Tiga Puluh Lima

135K 19.1K 3.6K
                                    

Selepas mengantarkan Arabella dengan selamat sampai ke rumah, Daniel langsung memacu mobilnya dengan kecepatan penuh untuk melampiaskan perasaan kecewanya. Mobilnya membelah jalanan sepi. Jalanan sepi menjadi pelampiasan terbaik bagi Daniel.

Sosok gadis tunawicara bernama Arabella sudah terukir terlalu dalam di hatinya. Hingga untuk menghapus apalagi sampai melupakan gadis itu, Daniel seakan menyakiti dirinya sendiri. Daniel menyerah. Ia tak mampu melupakan Arabella. Semakin ia berusaha melupakan, rasa cintanya semakin terasa.
Sampai detik ini pun Daniel masih belum bisa menerima kenyataan jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Kebersamaannya yang sudah dilewati ternyata tidak berarti apa-apa. Perhatian, kasih sayang, dan segala yang sudah ia curahkan kepada Arabella hanya dianggap sebagai teman.

Entah kemana Daniel memacu mobilnya. Ia hanya terus melaju tanpa arah mencari ketenangan hati lewat angin malam yang menjamah tubuhnya.
Merasa lelah dan perjalanan tak tentu arahnya, Daniel menghentikan laju kendaraannya di tepi jalan yang sepi dan minim pencahayaan.

Daniel keluar dari mobil dan berdiri di samping mobilnya. Tempat ia berpijak saat ini terasa asing. Sepertinya ia terlalu jauh meninggalkan daerahnya.

"Nggak ada sinyal," heran Daniel saat melihat tanda tidak ada jaringan di layar ponselnya. Ponselnya ia kembali dimasukan ke dalam saku celananya.

Berada di tempat asing tentu bukan hal yang baik. Apalagi Daniel tidak mengenal seluk beluk tempat ini dan posisinya sendirian. Bahaya bisa mengintainya kapan saja dan sebelum bahaya itu datang, Daniel harus bergegas pergi.
Baru membuka pintu mobilnya, suara bising knalpot kendaraan terdengar meraung-raung dari dua arah berlawanan. Daniel mengangkat satu telapak tangannya saat merasakan silau karena lampu motor yang menyorot tepat di wajahnya.

"Apa-apaan ini?" desis Daniel mulai siaga satu saat dirinya dikepung empat motor. Setidaknya ada delapan cowok yang tengah mengepungnya. Mereka berboncengan. Entah dari mana datangnya, yang pasti mereka bukan orang baik-baik. Penampilan dan cara mereka menatap membuat Daniel yakin jika ia tengah masuk zona berbahaya.

Dua cowok turun dan menghampiri Daniel. Wajahnya sangar dengan tato yang memenuhi leher dan lengannya. Tindik di kedua telinganya dan kalung yang memanjang sampai ke dada.

"Punya apa lo?" tanya cowok berambut merah seraya menarik jaket yang Daniel kenakan.

"Ini boleh juga," celetuk cowok yang satunya seraya melompat duduk di atas kap mobil milik Daniel.

Ke-empat motor itu sudah tidak mengeluarkan suara bising. Kini pengendara beserta yang dibonceng turun menghampiri Daniel.
Sialan! Jumlah mereka yang cukup banyak mematahkan keberanian Daniel untuk melawan. Satu lawan delapan bukan duel seimbang. Jelas dirinya akan ditumbangkan dengan mudah. Apalagi melihat fisik mereka, baku hantam pasti sesuatu yang biasa mereka lakukan.

"Gede juga nyali lo ke sini sendirian. Lo tahu kan ini daerah kekuasaan gue."
Daniel tebak jika dia adalah ketua dari komplotan di hadapannya. Tampangnya paling menyeramkan di antara yang lain.

Bruk.
Daniel tersungkur di aspal saat salah satu dari mereka mendorongnya kuat. Cowok itu cepat-cepat bangkit saat salah satu cowok itu memasuki mobilnya.

"Sampah!" Boneka Barbie milik Angel yang tergeletak di dashboard dilempar ke wajah Daniel. Tentu saja itu membakar kemarahan Daniel. Daniel memungut boneka Barbie Angel, membersihkan boneka itu lalu diamankan ke dalam jaket yang ia kenakan.

"Banci, mainnya Barbie," kelakar sang pemimpin yang diikuti gelak tawa bawahannya.

Serangan tiba-tiba Daniel layangkan. Gerakannya yang mendadak tanpa aba-aba berhasil mendarat sempurna. Kekuatan kakinya mampu mendorong dada sang pemimpin geng hingga cowok itu mundur beberapa langkah. Jika saja tidak ada yang menahannya sudah pasti cowok itu terjatuh.
Serangan Daniel menjadi awal perkelahian dimulai.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang