalanginya melangkah. "Sebentar aja kok Ren," katanya ramah sementara Bara berdiri di depan pintu toilet.

"Ren, gue mau tanya," Gevand berjalan mendekat sedangkan Renandhi perlahan menghindarinya, "lo pilih gue apa Iza?"

Renandhi menggeram dan menutup matanya keras namun sekilas. "Gev, sehari aja nggak pakai drama lo bisa?"

"Gue serius."

"Gue lebih serius." Renandhi berjalan ke pintu. "Minggir!" titahnya ke Bara.

"Tinggal jawab aja kenapa sih?"

Renandhi menghela napas kasar. "Gue pilih cewek lah, jelas? Puas? Apalagi? Gue bukan gay. Lo juga bukan gay, gue tau itu dari lama. Eh Bara, minggir!"

"Oh." Tiba-tiba Gevand berlari untuk menutup pintu dengan cepat sebelum Renandhi mencapainya.

DAR!

"Di mana dia?" tanya Gevand serius.

"Siapa? Mantan gue yang mau lo rebut sampai lo pura-pura bilang lo gay dan suka sama gue, biar gue sama dia nggak pacaran? Rifda Nauradiyah? Haha, nggak nungkin gue kasih tau."

BUK!

Gevand meninju wajah Renandhi tiba-tiba. "JANGAN BEGO REN!"

DUK!

Renandhi membalas pukulan Gevand tepat ke perut. "BODOAMAT! Sekarang gue tau alasan kenapa lo masih bercanda kalau lo gay, walaupun gue udah tau. Itu untuk ngancurin reputasi gue di pandangan semua orang kan? Karena Rifda pernah nolak lo dan teriak ke satu kelas kalau lo itu pura-pura ngaku gay demi ngancurin hubungan gue aja."

Dennis dan Fagil tiba-tiba menyerang Renandhi secara serempak hingga tersungkur dan menahannya untuk memberikan Gevand kesempatan meninjunya. Sedangkan Bara berdiri di belakang pintu untuk menahan agar gadis yang panik di luar sana tidak berkutik.

BUK!

"Reputasi lo rusak di tahun terakhir SMP dan sekarang lo balas dendam. Ya, kan?" Renandhi terus berbicara.

BUK!

"Lo pura-pura baik sama gue dan bersikap biasa aja semenjak gue masuk SMA. Tapi di belakang gue, lo bilang ke satu kelas lo kalau gue pacar lo, sampai satu sekolah tau. Awalnya gue masih maklumi aja, tapi lo makin ngelunjak. Gue capek semenjak lo bener-bener ngaku pacaran sama gue ke keluarga besar gue. Dan ujungnya, lo cuma bilang itu bercand--"

Perfect Priority Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang