Damian Manuel Regata dan Daniel Manuel Regata, mereka kembar.
Namun meskipun begitu, keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang.
Tak hanya menutup diri, Damian juga pendiam, dingin tak tersentuh, sulit berbaur dengan lingkungan sekitar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sembari menunggu makan malam siap, Juan memanfaatkan waktu luangnya untuk mengajari Rizal dan Shella belajar di ruang keluarga. Ada juga Angel yang duduk di pangkuan ayahnya. Anak itu memeluk celengan ayamnya sembari menatap ke arah kakaknya yang tengah mengerjakan PR. Sesekali Angel yang tidak bisa diam menjahili kakaknya. Apa yang Angel lakukan mengundang keributan yang berujung pada canda tawa.
"Pa, nanti kalau Angel gede sekolahnya baleng kudanil ya. Mau bikin geng," celetuk Angel lalu menggigiti ujung pensil milik Rizal. Angel memang begitu. Benda apa saja yang ada di tangannya sering ia gigit. Bahkan Juan pun sering menjadi sasaran gigitannya.
"Gak boleh Ngel, bikin geng itu dilarang," sahut Shella. Juan mengusap puncak kepala putri bungsunya.
"Kamu kan udah jadi gengnya Daddy. Gimana sih?"
"Bial punya banyak geng, Pa. Kudanil juga punya geng. Namanya SAVAGE. Angel seling diajak main. Nanti Angel mau kayak gitu juga baleng kudanil."
Juan hanya menggelengkan kepalanya mendengar celotehan Angel.
"Husssst jangan nakal, mau disentil ginjalnya?" Juan menarik Angel kembali ke pangkuannya saat anak itu mencoret-coret buku milik Rizal dengan pensil yang ujungnya tidak memiliki bentuk lagi akibat gigitannya. Rizal yang dijahili, tidak memprotes. Di antara yang lainnya, Rizal memang paling sabar.
"Pa, kudanil sama kak Mian kemana? Kok belum pulang?" tanya Angel menatap wajah ayahnya. Juan menggeleng lalu berdiri seraya mendekap tubuh mungil putrinya. Pria itu memutuskan untuk di sofa bersama putrinya.
"Bentar lagi pulang kok. Angel kangen sama kak Mian ya?"
"Temennya kak Daniel banyak kok. Daddy, mommy, kak Mian, kak Rizal, kak Shella, dan Angel juga temennya kak Daniel kan? Belum lagi temen di sekolahnya."
Angel menggembungkan pipinya seraya menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya terangkat untuk memainkan kancing kemeja milik Juan. Lalu disusul wajahnya yang mendekat ke dada Juan. Anak itu kini sibuk menggigiti kancing kemeja Juan. "Nggak, Pa. Kudanil nggak boleh ikutan main sama kak Mian. Untung ada Angel Pa. Angel nemenin kudanil telus. Jadi kudanil nggak sendilian. Papa tau nggak?"
Juan menggelengkan kepalanya. "Tau apa?"
"Kudanil kalau sendilian nangis."
Jantung Juan berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Dalam hati ia meneriaki kebodohannya. Ia paham, Daniel pasti memiliki beban yang ditutup dengan sifat periangnya. Ia sadar, selama ini orang rumah lebih fokus ke Damian. Padahal Damian yang ada di hadapannya penuh luka.
"Angel kok baik sih sama kak Daniel? Kak Daniel kan nakal. Kamu aja sering nangis kalau sama kak Daniel."
"Kudanil kan aslinya baik, Pa. Kak Mian kalah sama kudanil."