Dua Puluh

154K 20.3K 4.2K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Gadis di hadapan Daniel terus saja menggerakkan tangannya dibantu gerakan kepala dan sorot matanya untuk mengutarakan apa yang ingin ia katakan saat mulutnya tidak mampu bersuara. Daniel yang cukup lama mengenal gadis tuna wicara itu pun sedikit tahu dengan bahasa isyarat itu.

"Ada beberapa hal yang nggak bisa aku kasih tau ke siapapun termasuk kamu. Bukannya nggak percaya, tapi emang hal itu bukan ruang lingkup yang harus kamu ketahui. Kamu ngerti, kan? Intinya aku nggak papa, Ara. Jangan khawatir," jelas Daniel seraya menggenggam erat tangan mungil Arabella.
Ara menatap Daniel lalu tangannya kembali bergerak. Kali ini Daniel tidak paham dengan bahasa tubuh Ara.

"Maksudnya?" tanya Daniel masih belum paham maksud bahasa isyarat yang Ara berikan untuknya.

Ara mengangkat satu tangannya meminta Daniel untuk menunggu. Gadis itu berlari pelan ke arah tas punggungnya yang tergeletak di meja. Sudah pasti gadis itu akan mengambil pena dan kertas.

"Kasihan Kak Ara, mau---" ucapan Shella terhenti saat jari telunjuk Daniel menempel di bibirnya.

"Orang-orang kayak Ara tidak butuh dikasihani. Jangan sekali-kali kamu bilang kayak gitu. Kalau Ara dengar pasti sakit hati. Kamu harus liat Ara sebagai motivator. Kamu diberi kesempurnaan fisik, jadi kamu harus lebih pandai bersyukur," terang Daniel pada adiknya.

Shella mengangguk lalu tak lama kemudian Arabella datang dan menyodorkan secarik kertas untuk Daniel.

Apa ini berkaitan dengan kembaranmu si Damian? Daniel, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Aku pengin kalian berdamai. Bukankah saudara itu harusnya saling melindungi? Kenapa kalian saling menjatuhkan seperti ini?

Daniel tersenyum tipis.
"Ara, aku juga nggak pengin kayak gini. Tapi ini situasinya beda. Kamu nggak perlu khawatirin aku. Aku harus pergi sekarang, kamu aku antar pulang dulu. Ayo!"

Ara menggelengkan kepalanya pelan pertanda menolak halus ajakan Daniel.
"Aku tau kamu bisa pulang sendiri. Tapi aku pengin pastiin kamu baik-baik aja sampai rumah. Tolong jangan tolak tawaran baik aku. Di luar sana banyak cewek yang pengin diperlakukan istimewa kayak kamu," pinta Daniel.

Akhirnya Arabella mengangguk.
"Bentar, aku mau izin ke om Santoso dulu. Kamu temenin Shella sebentar," pamit Daniel lalu berlari masuk ke toko.

"Kak Ara pacarnya kak Daniel ya?" tanya Shella memecah keheningan.
Ara menggelengkan kepalanya pelan.

"Masa sih? Tapi kak Daniel keliatan tulus sayang ke kak Ara. Kenapa kalian nggak jadian aja?" tanya Shella kembali.

Ara menggerakkan kedua tangannya di udara. Gerakan demi gerakan tidak ada yang luput dari pandangan Shella. Namun tetap saja Shella tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Ara.
Mengerti tentang Shella yang kebingungan, Ara mengeluarkan pena dan kertas dari saku seragam putihnya. Tangannya menulis dengan cepat lalu disodorkan ke Shella.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang