| DUSK |~ CHP 30

3.3K 480 119
                                    

~Happy Reading~

-
-
-


Taehyung termenung menatap sebuah pigura kecil berisi potret dirinya dengan sang sahabat. Yah, tidak lain, itu adalah Jimin. Senyuman terlukis tipis menghiasi wajah tampan anak ini. Pikirannya menerawang jauh, kala semua masih tampak baik-baik saja. Kala belum ada dinding besar yang hadir di antara keduanya. Jika saja waktu itu, dirinya tidak melarikan diri. Jika saja waktu itu dirinya tidak membiarkan Jimin menanggung semua sendiri. Pasti hubungan mereka masih baik-baik saja. Tapi dulu, ia memilih jalan yang salah. Kim Taehyung sang pengecut ini justru melepaskan genggaman tangan Jimin yang coba menolongnya demi ketenangan sesaat. Hingga pada akhirnya, penyesalan itu datang, dan menyiksanya sampai sekarang.

Tapi kini, ia rasa sudah terlalu lama. Sudah terlalu lama rasa pengecut itu hadir dalam dirinya. Kedatangan Jimin hari ini, membuat Taehyung sadar bahwa masih ada kesempatan. Kesempatan untuknya memperbaiki segala apa yang telah ia lakukan. Menyembuhkan luka menganga yang ia torehkan pada hati sang sahabat. Ya, dia sadar jika Jimin secara tidak langsung memberikan kesempatan itu.

Maka, dengan hati yang telah menguat, Taehyung melangkah pasti menuju meja yang terletak di sudut kamar. Mengobrak-abrik tumpukan buku yang sebelumnya tertata rapi di sana, untuk mencari sesuatu. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah buku. Buku kecil yang terrulis nomor teman-teman sekelasnya dulu. Memindai dengan teliti, senyuman tipis terukir kala mendapati nomor seseorang.

Min Hyuna, gadis manis yang dulu satu kelas dengan dirinya sebelum perempuan itu memutuskan pindah jauh dari seoul, mengikuti perjalanan bisnis ayahnya. Orang yang mungkin bisa memberinya informasi tentang Hyera. Karna dulu, anak itu pernah menjalin persahabatan dengan Hyera, dan ini satu-satunya jalan untuk ia dapat memperbaiki semua.

Perlahan, jemari indahnya meraih ponsel yang tersimpan rapi di dalam saku. Mengetikan kontak nama seseorang, berniat menghubungi. Saat panggilan tersambung, ia menghela napas lega, lantas mendekatkan si kotak hitam pada telinga sembari menunggu orang di sebrang sana menjawab panggilan darinya.

"Hyung?"

"Um? ada apa?"

Taehyung mengukir senyum tipis pada bibir manisnya kala suara khas Yoongi menyapa indra pendengaran.

"Bisakah berikan ponsel Hyung pada Jimin? ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengannya," ucapnya sembari menarik kursi untuk duduk.

"Kenapa tidak menelpon langsung?"

Sejenak terdiam. Taehyung sedikit heran. Yoongi sudah tau kerenggangan hubungan pertemanan antara dirinya dengan Jimin. Tetapi kenapa pemuda pucat itu masih saja menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu ia jawab?

"um, kau tau kan Hyung, hubungan kami tidak begitu baik. Dan tolong, jangan katakan dari Taehyung, dia tidak akan mau menerimanya."

"Hum, baiklah, tunggu sebentar."

Setelah itu terdengar suara derap langkah kaki disusul ketukan pintu. Taehyung mengasumsikan jika Yoongi pasti menghampiri Jimin ke kamar anak itu. Lantas, kala terdengar decitan, yang tak lain adalah pintu yang terbuka, disertai suara Jimin yang menanyakan maksud kedatangan Yoongi membuat Taehyung menyiapkan dirinya untuk memulai perbincangan dengan sang sahabat yang amat ia rindukan.

"Halo?"

Mendadak ia menjadi gugup. Suara itu, suara yang sudah jarang sekali ia dengar. Alunan merdu nada lembut Jimin saat bertutur membuat hatinya menghangat untuk sepersekian detik. Lantas, tak ingin menunda terlalu lama, Taehyung menarik napas panjang sebelum mengeluarkan suaranya.

Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang