Empat

188K 20.5K 2.8K
                                    

P E M B U K A A N

Ucapan Damian yang begitu menohok membuat Juan seketika diam lalu menatap ke arah istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan Damian yang begitu menohok membuat Juan seketika diam lalu menatap ke arah istrinya. Istrinya terlihat tengah menghela napas dengan tatapan tidak lepas dari putra sulungnya.

"Damian, Daddy anterin ke sekolah gimana? Nanti pulangnya Daddy juga yang jemput. Nanti sepedanya---"

"Nggak perlu. Bisa naik angkutan umum," potong Damian yang sudah siap melenggang meninggalkan ruang makan bersama tas punggungnya.

"Kalau gitu Daddy tambahin uang sakunya," putus Juan seraya merogoh saku celananya dengan buru-buru sebelum Damian menjauh. Bahkan Juan sampai berjalan cepat menyusul Damian sambil membuka dompetnya. Pria itu tahu, putra sulungnya pasti enggan menerima tambahan uang saku darinya.

Langkah Damian terhenti. Cowok itu menatap sosok ayahnya yang menghadang langkahnya. Ayahnya pun mengulurkan tiga lembar uang lima puluh ribuan untuknya. Jika yang diberi uang adalah Daniel, tidak ada penolakan. Lain dengan Damian. Cowok itu memang menerima uang itu namun langsung dilipat dan dimasukan ke saku kemeja ayahnya.

"Aku nggak minta Dad."

"Iya Daddy tau, tapi kamu butuh itu. Kamu cuma bawa uang dua puluh ribu. Mana cukup buat bayar taksi. Belum lagi nanti pulangnya."

"Aku naik angkot, nggak semahal itu."

"Tapi---"

Prang.
Damian dan Juan langsung menatap ke arah sumber suara. Suara itu rupanya berasal dari bantingan sendok dan garpu oleh Daniel yang entah kenapa. Cowok itu kini tengah berjalan cepat menghampiri Damian.

"Lo bisa nggak sih hargain Daddy?!" bentak Daniel seraya mendorong dada Damian hingga tubuh Damian oleng nyaris terjatuh jika saja ia tidak segera menyeimbangkannya.

"Hidup lo yang terlalu monoton itu buat kita semua bingung buat ngertiin apa yang lo mau. Kita semua pengin deketin lo. Tapi lo selalu nganggep cara kita itu sebuah masalah. Hidup lo itu cuma tentang lukisan, belajar, ngurung di kamar, dan sibuk di sekolah. Nggak ada waktu buat lo sama kita-kita. Lo baru mau ngumpul kalau udah ada keributan. Datang layaknya pahlawan," murka Daniel dengan lantang.

Daniel dan Damian saling menatap penuh kebencian. Daniel sebenarnya tidak ingin seperti ini. Namun saat tadi melihat bagaimana ayahnya mencoba berbaik hati pada Damian namun tidak dihargai, membuat Daniel lepas kendali. Ditambah Daniel juga sudah cukup geram dengan Damian yang tertutup dan lebih suka menyendiri di kamar bersama kanvas dan alat lukisnya.

"Kalian nggak perlu masuk ke dunia gue dan gue juga nggak diperlukan di dunia kalian. Bukannya kalian udah nyaman berenam tanpa gue?" sinis Damian.

"Maksud lo apa?!" sarkas Daniel.

Juan bergegas menarik Daniel untuk menjauh dari Damian sebelum keadaan semakin runyam. Daniel tidak memberontak saat ia diseret ayahnya.

"Udah kamu jangan ribut sama Damian. Siap-siap berangkat ke sekolah biar nggak telat," titah Juan seraya meraih tas punggung milik Daniel dan memberikan tas itu ke pemiliknya.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang