💜Happy Reading💜
-
Tidak ada yang lebih menyesakkan daripada kehilangan orang yang amat kau cintai. Hal itu kini benar-benar dialami oleh Jungkook. Jiwanya serasa hancur tepat setelah mendengar bahwa transplantasi gagal, dan kakaknya memilih menyerah akan hidup.
Kini, tak ada lagi rengkuhan hangat Taehyung yang selalu membuatnya tenang. Tidak ada lagi suara cerewet sang kakak yang senang sekali mengomelinya tentang berbagai macam hal. Tak ada lagi usapan penghantar tidur saat bersama dengan kakaknya. Taehyung sudah pergi sekarang, sang kakak sudah bahagia, lantas kenapa sulit sekali untuk Jungkook melepaskan? kenapa sulit untuk sekadar memahami jika ini memang pilihan terbaik yang Taehyung ambil? sesak sekali, sakit sekali, hal itu cukup untuk menggambarkan seberapa hancurnya seorang Kim Jungkook saat ini.
Cklek
Saat pintu kamar terbuka, seorang pria paruh baya terlihat berjalan mendekati. Raut wajahnya sendu tepat setelah melihat keadaan bungsunya yang jauh dari kata baik.
"Jungkook, besok kita akan kembali," ucapnya singkat.
Louise beranjak duduk di samping sang anak dan mengusap punggung tangan Jungkook yang merengkuh erat sebuah pigura foto milik kakaknya.
"Rindu ya? Papa juga," tutur Louise dengan amat lirih.
Matanya menerawang jauh, menghasilkan sebuah senyuman sendu yang terlukis di bibir ranum pria paruh baya tersebut. "Rasanya baru kemarin melihat kalian tumbuh besar bersama,"
"Hiks," isakan pilu mulai terdengar. Louise bersumpah ia tak pernah melihat Jungkook ada dalam titik terendahnya seperti saat ini.
Maka setelah itu, lengan hangat sang ayah bergerak merengkuh erat tubuh putra bungsunya. "Tak apa Jungkook. Tak apa, Nak."
Usapan hangat itu membuat Jungkook merasa semakin teriris. Bayangan tentang kakaknya masih memenuhi pikiran, di tambah kini rengkuhan sang ayah yang mirip sekali seperti pelukan hangat Taehyung menyentuh tubuh gemetarnya. Jungkook tidak bisa tanpa Taehyung, itu yang terus berputar di dalam benaknya sejak beberapa waktu yang lalu.
"Pa, aku hiks aku tidak bisa. Aku ingin bersama Hyung hiks," lirih Jungkook putus asa.
Louise menggeleng ribut. Yah, ini pasti akan terjadi, Jungkook yang putus asa setelah kehilangan sebagian dari jiwanya adalah hal yang paling ia waspadai semenjak kepergian putra sulungnya. Mau bagaimana juga, pikiran Jungkook masih belum terlalu matang, jika lepas dari pengawasan sedikit saja, Louise yakin banyak hal buruk yang mungkin akan terjadi.
"Jangan seperti ini Jungkook, Papa tau rasanya sakit sekali karna Papa juga merasakannya, terlebih Mamamu. Kau satu-satunya yang kami punya sekarang, apa kau tega melakukan ini pada kami hum?" tutur Louise dengan nada amat memelas.
Tapi memang benar itu kenyataannya. Hanya Jungkook yang mereka miliki sekarang. Tanpa Jungkook, mungkin Louise tidak akan pernah menjadi seorang ayah lagi. Kini, hanya Jungkook penguat dirinya dan Jiwon, hanya anak ini yang mampu membuat mereka dapat berdiri tegak setelah badai besar menghantam tanpa ampun.
Kehilangan Taehyung bukan hal yang mudah, tapi mereka sadar, masih ada Jungkook yang harus mendapat bimbingan, kasih sayang, dan kehidupan bahagia sekarang. Itu yang selalu tertanam dalam benak Louise maupun Jiwon, sebagai tongak penguat apabila semacam hal bodoh terlintas dalam pikiran mereka.
Cklek
Saat kembali terdengar suara pintu yang terbuka, Louise lantas menoleh. Senyuman tipis pria itu terbentuk kala melihat istrinya yang berjalan mendekati mereka dengan mata sembab dan pandangan sendu yang masih amat ketara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk [END]
Fanfiction'Aku benci senja' ___________ •Beautiful Cover by @RiMa_La •Lien✒