| DUSK |~ CHP.23

3.8K 543 134
                                    

~Happy Reading~

-
-
-

"Jimin, Hyung pulang!"

Yoongi melepas sepatunya sembari berteriak memanggil sang adik sepupu. Matanya terpejam saat merasakan aroma harum dari arah dapur Mansion megah yang dia tinggali saat ini. Telapak Kaki yang dibaluti kaus kaki berwarna putih tulang mulai berjalan menapaki lantai dingin Mansion, menuju ke arah sumber aroma yang tercium harum di hidungnya. Senyum tipisnya terukir, ketika melihat Imonya tengah menyibukkan diri di meja makan, menata rapi hidangan yang sukses membuat perut terasa kosong seketika.

"Woa, Imo? Ada acara apa hari ini?"

Wanita paruh baya itu hanya bisa terkekeh kecil. Dia menatap Yoongi ramah, kemudian mengambil satu buah strawberry segar yang kemudian dia masukan tepat pada mulut keponakan tampannya yang telah terbuka untuk menerima suapan.

"Tidak ada acara apapun, hanya saja hari ini kebetulan sekali Imo bisa menghabiskan waktu di Manison bersama kalian, jadi Imo buat semua ini."

Yoongi mengangguk paham, dia melepas Coat hangat yang dikenakannya kemudian meletakan rapi di sofa sembari berucap, "Jimin mana? Aku tidak melihatnya."

"Ah anak itu ada di belakang. Entah sedang apa, tapi sepertinya dia memikirkan banyak hal. Tadi Imo ingin menganggunya tapi urung saat melihat dia tampak begitu kacau. Datangi dia Yoon, mungkin dia mau bercerita denganmu. Jujur, Imo mulai khawatir."

Yoongi hanya mengangguk patuh. Tanpa menunggu perintah ulang, dia bergegas melangkahkan kakinya ke arah halaman belakang Mansion. Dari jarak 8 langkah, lewat kaca pembatas transparan dia sudah dapat melihat Jimin yang duduk bersandar sembari menatap kolam di hadapannya dengan pandangan sendu. Entahlah apa yang terjadi pada anak itu, yang jelas Yoongi benar-benar ingin menemuinya segera.

"Jimin,"

Dapat dia lihat, Jimin sedikit tersentak kaget. Yoongi tersenyum tipis kemudian mendudukan dirinya tepat di samping adiknya. Dia menatap intens ke arah Jimin. Bibir sang adik masih terkatup rapat, juga pandangan matanya yang sejenak terarah kepadanya kini kembali menatap lurus ke depan seolah mengacuhkan kehadiran dirinya.

"Hei, masih belum mau bercerita? Jimin, tak apa. Ceritakan, bagi padaku agar beban dipundakmu bisa sedikit berkurang."

Terlihat Jimin sejenak memejamkan matanya sembari menarik napas dalam. Yoongi hanya bisa menatapnya prihatin. Dia tak tau apapun disini, jadi tidak banyak yang bisa dia lakukan.

"Boleh aku bertanya?"

"Silahkan,"

"Aku melihatnya dalam Film kemarin, ada dua orang anak yang berteman begitu erat. Yah, semacam persahabatan mungkin?"

"Hum, lalu?"

"Lalu suatu saat salah satu diantara mereka mengacaukan segalanya, dan menjadikan temannya tersangka dalam masalah yang dia perbuat."

Jimin meremat erat selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Selimut hangat yang sang ibu berikan padanya beberapa waktu lalu, sebelum Yoongi datang menghampirinya.

"Anak itu sangat kecewa, dia benar-benar merasa tersakiti. Temannya benar-benar pengecut karna sudah menempatkannya pada situasi yang tak seharusnya dia terima."

Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang