Epilog

3.6K 307 21
                                    

-
-
-

Dulu, senja adalah pertunjukan alam yang sangat indah bagi Yoongi. Yah, setidaknya itu dulu sebelum senja merengut separuh dari jiwa yang ia miliki, membawa rasa sakit bertubi yang tak dapat kunjung mereda.

Dan senja hari ini, ia ingin meluapkan segala yang terpendam. Ditemani suara gemercik air hujan yang terdengar begitu tenang membuat Yoongi terpejam menikmati alurnya. Membiarkan rasa sakit dan air mata mengalir dibawah tetesan air yang membawa kepedihan.

"Kau tahu? rasanya sakit sekali," lirih pria itu dengan nada menyayat.

Yoongi mendongak. Ia memandangi senja di tepi pantai ini. Dengan jelas dirinya melihat bagaimana senja membawa matahari tengelam di ujung lautan. Fenomena indah, namun menusuk relung hati saat mengingat matahari yang ia miliki sudah pergi di ujung senja dan tak akan pernah bisa kembali lagi.

"Aku bodoh, karena sudah menyamakanmu dengan Matahari," sesalnya menunduk mengepalkan jemari dibawah sana.

"Dan sekarang senja benar-benar membawamu pergi," kepalan tangan Yoongi mengerat di susul tangisan lirih yang mulai terdengar.

Dengan seluruh tenaga yang ia punya, pemuda tampan itu memekik keras. Keras sekali sampai rasanya sesisi pantai ini dipenuhi oleh suara pengaduan rasa sakit yang coba ia luapkan.

"AKU BENCI SENJA!" berulang kali Yoongi mengatakan kalimat ini dengan kencang, seolah tak perduli lagi apabila suaranya akan habis kemudian.

Juga, masa bodoh jikapun ada orang yang menganggap dirinya gila, toh siapa yang akan pergi ke pantai saat hujan deras? tidak ada orang yang lebih bodoh darinya saat ini. Ya, hanya Yoongi. Ia di sini sendirian meratapi bagaimana takdir yang sudah mempermainkan dirinya.

"K-kenapa hiks ... kenapa kau membawa Victoryku pergi?" bertanya pada alam, bahkan tak ada yang sudi untuk sekadar menjawab lirihan pilunya.

Yoongi menangis, dengan lutut yang kian melemas. Hingga tepat saat hujan perlahan mereda menyisakan rintikan kecil yang amat menusuk, pun matahari sudah mulai kehilangan wujudnya. Yoongi merosot jatuh, meluruh bersama jutaan pasir-pasir putih di bawah kakinya. Ia hancur lebur, menjadi berkeping-keping. Hatinya sakit, juga seluruh tubuhnya seakan sudah amat lelah.

Tepat saat mata sayu itu akan terpejam. Ia merasa ada kehangatan datang menyelingkupi. Tetesan air hujan sudah tak lagi membasahi tubuh. Kala mendongak, ia dapat menangkap atensi seorang pemuda yang sangat tidak asing untuk dirinya. Dengan payung hitam, pemuda tersebut melindugi tubuh rapuh Yoongi dari guyuran air hujan.

"Hyung, kau bisa sakit," lirihan samar yang terdengar sedikit bergetar dari yang lebih muda membuat Yoongi mengigit bibir bawah kencang.

"J-jungkook hiks," namun mencoba kuat sekalipun tak akan bisa ia lakukan.

"Jangan benci senja, dia sama sekali tidak bersalah," ucap pemuda berparas tampan itu dengan nada halus.

"... kau bilang Hyungku matahari, bukankah kalau begitu, jika kau benci senja itu artinya kau juga membenci mataharimu?"

Ucapan terakhir Jungkook mampu membuat Yoongi tertampar oleh kenyataan. Ia menunduk untuk kesekian kalinya. Meremat pasir putih di bawah sana, dan membiarkan jiwanya kembali luruh bersamaan dengan air mata yang tak kunjung mengering.

Ya, Jungkook benar. Jika ia membenci senja, itu artinya ia juga membenci mataharinya.


-
-
-

-DUSK-

-DUSK-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang