35 - Nasihat Daniel

1K 106 2
                                    

Keesokan hari dari aksi kerasukan Gevand, korban dan semua pelaku sama-sama tidak masuk. Memang kejadian berlaku saat sepulang sekolah, alias saat jam pembelajaran telah selesai.

Namun aksi itu membuat beberapa fasilitas sekolah rusak, yakni cermin di dalam toilet laki-laki pecah, salah satu bilik ada yang rusak, dan bilik lainnya penyok. Selain itu, aksi mereka juga terekam kamera CCTV sekolah yang tepat berada di depan toilet laki-laki.

Tentu saja hal itu membuat Iza, Yudhi, Hidayat, dan Alif dipanggil ke ruang Bimbingan Konseling untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun menjelaskannya sejujur mungkin bahwa Gevand yang memulai duluan. Mereka terlibat karena untuk membantu Renandhi keluar dari aksi pengeroyokan yang dilakukan Gevand dan teman-temannya. Sisanya, Renandhi bereskan sendiri.

Alif juga sempat memberikan foto Renandhi sehabis dikeroyok dan foto toilet sebelum dibersihkan. Ia juga memberikan rekaman yang dikirim Renandhi tadi malam untuk didengarkan oleh guru Bimbingan Konseling.

Setelah keluar, berita ini pun menyebar ke satu sekolah dan semua siswa sangat menantikan kehadiran Renandhi besok.

* * * *

Renandhi lebih banyak diam begitu bertemu dengan teman-teman kelasnya hari itu karena lebam pada wajahnya semakin sakit dan tidak memungkinkan bagi dirinya untuk bicara panjang-lebar seperti hari sebelumnya. Tapi sikap Renandhi berbeda ketika dipertemukan dengan Gevand di ruang kepala sekolah bersama kedua orang tua mereka.

Tentu saja perdebatan terjadi sangat sengit di antara kedua keluarga yang dulu pernah dekat ini sampai-sampai akhirnya Renandhi berbicara mengenai kronologi yang sebenarnya. Namun Gevand terus saja mengelak dan mengatakan bahwa ialah korban di sini, terbukti dari rekaman CCTV yang memperlihatkan dirinya dan kawan-kawan dihajar oleh Renandhi.

Padahal nyatanya, Gevand duluan yang memulai. Ia beruntung karena CCTV tidak terdapat di toilet dan mungkin memang itu tujuannya menghajar Renandhi di sana agar dapat memutarbalikkan fakta. Renandhi pun tidak ingin kalah dan membuka masker yang ia kenakan untuk menutup wajah beserta topinya. Ia juga tak segan-segan menunjukkan foto dirinya, toilet setelah itu, dan rekaman pada ponselnya yang layarnya sudah sangat pecah nyaris tidak bisa digunakan lagi.

Aksi saling membentak pun terjadi hingga kepala sekolah mengeluarkan keputusan untuk memindahkan sekolah Gevand dan teman-temannya ke SMA Panca Dharma 2. Sekolah khusus untuk anak brutal yang perlu dilatih tingkah lakunya, mengingat orang tua laki-laki itu adalah bagian dari komite sekolah. Begitu kenaikan kelas, kepala sekolah berjanji pada Renandhi bahwa ia tidak akan melihat Gevand di sini lagi.

Protes demi protes pun terlontar dari mulut kedua orang tua Gevand yang tidak terima, membuat kepala sekolah menjelaskan bahwa ini sudah keputusan terbaik menurutnya yang telah ia keluarkan. Selanjutnya, ia pun menyuruh kedua keluarga untuk saling memaafkan.

Namun yang terjadi malah aksi saling membentak yang memekakkan telinga.

"Kalau begitu saya skors semua anak bapak ibu semua selama tiga hari, dimulai besok untuk menenangkan dan merenungkan apa yang terjadi! Kasus ini selesai, terima kasih." Kemudian kepala sekolah pun masuk lagi ke dalam ruang kerjanya di ruangan tersebut, meninggalkan guru Bimbingan Konseling yang kebingungan.

* * * *

Renandhi berjalan keluar dari gerbang utama tanpa ditemani oleh siapapun, bahkan Iza sudah lebih dulu pulang bersama Septia meninggalkannya. Tak apalah, ia masih punya kaki yang sehat untuk dipakai berjalan kaki menuju kompleks perumahan yang tak jauh dari sekolah.

TIN TIN!

Sebuah klakson mobil membuat Renandhi menoleh dan terkejut. Benarkah Daniel menjemputnya? Kemungkinan aneh macam apa ini? Tanpa berpikir panjang Renandhi pun masuk dan duduk di kursi depan, tepat di samping kursi kemudi.

Perfect Priority Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang