| DUSK | ~ CHP.27

3.3K 501 122
                                    

~Happy Reading~

-
-
-

Hari ini masih sama. Tidak ada yang special dari kegiatannya. Semenjak ada konflik antara dirinya dengan Yoongi, Jimin merasa hari-harinya menjadi sangat suram. Saat biasanya dia menghabiskan waktu bersama Yoongi, kini terganti dengan waktu khusus menyendiri dikamar. Entah apa yang membuatnya seperti ini, namun walau sedikit tidak nyaman Jimin akui dirinya memang sedang butuh ketenangan.

Banyak hal yang harus dia renungi. Namun walau sudah merenung berhari-haripun tetap saja tak ada perubahan. Sedikit merutuk, bagaimana bisa hatinya sekeras ini? Sudah berulang kali dia mencoba mencairkan sesuatu di dalam sana, tapi tetap saja tidak membuahkan hasil apapun.

Menghela napas lelah, Jimin memilih meletakan buku yang sebelumnya ia baca. Sedikit memijit dahinya saat merasakan pening menghujam. Sepertinya pikiran pria tampan itu sudah menyimpan terlalu banyak masalah membuat kepalanya pening seperti mau pecah saja.

Tok tok tok

"Jimin, buka pintunya sebentar Nak!"

Pekikan sang ibu terdengar samar ditelinganya. Jimin mengubah posisi yang semula berbaring menjadi duduk, kemudian beranjak berjalan kearah pintu yang masih diketuk berulang-kali oleh ibunya.

Cklek

Satu hal yang dia lihat setelah membuka pintu kamar adalah ekspresi wajah gusar dari sang ibu. Yah, dia tau pasti wanita cantik di hadapannya saat ini mengkhawatirkan dirinya, maka dengan sedikit terpaksa Jimin mencoba menyunggingkan senyum tipis.

"Ada apa, Eomma?"

"Dari pagi kau terus berada di kamar, tidak ingin keluar eoh?"

"Eomma, aku..,"

"Ingin bercerita dengan eomma?"

Jimin terdiam. Dia memandangi wajah cantik ibunya dengan sendu, kemudian menggeleng sembari menghela napas dalam. "Maaf Eomma."

Yah, bisa dipastikan setelah itu dia dapat melihat wajah kecewa sang ibu. Sungguh, pemandangan yang sangat tidak ingin dia lihat. Jimin meraih jemari lembut wanita tercintanya ini, kemudian mengenggamnya erat sembari berucap, "Eomma, aku baik-baik saja."

Tidak ada respon lain yang dapat wanita itu berikan selain mengangguk pasrah. Memaksa Jimin bercerita tentu bukan ide yang baik. Maka, dia akan membiarkan anaknya menyendiri sampai semua benar-benar kembali menjadi lebih baik.

"Yah, lakukan apa yang kau mau. eomma tak akan memaksamu. Yang perlu kau tau, apapun itu masalah yang sedang kau hadapi, tolong. Jangan sampai salah mengambil langkah, Sayang. Eomma sangat menyayangimu, kau tau itu kan? Jadi jangan buat eomma khawatir."

Jimin mengangguk mantap. Dia tersenyum tulus, kemudian mencondongkan badan kedepan saat sang ibu berhambur memeluk erat tubuhnya. Rasanya sangat hangat. Jimin suka ini. Dia merasa hal-hal yang memberatkan pikirannya sejenak menghilang entah kemana.

"Terimakasih, Eomma."

"Apapun untukmu, Sayang."

Wanita itu melepas dekapannya pada sang anak kemudian mengusak surai hitam putranya dengan amat lembut, sembari tersenyum manis membuat Jimin memejamkan mata sejenak menikmati lembutnya usapan tangan sang ibu.

Dusk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang