|DUSK |~ CHP. 35

2.7K 427 122
                                    

💜Happy Reading💜

-
-
-

Pagi ini untuk kedua kalinya Taehyung dikejutkan oleh kabar dari Steve jika mereka akan berangkat ke Berlin besok pagi. Tentunya setelah mendapat persetujuan dari dokter cantik yang sudah bertahun-tahun menangani anak itu, tanpa membuang waktu lebih lama, Steve mengajukan rencana keberangkatan mereka ke Berlin. Taehyung, dirinya dan Louise, sedangkan Jiwon beserta Jungkook akan menyusul satu hari setelahnya, dikarenakan ada hal yang harus mereka urus.

"Uncle, apa tidak terlalu terburu-buru?" ucap Taehyung sembari memandang sedih ke arah adik dari ayahnya ini.

Steve menggeleng yakin, "Tidak. Lebih cepat lebih baik kan? sebelum mereka berubah pikiran."

Layaknya ultimatum, Taehyung tidak dapat membantah. Ia menyandarkan punggungnya pasrah. Pikiran anak itu melayang kemana-mana. Jujur, ada banyak hal yang ia khawatirkan. Ingin rasanya menunda keberangkatan karna ada yang masih harus ia selesaikan. Tapi, melihat keseriusan dari raut wajah Steve, Louise maupun Jiwon membuat dirinya bungkam seolah tidak ada hak suara untuknya berbicara.

"Jadi hari ini hari terakhir di sini?" tuturnya lemah.

Steve hanya dapat menghela napas panjang. Ia berjalan mendekati Taehyung dan mengusak lembut surai madu sang keponakan. "Hei, jangan sedih begitu. Cepat sembuh dan kau bisa kembali ke sini dengan senyuman. Proses pemulihan kurasa tidak cukup lama."

Hiburan yang terdengar hambar di telinga. Taehyung merasa akan ada sesuatu yang terjadi, entah buruk atau baik, ia tidak dapat menjamin. Hanya saja, perasaannya sangat buruk. Ini bukan pertanda yang baik.

"Uncle, hari ini bisa beri aku waktu untuk menemui seseorang? sebentar saja, aku hanya ingin melihat mereka sebelum aku pergi."

Pertanyaan itu membuat Steve terdiam untuk beberapa saat. Ia mengalihkan tatapan ke lain tempat. Berpikir sejenak, Taehyung benar-benar harus mempersiapkan kondisinya untuk perjalanan jauh besok. Anak ini tidak boleh kelelahan, apalagi dengan kondisinya sekarang yang terbilang belum cukup stabil juga.

"Tapi Tae,"

"Uncle, tolong sebentar saja ... aku janji setelah itu akan melakukan apapun yang kau mau, tapi izinkan aku menemui mereka. Tenang saja, di rumah sakit ini kok, aku akan mengajak Jungkookie," potong Taehyung dengan tatapan memohon andalannya.

Jujur, Steve lemah sekali melihat tatapan anak kucing yang coba Taehyung perlihatkan sekarang. Ingin menolak, tapi tidak tega. Maka dengan nada pasrah ia berucap,"Hm, tapi tanya dokter cantikmu dulu. Jika diijinkan baru boleh beranjak, oke?"

Senyuman terbit dari bibir manis Taehyung. Ia mengangguk sembari mengacungkan ibu jari dengan semangat. Steve hanya bisa menggeleng heran melihatnya. Kemudian memilih berbalik dan berjalan pelan menuju sofa, menunggu Jungkook kembali dari kantin rumah sakit.

Sedang di sisi lain, senyuman gembira Taehyung dengan cepat berganti dengan senyuman sendu. Ia mengalihkan pandangan ke arah jendela kamar. Menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan. Apapun yang akan terjadi nanti, ia hanya bisa pasrah. Berpangku tangan kepada Tuhan, ia tak akan memohon apapun lagi, kecuali kebahagiaan orang-orang yang ia sayang.

 Berpangku tangan kepada Tuhan, ia tak akan memohon apapun lagi, kecuali kebahagiaan orang-orang yang ia sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang