~ Happy Reading ~
-
-
-Yoongi mengusap kasar wajahnya yang kini tampak begitu kacau. Ia tak henti-henti membuat dirinya sendiri tenang, walau pada akhirnya tetap saja gelisah. Keadaan Jimin tidak bisa dikatakan baik-baik saja sekarang. Cedera kepala berat. Ada penggumpalan darah di otaknya, dan *kraniotomi harus segera dilakukan. Itu yang dokter katakan beberapa waktu yang lalu. Tentu saja menimbulkan pukulan mendalam bagi dirinya maupun Hyeri yang sekarang tampak seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, pun pandangan matanya kosong, seperti tak ada nyawa di dalam sana.
"Ini semua, pasti karna anak itu kan?" ujar Hyeri dengan nada getir.
Yoongi menoleh pada sang bibi yang tengah bersandar pada dinding rumah sakit. Masih belum jelas apa yang sebenarnya terjadi, tapi wanita itu sudah salah paham terhadap Taehyung, walaupun Yoongi sendiri tidak dapat menjamin seratus persen apakah anak itu benar-benar salah atau tidak.
"Imo, kita belum tau apa yang terjadi. Jangan menyalahkannya," tuturnya lirih, tentu saja hal itu membuat Hyeri merespon tidak setuju. "Tapi dia sudah mengakuinya. Kau dengar sendiri kan saat dia mengatakan apa yang terjadi pada Jimin adalah salahnya?"
Pemuda berkulit pucat itu terdiam. Ia menatap Hyeri dengan pandangan heran. Biasanya, perempuan itu akan selalu berpikir terbuka saat menghadapi suatu masalah, tidak seperti sekarang. Rasa sayangnya terhadap Jimin rupanya sudah mempengaruhi logika wanita paruh baya tersebut.
"Imo, dia hanya sedang shock, itu waj..,"
"Sudahlah, diam! aku tidak ingin mendengar apapun!" potong sang bibi dengan nada emosi. Wanita itu akhirnya berjalan menjauh dari sana, meraih ponsel dan menghubungi seseorang. Entah siapa itu, Yoongi tidak perduli.
Dan sekarang, tinggalah ia sendiri di sini. Bersandar sembari menutup mata. Pikiran maupun batinnya sudah sangat lelah sekarang. Ia butuh istirahat sebentar. Tapi tetap saja, saat menutup mata sekalipun ia tidak bisa benar-benar berhenti memikirkan banyak hal. Menghela napas lelah, lantas ia bermonolog lirih, "apa yang sebenarnya terjadi eoh?"
Menerawang jauh, Yoongi berpikir. Memang sepertinya harus segera mencari kebenaran. Besok, ia akan bertanya pada Taehyung. Ia harap anak itu sudah lebih baik daripada yang ia temui hari ini. Menanyakan perihal apa yang terjadi pada adiknya serta suatu hal yang terjadi antara mereka berdua sebelum ini.
Jiwon mengusap lembut wajah pucat putra sulungnya yang tengah memejamkan mata erat. Sesekali bermonolog lirih, menanyakan suatu hal yang tidak akan bisa si sulung dengar saat ini. Pandangan mata sang wanita menggambarkan suatu kesedihan dan rasa penyesalan, entah apa itu. Tidak ada yang tau selain dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk [END]
Fanfiction'Aku benci senja' ___________ •Beautiful Cover by @RiMa_La •Lien✒