💜Happy Reading💜
-
Sudah cukup lama rasanya Yoongi mengubur diri dari keramaian dunia luar. Sudah cukup lama pula rasanya pria berkulit pucat itu tidak menemui Jimin semenjak hari dimana ia mengatakan segalanya tentang kematian sang sahabat, juga pesan terakhir yang mampu membuat anak itu merasa amat terpukul hingga harus kembali di rawat untuk waktu yang tidak bisa di bilang singkat.
Dan kini, Yoongi bisa tersenyum bahagia saat tahu jika Jimin melanjutkan studi di Belgia, tempat di mana sang sahabat di makamkan. Berani bertaruh, pasti anak itu hampir setiap hari berkunjung ke tempat peristirahatan Taehyung untuk mengadu tentang kehidupan.
Yoongi cukup iri membayangkannya. Bahkan, sampai sekarang hatinya masih belum cukup siap untuk beratapan langsung dengan makan Victor kendati ia sudah mengatakan dengan mantap jika seorang Park Yoongi sudah benar-benar merelakan teman kecilnya tersebut.
Terkekeh meratapi, ini adalah hari di mana ia akan kembali membuka mata tentang dunia luar. Hari di mana pria tersebut akan kembali menyentuh piano di depan khalayak ramai. Di usianya yang sudah menyentuh duapuluh tujuh ini, Yoongi tak ingin terus berdiam diri.
Ada satu konser musikal yang akan dia lakukan. Bersama dengan seorang Violis terkenal yang namanya meledak dua tahun belakangan ini. Suatu kehormatan bisa bersanding dengan dirinya. Orang yang mungkin tidak pernah bisa akur dengan Yoongi dahulu.
"Hyung, jangan terlalu tegang," ucap pria tampan itu sembari menjulurkan satu cup kopi ke arah yang lebih tua.
Yoongi menggeleng sebagai tanggapan. "Tidak, aku tidak tegang. Hanya melamunkan masa lalu, bagaimana bisa seorang Kim Jungkook menjadi Violis terkenal saat kupikir di masa depan nanti kau akan menjadi atlet basket ternama."
Ya, tidak lain lagi, orang yang sedang berdiri di hadapan Yoongi saat ini adalah Kim Jungkook. Dia hanya terkekeh mendengar kalimat yang terucap dari belah bibir Yoongi. "Hei, aku masih ikut klub asal kau tahu."
Dan kini Yoongi yang terkekeh kecil lantas tersenyum manis. Jungkook itu anak yang hebat. Satu tahun setelah kematian kakaknya, ia mengambil kursus bermain violin dan menghabiskan hampir seluruh waktu untuk mempelajari alat musik tersebut. Yoongi tahu sendiri, karena entah bagaimana semenjak kejadian di pantai kala itu, ia dan Jungkook menjadi sangat dekat.
Bahkan sesekali anak itu datang berkunjung ke apartemen Yoongi untuk sekadar bernostalgia tentang masa lalu dan berlatih violin di hadapan yang lebih tua, kendati pada saat itu Yoongi sama sekali belum berani menyentuh piano kembali.
Dan sekarang, Jungkook bisa membuktikan kesungguhannya. Ia meninggalkan semua hal tentang atletik yang dulu sangat ia gemari dan memutuskan berkarya di dunia yang selalu membuat sang kakak merasa kembali hidup. Violin putih milik Taehyung sampai saat ini masih ia gunakan. Memang, sudah terlihat tidak begitu bagus lagi, tapi kini violin tersebut menjadi identitas dari seorang Kim Jungkook karena hanya dengan memainkannya, ia merasa Taehyung hadir dan menuntun setiap langkah yang harus ia ambil.
Hingga hari ini, anak itu untuk pertama kalinya memohon agar Yoongi bermain piano di konser musikalnya untuk mengenang apa yang telah mereka perjuangkan dahulu. Jungkook akan membuat Yoongi merasakan kehadiran Taehyung bersama mereka, dan ia berjanji akan mengembalikan cahaya hidup Yoongi yang sudah meredup setelah kakaknya pergi.
"Hyung, kau harus bisa memainkannya sampai akhir!" tutut Jungkook memasang raut wajah serius.
"Apa ada jaminan? kita sama sekali belum berlatih, bahkan aku tidak tahu lagu apa yang akan kau mainkan," sahut Yoongi sedikit kesal, karena sungguh anak itu belum memberitahu lagu yang harus ia bawakan, tidak ada jaminan untuk dapat mempertahankan permainannya sampai akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk [END]
Fanfiction'Aku benci senja' ___________ •Beautiful Cover by @RiMa_La •Lien✒