| DUSK |~ CHP 34

2.7K 430 71
                                    

Happy Reading

-
-
-

Jiwon terdiam memandangi Taehyung yang sedari tadi terkekeh kecil mendengar lelucon yang dilontarkan oleh si bungsu. Tidak ada yang aneh dari anak itu. Seolah lupa, bahkan Taehyung sama sekali tidak membahas tentang nama seseorang yang ia sebut sebelum menuntup mata. Jiwon yang awalnya ingin bertanya apakah sang putra benar-benar masih mengingat masa lalunya tentang Yoongi kini menjadi bingung, bagaimana untuk memulai, karna Taehyung sendiri seolah tak ingat apapun.

Mengambil napas dalam, Jiwon menoleh. Sejenak bertatapan dengan Louise yang duduk di sebrang sana. Sang suami hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Yah, beberapa waktu yang lalu mereka sudah saling bersepakat, baik dirinya maupun Louise tidak akan lagi menyembunyikan segala hal tentang masa lalu putra sulung mereka ini. Sudah cukup ia menyadari kesalahan fatal yang ia lakukan dulu, sekarang wanita cantik itu merasa harus menebus semua yang telah ia lakukan.

Dengan langkah pasti, Jiwon berjalan mendekati Taehyung dan Jungkook yang masih tampak asik bercengkrama bersama. Mengusap surai lembut milik si bungsu, wanita itu lantas berucap, "Sayang, bisa eomma bicara pada kakakmu sebentar?"

Tentu saja, tanpa berpikir panjang Jungkook mengangguk mantap. Ia menoleh ke arah sang ayah yang memintanya mendekat, lalu si tampan berjalan mendekati Louise guna memberikan ruang untuk Taehyung dan Jiwon berbicara.

Setelah itu ruangan menghening. Jiwon masih bungkam, dengan jemari yang bergerak mengusap lembut punggung tangan si sulung. Melihat itu, Taehyung mengernyitkan dahi bingung. Beberapa waktu yang lalu Jiwon bilang ingin berbicara dengannya, tapi kenapa sekarang malah diam begini? ia tidak tau apa yang terjadi pada sang ibu saat ini.

"Ma, kenapa?" tanya anak itu spontan membuat Jiwon sedikit tersentak. Sebenarnya saat ini ia hanya bingung bagaimana harus memulai.

"I-itu, kau sempat mengatakan sesuatu sebelum pingsan, ingat?" tanya sang ibu dengan nada gugup.

Di hadapannya, Taehyung mengerinyitkan dahi bingung. Mencoba memutar ingatan tentang apa yang terjadi sebelum ia ada di sini. Namun nihil, pemuda tampan itu benar-benar tidak mengingatnya. Ia tak merasa mengatakan apapun. "Aku tidak ingat."

Kalimat singkat yang terucap, berhasil membuat Jiwon semakin bimbang antara ia harus bertanya lebih jauh tentang Sugar Hyung anak itu, atau menunggu sedikit lebih lama lagi. Namun, kala pandangan mata si cantik kembali bertemu dengan manik mata sang suami, secara tidak langsung Louise seolah mengatakan jangan menunda apapun.

Maka, dengan awalan tarikan napas, Jiwon akhirnya kembali membuka suara,"Sayang, jika Mama mengatakan Sugar, apa kau ingat sesuatu?"

Sejenak hening. Taehyung terdiam membisu. Ada suatu pukulan yang terasa menghimpit dadanya kala nama itu di sebut. Ia serasa ditarik dengan sangat kencang pada masa lalu. Dimana terdapat beribu bayangan tentang dirinya dan seorang anak yang lebih dewasa tengah bersenang-senang bersama.

Menatap ragu, Taehyung berucap lirih, "dia ... seorang teman?"

Jiwon menggeleng. Mengusap lembut surai halus sang anak dengan pandangan yang menatap dalam ke arah manik mata Taehyung, lantas bertutur lembut, "dia lebih dari temanmu, Sayang,"

Ada rasa aneh yang melingkupi hatinya kala mendengar ucapan sang ibu. Ingatannya hanya sebatas samar. Ia benar-benar tidak tau seberharga apa orang yang Jiwon sebut baginya dulu. Seolah buntu, ingin mengatakan sesuatu hanya saja ia merasa amat ragu.

"Ma, a-aku ...,"

Cklek

"Louise!"

Suara pintu terbuka disusul pekikan keras seseorang membuat seluruh atensi seketika terpusat pada Steve yang berlari ke arah sang kakak dengan raut wajah bahagia.

Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang